The Love
Penulis
Punguwanto Sipangkar, S.Pd, Anisa Rahmadina, Arif Suyono Al Banjari, Yelfianita, S.Pd.Sd, Rr. Henny Eka Ferdian HP, Surtini Priyono, Nurhasanah, S.Pd.I, M.Pd, Enni Eka Susanti, S.Pd, Needa Nurrohmah, Nicco Nurman, Saryadi, SE.,MM, Devi Ratnasari, M.Pd., Kons, Sri Lestari, Musdinah, Zaitun, Dr. Iffah Rosyiana, M.Psi, Psikolog, Fatkhauli Salviani, Sri Handayani, Miskanik, Lydia Vintari, Vera Fitra Hayati, Hj. Nurhidayah, S.Ag.,M.Pd, Nuryani A.H, Setiawan Shaputra, Dani Irawan, Rotua Suriany Simamora, Afiffudin Khalim Nur Adkha, Rohani, SST. M.Kes
Seberkas Cahaya Terang Menanti Langkahku
Oleh: Punguwanto Sipangkar, S.Pd
Pagi ini adalah hari yang cerah bagiku. Si Bola besar panas tampak memerah berkilauan di ufuk timur. Perlahan-lahan beranjak dari singgasananya untuk menerangi alam raya. Bias sinarnya matahari membangunkan setiap insan yang masih lelap dalam tidur. Hembusan angin sepoi-sepoi sangat menyentuh kalbu. Kupandang sejenak keindahan nuansa warna di cakrawala. Bias-bias warna silih berganti memperebutkan setiap ruang yang tersisa di kanvas jagat raya. Rasa syukur dan haru menyatu dalam kalbu memuji keagungan dan kebesaran-Nya.
Kuhidupkan motor tuaku yang warna catnya sudah memudar dimakan usia. Suara “merdu” dari mesin sudah menunjukkan tanda-tanda segera diperbaiki.
“Aku berangkat, ya Ma”, pintaku ringan terhadap ibu anak-anak. Sementara anak-anak masih tidur pulas di pembaringanya.
“Biarkanlah mereka istirahat yang cukup. Sebentar lagi mereka akan bangun”. Aku berkata dalam hati. Pemerintah hingga pada saat ini, belum mewajibkan para siswa datang ke sekolah untuk belajar secara tatap muka dengan guru. Aku sendiri mengalami hal yang sama terhadap siswa-siswaku. Para siswa harus belajar dari rumah, karena merebaknya Virus Corona Disease (Covid-19) di Indonesia. Untuk menghindari dan mencegah penyebaran Covid-19 di Indonesia, pemerintah memberikan alternatif solusi dan kebijakan dalam bidang pendidikan. Pemerintah memindahkan proses pembelajaran dari sekolah menjadi di rumah dengan memanfaatkan teknologi sebagai media pembelajaran daring.
Sebenarnya penggunaan teknologi ini bukan tanpa masalah. Banyak faktor yang menjadi penghambat terlaksananya efektivitas pembelajaran daring seperti keterbatasan sarana dan prasarana. Salah satu kenyataan yang terjadi adalah tidak semua siswa memiliki Handphone Android. Pihak sekolah telah membuat kesepakatan bersama orang tua dan siswa untuk mengatasi keadaan ini. Para siswa diperbolehkan mengantar tugas-tugas ke sekolah apabila tidak memiliki Handphone. Hal ini merupakan salah satu bentuk memanusiakan hubungan.
Hmmm…..!!! ”Semoga saja nanti aku segera bertemu dengan siswa yang mengantar tugasnya ke sekolah”, kataku dalam hati.
Aku tidak sabar lagi. Aku ingin segera melihat wajah mereka, dan bercengkerama walaupun sebentar saja. Tanpa terasa, aku sudah sampai di persimpangan jalan menuju Desa Dolok Kahean. Desa ini adalah lokasi sekolahku tempat mengabdikan diri selama empat belas tahun.
Aku segera melanjutkan perjalanan. Aku tiba di sekolah setelah menempuh perjalanan selama tiga puluh menit. Aku melihat sudah ada beberapa orang siswa yang sejak tadi telah menunggu.
“Selamat pagi, Pak!” Siswa memberi salam kepadaku. Aku melihat buku berpetak dan lembaran- lembaran kertas di tangan mereka.
“Selamat pagi anak-anak!” Aku segera bergegas mendekati mereka. “Pucuk dicinta, ulam pun tiba”. Begitulah bunyi salah satu peribahasa yang menggambarkan suasana relung hatiku saat ini. Aku ingin memeluk mereka, karena kerinduan yang membara didada. Aku senyum dan menunjukkan gerak tubuh yang menyenangkan mereka. Aku tidak bisa menyalami mereka, karena alasan social distancing.
“Mari Nak, kita ke ruangan saja!”, ajakku segera. Aku meminta mereka supaya menjaga jarak. Aku juga melihat dua orang wali siswa sedang duduk di bawah pohon mangga di depan kantor dewan guru. “Selamat pagi Bu!” Aku menyapa kedua ibu itu dengan ramah. “Kedua ibu ini pasti mau mengantar tugas anaknya ke sekolah”, bisik hatiku menebak. Aku mengajak kedua ibu itu bersama dengan para siswaku ke ruangan guru. Guru yang lain juga sudah duduk di hadapan mejanya masing-masing.
“Pak! Ini tugas kami”, sebut siswaku dengan senyum seperti mengawali percakapan. Aku menerima dengan senang hati. “Ayo, kita ngobrol-ngobrol sebentar”, pintaku tidak sabar sambil mengatur jarak tempat duduk. Aku sangat puas mendengar cerita mereka. Banyak pengalaman berharga yang kudapat dari pertemuan ini. Guratan hati yang menggema didada, bagaikan hilang diterpa angin. “Tetap semangat belajar. Jangan lupa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru kepada kalian. Jika ada hal- hal yang perlu ditanyakan mengenai tugas, silahkan bertanya. Jangan terlalu banyak bermain, tetap menjaga
protokol kesehatan. Bantulah orang tua dengan senang hati”. Pesan terakhir kepada siswaku sebelum meninggalkan ruangan. Aku melangkahkan kaki kesetiap sudut ruangan. Aku melihat ada hiasan-hiasan baru yang muncul di ruangan itu. Aku tidak menyukai hiasan itu, sebab bukan karya manusia.
“Binatang-binatang yang merayap di langit-langit ruangan yang membuat hiasan jelek ini”, keluhku dalam hati. Aku segera angkat kaki dari tempat itu. Aku melihat mentari sudah mulai bertengger tinggi di cakrawala. Embun-embun hitam sudah mulai berjuntai menutupi sang surya. Aku segera pulang. Ini pertanda mungkin hujan akan turun. Maybe Yes, Maybe No.
”Ah! Biarlah. Semua ini merupakan keteraturan alam”, resap hatiku seraya mengucap syukur kepada Sang Pencipta. Semoga seberkas cahaya terang yang telah kutemukan hari ini memberi rasa yang indah dalam perjalanan hidup selanjutnya. Amin!
Grateful To Love You
Oleh: Anisa Rahmadina
Orang Tua dan AdikkuBersyukur karna aku masih memiliki orangtua yang lengkap. Rasa syukurku bertambah ketika Allah menghadirkan seorang adik laki-laki dan 2 adik perempuan. Kebahagiaan terbesar ketika aku bisa melihat mereka tertawa bahagia. Orang tuaku tidak terlahir dari keluarga yang kaya, tapi mereka selalu berusaha mencukupi apa yang dibutuhkan anak-anaknya.
Berterima kasih sudah pasti, bersyukur juga sudah pasti. Cinta yang aku punya untuk mereka tidak akan pernah terhingga. Harapanku besar untuk selalu melihat mereka bahagia. “Aku tidak akan pernah peduli berapa banyak orang yang menghina atau bicara hal buruk tentangku, tapi yang aku pedulikan adalah orang-orang yang selalu support dan memberikan hal baik dikehidupanku.”
Alasan kuat kenapa aku masih bertahan dibalik hinaan orang itu adalah keluargaku, orangtuaku dan adik-adikku. “Seburuk apapun aku, yang akan tetap menerima aku hanya keluargaku.”
Bestfriend
Sudah tahun ke-5 ini kami bersama, dia orang yang selalu ada untukku, bukan hanya karna kebahagiaan dalam hidupku, tapi juga dengan kesusahan dalam hidupku. Seorang wanita yang hanya berbeda 10 bulan kelahirannya dibanding aku, mampu menjadi teman, sahabat, saudara bahkan seorang kaka dalam hidupku. Rasa nyaman yang sangat luar biasa aku rasakan bersamanya, menjadi lebih baik, tertawa bahagia saat bersamanya.
“Menjagamu tugasku, melihatmu tersenyum keinginanku, membantumu dalam segala hal adalah mimpiku.” Itu prinsipku untuknya, kebahagiaanmu itu penting untuk kebahagiaanku. Terima kasih selama 5 tahun ini kamu tidak pernah beranjak pergi. Kamu selalu ada disetiap susah atau senangku. Sahabatku aku menyayangimu, doaku selalu menyertaimu disetiap langkahmu. Semangat untuk pendidikanmu, cita-citamu, dan kehidupanmu. Impianku untuk kamu adalah membahagiakan kamu sama halnya seperti yang kamu lakukan untukku.
Salam cintaku, senyum sayangku untukmu. “Jauhkan apapun hal yang buat kamu sedih, jalani aja hal-hal yang bisa buat kamu tersenyum.” Semoga Allah selalu meridhai persahabatan kita sampai akhir hayat kita.
Boyfriend
18 tahun aku hidup tidak pernah merasakan cinta pada laki-laki, awal kenal dia memang singkat, pendekatan dan timbul rasa sayang. Awalnya aku belum bisa merasakan cinta hanya sayang. Hari demi hari apa yang dia lakukan terasa sangat tulus untukku. Bapakku melarang aku untuk sebuah cinta saat itu, karena tidak akan semudah yang dibayangkan, tidak sebahagia yang diharapkan. Waktu terus berjalan, bersama dia aku lewati waktu dimana aku baru lulus sekolah, mengenal dunia kerja dan yaa dunia percintaan juga.
Singkat cerita, aku percayakan sangat hatiku untuknya, itupun aku banyak meminta pada sang Pencipta, meminta agar aku tepat memberikan hatiku untuknya. Hampir setahun kita jalani, susah senang bersama, kebahagiaan yang sangat sederhana kita buat. Kejujuran dan saling percaya kita kedepankan.
Satu waktu semua hancur, hubungan kita hancur dia memutuskan untuk pergi, dan aku memutuskan untuk membiarkan dia pergi. Apa yang aku rasa? Ya hancur sangat amat hancur, rasa tidak percaya akan perpisahan ini. Tapi aku berusaha ikhlas, sampai aku tau dia menemukan wanita yang menggantikan posisiku dihidupnya. “Tidak semua yang meninggalkan itu buruk, bisa jadi yang ditinggalkan itu yang lebih buruk. Intropeksi diri, memperbaiki diri, dan dekatkan diri ke Allah, jangan merasa paling tersakiti, tapi berdoalah apa yang terjadi itu yang terbaik saat itu.”
Setahun berjalan, pada kenyataannya hatinya tidak bisa melupakan aku, begitupun dengan hatiku. Sampai akhirnya Allah mempertemukan kita kembali, diberi kesempatan untuk memperbaiki lagi. Dia akhiri hubungan dengan wanitanya, dan aku emang masih jomblo hehe.
Alhamdulilah sekarang kita bersama kembali, dengan komitmen yang sama, tujuan yang sama, dan amiin yang sama. Ceritaku memang belum usai karena kita belum sampai pelaminan, tetapi aku belajar dari kisahku sendiri, memang mencintai itu 1 dan selamanya. Titik tertinggi aku mencintainya itu mengikhlaskan dia dan selalu berdoa yang terbaik untuknya.
Saling mencintai dengan tulus tidak mungkin hilang begitu saja sekalipun ada orang baru yang lebih sempurna. “Mencintai itu bukan perihal terima kelebihan dan baiknya saja, tapi mencintai dengan menerima segala buruknya dan kekurangannya.” Saat ini kita sedang berjuang bersama untuk mewujudkan mimpi kita untuk hidup bersama. Walaupun hubungan kita saat ini jarak jauh, komitmen selalu dijaga, jujur dan rasa percaya selalu diutamakan.
Doain ya teman-teman, semoga perjuangan aku dan dia segera terwujud ditahun 2021 ini. “Jika kalian mencintai seseorang, cobalah cintai orang itu lewat Penciptanya.””Kekurangan terhadap pasangan, menjadi suatu hal yang membuat hubungan seharusnya saling melengkapi.” Terima kasih buat kamu yang sekarang dihati, terima kasih untuk kebahagiaan sederhana yang kamu berikan, terima kasih atas tangisan kesalahan yang sederhana. Harapanku dan doaku, kita tetap bersama istiqomah dengan komitmen kita, istiqomah juga untuk selalu ada dijalan Allah. Semoga disetiap langkah yang kita ambil Allah selalu meridhai. Aaamiinnnn.
Kekuatan Cinta Pada Guru Mambuat Saya Terdiam dan Punya Alasan Untuk Terus Sukses
Oleh : Arif Suyono Al Banjari
Sukses merupakan impian semua orang, bisa punya rumah mewah, mobil mewah, dan uang melimpah adalah hal yang sering didambakan setiap insan walau dia seorang ahli agama sekalipun apalagi santri yang notaben harianya ada di dalam pesanten masih sangat tertarik dengan hal baru diluaran.
Pertanyaan saya pernahkah kamu mengorbankan banyak hal untuk seseorang yang kalian cintai agar dia berhasil? Untuk seorang guru yang kamu hormati agar dia mendapat kemudahan banyak hal?
Atau untuk lembaga yang kamu tumpangi agar lembaga itu maju? Lalu pernahkan apa yang kamu lakukan itu tak dianggap, padahal kamu sudah sekuat tenaga, kamu sudah banyak berkorban baik waktu, keluarga dan materi tapi pada akhirnya kamu tak di anggap?
Perlu saya ingatkan teman teman, pada dasarnya mencintai seseorang, mencintai lembaga atau mengerti guru itu tidak harus memberikan segalanya padanya, termasuk waktu, meskipun memang setiap orang punya jalan dan waktu suksesnya masing-masing. Mungkin ada yang merasa sakit hati ketika sudah berkorban untuk seseorang dan orang itu berhasil, tetapi diri sendiri yang berkorban justru gagal. Mungkin juga ada yang merasa senang meskipun dirinya gagal dan pengorbanan yang ia lakukan membuat orang yang disayangi berhasil.
Semua kembali ke diri masing-masing memang, karena pengalaman pribadi saya berkorban bertahun tahun lamanya 5 tahun tapi hilang bahkan jelek namanya, semua orang tak menyukai saya, dan saya harus pergi meninggalkan pesantren itu dengan rasa yang sangat menyakitkan, karena CINTA saya pada guru saya, yang sudah memdidik saya tanpa meminta imbalan demi nama baik guru saya, saya iklas melakukan apapun.
Dimata guru saya murid yang baik, dimata Allah semoga baik tapi justru dimata teman-teman dan semua warga pesantren saya jelek, benar sangat menyedihkan. Teruntuk yang merasa sakit hati sebab pengorbanannya tidak dianggap, tak 7bisa berbuat apa-apa, ngomong salah apalagi tidak ngomong, maka apa yang saya lakukan, menjauh dari mereka semua atau hijrah ke dunia yang lain. Rasanya memang sakit. Akan tetapi, sometimes you must hurt in order to know, fall in order to grow, and lose in order to gain because life’s gratest lessons are learned through pain. Teruntuk kamu yang sakit hati, ada kalanya kamu harus sakit untuk tau, ada kalanya kamu harus jatuh untuk tumbuh, dan ada kalanya kamu harus gagal untuk mencapai sesuatu yang lebih baik di kemudian hari. Ketahuilah, tidak selamanya rasa sakit itu menjadikan kalian sebagai orang yang terpuruk, rasa sakit juga bisa menjadi pelajaran hebat bagi kamu, seperti halnya aku. Seberapa besar masalahmu menunjukkan seberapa berkualitas dirimu, inilah pelajaran penting kenapa sekarang saya lebih segalanya daripada mereka semua, bukan sombong tapi dari realita orang melihat demikian.
Awalnya sakit, lemah, dan prustasi, tapi saya berfikir tak bagus seperti ini berkepanjangan, dilema ini membuat saya susah untuk bangkit, perlu lamanya satu tahun kala itu saya untuk menata diri, dan bangkit kembali. . Ditengah situasi keluarga dan keadaan yang harus tetap berjalan dan saya harus tetap berpura-pura baik seperti tak ada apa-apa, inilah yang membuat bathin ini menangis.
Pesan saya saat kamu merasa tidak berharga di mata orang yang kalian sayangi, saat kamu merasa tidak pantas untuk orang yang kamu sayangi, saat itulah kamu secara tidak langsung membawa diri kamu ke arah keterpurukan. Berhentilah seperti itu, semua orang punya jatah gagal dan waktu suksesnya masing-masing. Belum tentu yang sukses sekarang akan tetep sukses di masa depan, belum tentu juga yang sengsara sekarang akan sengsara di masa depan. Saat kamu melakukan kebaikan, kamu akan mendapatkan balasan. Begitupula ketika kalian melakukan kejahatan.
Masa lalu ada sebagai pelajaran dan masa depan ada untuk diperjuangkan. Gagal memang bukan harapan dan sukses memang tujuan. Terlepas dari gagal atau sukses, berusaha merupakan suatu kewajiban. Janganlah terlalu menyesali masa lalu, sebesar apa pun penyesalan kalian tidak akan mengubah masa lalu.
Ikhlas memang sulit. Ketika kamu bisa melakukannya, kamu merupakan orang yang hebat. Setidaknya, apresiasi diri kamu yang sudah berusaha namun gagal, apresiasi diri kamu yang sudah berkorban namun tidak dianggap, dan apresiasi diri kamu yang berusaha mencoba kuat menghadapi hal seperti itu serta jangan membandingkan kegagalanmu dengan kesuksesan orang lain, karena itu akan menyiksa diri sendiri.
Ikhlaskan pengorbanan kamu yang tidak dianggap itu. Jangan khawatir orang yang kamu cintai akan meninggalkan kamu atau tidak. Lebih dari itu, khawatirkan masa depan kamu jika kalian tidak mau bangkit. Masa depan kalian masih panjang. Jadikan luka itu sebagai pemacu dan pemicu untuk maju. Luka itu memang menyakitkan, tetapi lama kelamaan luka itu akan mendewasakan.
Salam keberkahan, kemudahan kemudahan yang saya alami saat ini saya sadari adalah hasil dari kesabaran CINTA yang terpendam, maka teruslah bergerak tak peduli di anggap atau di abaikan, Buatlah karya karya yang menyakinkan, karena itu adalah bentuk jawaban dari dendam yang harus tersampaikan, sebagai cara cerdas untuk menjawab semua orang yang mentrertawakanmu yang mengolok-olok dirimu, balaslah mereka dengan keberhasilanmu Maka disinilah pentingnya rasa CINTA untuk di praktekan, cinta akan membuat orang punya alasan untuk melakukan segalanya, cinta membuat orang punya rasa untuk saling mengerti, saling memahami dan cinta akan membuat orang untuk melindungi yang dicintainya.
Saya memafkan mereka semua yang mengolok-olok yang hanya bisa dari satu sisi, saya memaafkan diriku sendiri yang banyak kesalahan dan umumnya saya memaafkan semua orang yang membencimku itu, semoga mereka menjadi patner terbaiku dimasa yang kan datang dimasa kesuksesan saya. Susah sulit untuk berbesar hati dan memaafkan tapi inilah satu satunya jalan yang memang harus saya lakukan, sehingga badan ini plong, enak dan siap berjalan lagi tanpa beban, terlepas semua orang itu, lupakan saja.
Your welcome buku “My Love” semoga semua kisah dalam buku ini bisa menggugah semua orang dalam proses kehidupan. Menggugah hati yang benci karena keadaan, Menginspirasi semua orang yang dalam proses menuju sebuah tujuan.
Sayang Habis Cinta Usai
Oleh: Yelfianita, S.Pd.Sd
Dengan rasa gembira kami keluarga besar bersiap-siap menuju bandara, untuk menjemput ayah dan ibu ku tercinta yang pulang melaksanakan ibadah Umrah dari Kota Suci Mekkah. Bersama cucu dan saudara lainnya dari kampung juga bergabung dengan kami. Rasa tak sabar ingin bertemu dengan penuh canda tawa saling berganti bercerita tentang pengalaman masing-masing tanpa terasa sampai kami di halaman parkir bandara.Bersama kami menuju bangku tunggu yang telah disediakan. Rasa ingin bertemu dan melihat bagaimana keadaan orang tua kami membuat mata tak lepas pandangan menuju pintu kedatangan, padahal belum ada pengumuman kalau pesawat yang membawa orang tua ku belum mendarat. Tiba-tiba terdengar pengumuman bahwa pesawat yang datang dari Arab Saudi sudah mendarat. Maka berebutlah para keluarga yang menanti kedatangan keluarga masing-masing ,menuju pintu kedatangan. Ntah bagaimana tiba-tiba hati ini berdebar ingin segera melihat keadaan Ayah dan ibu ku.
Dengan pandangan tak lepas dari pintu kedatangan, tiba-tiba nampaklah dua sosok orang yang tak asing lagi berjalan dengan sangat perlahan sekali bahkan nampak begitu susah untuk berjalan. Namun kelihatan diwajah mereka suatu kepuasan dan rasa senang yang tak terungkapkan, karena keinginan mereka untuk pergi ke tanah suci Mekkah telah terkabulkan.
Bergegas kami menghampiri, “Gimana Tuk ?” panggilan akrab buat sang ayah. Senyum lebar terkuak dari bibir beliau, perlahan beliau menjawab “Alhamdulillah sampai kembali ke kampung”, diiringi tetesan air mata yang tanpa sadar sudah mengalir dipipi beliau. “Nek gimana?” panggilan akrab buat ibuku. Dengan reaksi yang sama si nenek menjawab “Alhamdulillah sehat, tapi kasihan si Atuk agak kurang sehat”, dan air matapun menetes dari mata beliau.
Bergantian kami memeluk dua sosok renta yang sangat kami cintai. Dilihat dari keadaan mereka, Ibuku kelihatan lebih kuat dan sehat tapi sang Ayah kurang sehat. Dengan dipapah oleh sang cucu, si Atuk duduk dibangku. Rasa haru ku tak tertahan melihat Ayah yang dalam keadaan kurang sehat, tanpa terasa mengalir pula air mata ini. Sosok yang selama ini begitu kuat dan kekar begitu susah untuk mengatur nafas mengeluarkan kata-kata yang ingin diucapkan.
Sosok sang ibu yang kelihatan segar bugar terbawa perasaan dan tidak tega melihat belahan hati beliau yang sangat letih dan lesu. Tiba-tiba sang cucu berkata “Kenapa Atuk Nek, kok menangis?”. Nenek pun tak sanggup berkata untuk menjawab pertanyaan sang cucu. Kuraih tangan anakku sambil menjawab “Nenek dan Atuk masih capek nak, sini tolong bantu angkat tas ini”. Dengan wajah lesu nenekpun duduk dibangku.
Setelah duduk tenang dan rasa lelah berkurang, maka dengan uraian air mata, Atuk mulai bercerita pengalaman selama di kota Suci Mekkah. Namun tak banyak cerita yang bisa diungkapkan, karena keadaan yang kuarang sehat membuat Atuk merasa lelah kembali. Dan Nenek berkata “ Selama di mekkah Atuk memang kurang sehat, tapi tetap melaksanakan ibadah, dengan duduk kursi roda dan muntawif rombongan selalu membantu pelaksanaan ibadah Atuk”.
Tidak berapa lama, kami menaiki mobil untuk pulang kembali. Sambil menahan lelah diatas mobil selama dalam perjalanan terdengar celotehan si Atuk bercerita kembali pengalaman selama di Mekkah. Dan aku pun membalas dengan beberapa pertanyaan. Nenek pun bercerita, setiap kali mau pergi ibadah Atuk dan Nenek selalu yang paling terakhir, karena keadaan atuk yang kurang sehat dan Nenek dengan setia mendampingi.
Setengah jam perjalanan kami berhenti di sebuah rumah makan karena sudah merasa lapar. Dengan lahap kami menyantap hidangan. Terlihat Atuk dan Nenek juga makan dengan enaknya karena sudah lama rasanya tidak makan dengan sambal khas kampong. Satu setengah jam perjalanan sampai di rumah Ku. Kelihatan si Atuk sudah sangat lelah sekali, berbeda dengan si Nenek yang kelihatan masih kuat. Sampai di dalam rumah, Si Atuk rebahan di tempat tidur. Rasa khawatir muncul dalam hatiku dan bertanya “Tuk, masih kuat untuk melanjutkan perjalanan ?, kalau tidak nginap di sini saja”. “Masih kuat”, jawab Atuk. Menjelang salat ashar beliau tertidur dan bangun ketika berkumandang suara Adzan.
Selesai salat, nenek berkata “Atuk kelihatan bertambah lelah”. Aku menghampiri beliau, dan berkata “Tuk kita ke dokter dulu, biar diperiksa dan diberi obat”. Akhirnya aku membawa Atuk ke dokter dekat rumah. Dokter berkata bahwa Atuk kelelahan dan memberi beberapa obat. Kembali melanjutkan perjalanan. Sampai di rumah Atuk duduk sebentar dan tidur. Kondisi nenek yang alhamdulillah sehat walafiat, membongkar koper dan tas bawaan, dan Aku membantu menyisihkan pakaian kotor dan pakaian bersih serta beberapa cendera mata yang mereka beli di Mekkah. Karena hari sudah malam, melihat keadaan si Atuk baik-baik saja, Aku pun pulang ke rumah.
Sering berkomunikasi di telepon menanyakan keadaan si Atuk. Dua minggu kemudian aku dikejutkan bunyi telepon dan melihat dari adik. Entah mengapa dengan perasaan berdebar Aku mengangkat telepon yang memberi tahukan kalau si Atuk dibawa ke rumah sakit karena sesak nafas. Tanpa menunggu lama Aku langsung menuju ke rumah sakit tempat si Atuk dibawa yang kira-kira 20 km jaraknya dari rumahku.
Lebih kurang setengah jam Aku sampai dan langsung menanyakan keadaan si Atuk yang masih berada di ruang UGD, dan masih dalam keadaan sadar. Berdasarkan hasil pemeriksaan dokter jaga bahwa si Atuk harus di rawat inap. Selesai mengurus administrasi penginapan Akupun kembali pulang ke rumah. Untuk keesokan harinya kami secara bergantian menemani si Atuk di rumah sakit. Sesampai Aku di rumah sakit Aku bertanya “Apa yang Atuk rasakan sekarang?” si Atuk menjawab “Kecapek an, pegal-pegal rasa badan dan nafas sesak”. Memang kelihatan ketika beliau berbicara susah mengatur nafas. “Yang semangat ya Tuk, yang penting sekarang kita berobat supaya sembuh dan jangan pikir yang macam-macam”. Atuk mengangguk dan kalimat Laailahaillallaah selalu terdengar dari mulut baliau.
Setiap hari kondisi si Atuk semakin menurun. Saudara, Karib kerabat bergantian melihat ke rumah sakit. Adek ku yang diluar kota pun diberitahukan keadaan si Atuk. Mereka pulang mendengar berita ini. Dan masih sempat berbicara dengan si Atuk yang masih dalam keadaan sadar, tapi tampak sangat lelah sekali. Hari ke lima keadaan si Atuk semakin menurun, tak sadar dan kritis. Si Nenek yang tak beranjak dari samping tempat tidur si Atuk dengan setia terus menyapa dan memanggil-manggil dengan harapan si Atuk sadar dan membuka mata. Hari semakin larut keadaan si Atuk tidak berobah karena ruangan rumah sakit tidak cukup untuk menampung kami semua, akhirnya Aku dan beberapa orang adik pulang ke rumah.
Belum terlelap rasanya mata ini, setelah salat subuh tiba-tiba terdengar HP berdering, “Kak segera datang ke rumah sakit”. Adek memberitahu melalui HP. Tanpa mengganti pakaian yang masih melekat di badan, kami yang berada di rumah langsung berangkat ke rumah sakit jaraknya kira-kira 5 km. Sesampai di rumah sakit, sambil berteriak adek yang menjaga di rumah sakit memberi tahu kalau si Atuk panggilan akrab Ayah kami semenjak punya cucu sudah tiada. Tak sanggup aku melangkahkan kaki menuju kamar rawat si Atuk. Aku langsung terduduk tak jauh dari kamar tersebut. Serasa lemah seluruh persendian ini. Dan beberapa family memegang badan ku.
Deraian air mata terus mengalir. Mengenang cinta, kasih sayang, perhatian dari sang Ayah mulai dari lahir sampai sekarang. Tak sanggup berkata, tak sanggup berdiri untuk melihat dan memeluk Ayahanda terakhir kalinya, dan tak kuasa menyaksikan Sang Ayah tercinta terbaring tak bernyawa dan pergi untuk selamanya-lamanya menghadap kehadirat Ilahi. Rasa cinta dan kasih sayang berakhir sudah, hanya bisa untuk dikenang dan hanya doa sebagai kelanjutan dari cinta anak kepada orang tua yang telah tiada. “Ya Allah ampunilah segala dosa-dosa Ayahku, terimalah segala amal ibadah beliau serta tempatkanlah arwah beliau di syurgamu ya Allah”. Aamiin Ya Rabbal’alamiin.
Cinta Tulus Seorang Diana
Oleh: Rr. Henny Eka Ferdian HP
Cinta merupakan suatu anugerah yang diberikan Tuhan kepada hamba-Nya. Cinta adalah kasih tulus untuk ‘hanya memberi, tanpa meminta’. Cinta butuh kerelaan dan pengorbanan. Pelihara cinta, karena ketika cinta pergi pastilah penyesalan yang terjadi.Dalam guyuran hujan deras di antara derai air mata yang bersatu dengan curah hujan, Diana memacu motornya. Matanya nanar menyusuri jalan A. Yani mencari sosok yang ingin ditemuinya.
“Din.. Din.. “ suara mobil hampir menyerempet sepeda motornya, mengagetkannya dari lamunan. Akhirnya Diana kembali pulang dengan lunglai. Begitulah hidupnya yang diisi tangis dan tanya. Sejak menikah dengan Dio, air mata tak pernah lepas bergulir di pipi. Dio yang bertemperamen kasar dan suka pergi begitu saja jika ada masalah. Namun janji suci yang telah diikrarkan di hadapan orang tua, Allah, dan keluarga membuatnya bertahan dan patuh akan kewajibannya sebagai istri. Kali ini Dio berbohong untuk kesekian kalinya, Perihal kontrakan rumah yang akhirnya harus membuat mereka terusir dari kontrakan. Bukan mencari solusi, tapi pergi begitu saja. Diana sedih, malu dan bingung. Namun dia harus mengambil alih tanggung jawab itu agar tidak menyusahkan orang lain.
Ada tanya yang bergayut, namun semua dipupus dalam doa bahwa inilah yang harus dijalani. Begitu banyak ketidaktahuan akan arti semua yang terjadi Diana memilih mengalah untuk baik-baik saja berharap kasih tulus itu bisa dirasakan Dio suatu saat nanti. Keyakinan itulah yang mampu membuatnya sabar dalam pengabdiannya sebagai istri Dio. Hari, bulan, tahun berganti dan tidak ada perubahan selain bertambahnya tangisan dalam hari-harinya menanti sang imam untuk bisa sedikit lembut hati saja.
Pagi ini Diana bersiap untuk mengajar karena pekerjaannya sebagai guru honorer karena Dio tidak bekerja dan kadang hanya bekerja serabutan.
“Mas Dio, bolehkah antar aku ke sekolah ?”, ujar Diana.
“Ya”, jawab Dio singkat. Setahun berlalu, Dio baru saja pulang dan Diana berusaha untuk tidak mengungkit masalah yang ada karena persoalan tersebut telah Diana selesaikan sendiri.
Mengalah menjadi tujuan utama agar Dio tidak pergi lagi. Namun apa daya Dio melajukan motornya sangat kencang dan membuat Diana ketakutan. Diana berusaha menahan diri dan akhirnya tangisnya pecah karena tak kuat menahan emosi atas apa yang dilakukan Dio. Melihat hal ini Dio marah.
“Ngapain sih nangis, cengeng amat jadi orang, kan nggak mungkin juga aku seenaknya nyetir motor” Diana tak bisa menjawab dan hanya bisa menangis, karena dia tahu jika dia menjawab pasti Dio akan pergi lalu meninggalkannya di tepi jalan. Itulah kebiasaan ketika Dio marah, Dio akan pergi begitu saja meninggalkannya. Tanpa peduli siang, malam, panas terik, maupun hujan deras. Dan tak peduli perasaan Diana yang sedih, bingung, bahkan takut kala ditinggalkan sendirian.. Hal itu berlangsung terus-menerus dan Dio selalu merasa apa yang dilakukannya adalah benar. Karena sang istri membuatnya marah maka dia akan pergi. Dan kali ini pun Dio juga pergi lagi meninggalkan Diana sendirian.
Hari demi hari berlalu, saat ini Diana sedang sakit tanpa adanya Dio di sisinya. Kepergian Dio yang kesekian kalinya membuat luka hati Diana tak terelakkan. namun Diana tetap menjaga sumpah sucinya untuk tetap setia menunggu karena keyakinan pada Tuhannya. Bahwa segala ketulusannya akan berbuah sesuatu yang indah. Meski dia tahu persoalannya dengan Dio adalah persoalan teraneh karena tak pernah bisa diselesaikan. Bahkan duduk bicara sedikit saja, Dio sudah marah lalu pergi. Selalu ada tanya di hati Diana kenapa dulu Dio menikahinya. Dulu dia suka berkata cinta dan ingin melindunginya, tetapi setelah pernikahan hal itu tak pernah terjadi. Bahkan setelah menikah kebohongan demi kebohongan lah yang terjadi. Tapi Diana sudah meletakkan hatinya. Sumpah suci pada Tuhannya membuatnya tak bergeming dan menerima ini sebagai takdir atas Tuhannya, dan jalan baktinya meraih surga. Doa dan harapan selalu tanpa lelah dia ucapkan dalam doa panjang setiap malamnya, doa tulus untuk seorang Dio, suaminya. Pernah dia bertanya “Kenapa hidupku begini ya Allah ?” namun akhirnya tanya itu ditutup dalam kepasrahan diri seorang hamba bahwa inilah takdir yang harus dijalani. Diana memilih untuk merasa bahwa semua adalah salahnya.
“Gubrak !!!” Diana terjatuh dan tak sadarkan diri. Begitu terbangun dia kaget ketika dia sudah berada di rumah sakit ditolong tetangga sebelah rumah.
“Mbak Diana jatuh tadi untung saya sedang di teras, jadi saya bisa bawa ke rumah sakit. dokter bilang Mbak Diana harus opname di rumah sakit dan nggak boleh pulang. Saya sudah hubungi pak Dio karena saya lihat pak Dio tidak ada di rumah tadi”. Diana tersenyum seraya mengucap
“Terima kasih bapak dan ibu Elin, maafkan saya sudah merepotkan”
“Tidak Mbak kita kan tetangga harus tolong-menolong. Mbak Diana jarang kelihatan saya kira sibuk ngajar seperti biasa makanya ini tadi kaget kok lihat Mbak Diana nyapu teras tiba-tiba pingsan. sakit apa Mbak ?” pertanyaan Bu Elin mengalir deras. Dengan senyum manis Diana hanya menggeleng.
“Nggak sakit, mungkin hanya kecapekan” kata Diana. Diana berusaha menyembunyikan sakit leukemia yang dideritanya sudah lama. Diana menahan sakit namun tak pernah sekalipun dia tunjukkan. Dia merasa hari ini sudah saatnya untuk menghadap Tuhannya. Tugasnya telah selesai, kelelahan jiwanya tetap membuatnya tersenyum bahagia dalam kata maaf untuk suaminya. Di antara deru nafas memanggil asma Tuhannya
“Laa ilaaha illallaah…” Terbayang sosok suami yang tak bisa ditemuinya pada akhir hayatnya namun Diana terus tersenyum bahagia membawa bakti dan tulus cintanya atas nama Tuhan untuk suaminya.
Inilah kesucian cinta yang tetap utuh dia baktikan dan buktikan sebagai cinta sejati seorang istri hingga sang maut menjemputnya.
Cinta di Persimpangan, Akankah Bersanding di Pelaminan?
Oleh: Surtini Priyono
Jalan panjang sempat terlewati bersama dalam suasana suka cita. Berawal dari sebuah acara masa orientasi mahasiswa baru tahun 1988 di sebuah perguruan tinggi swasta (PTN) terkenal di Surabaya. “Namaku Prikusumo dari FIKP,” kata-kata perkenalan itu masih sangat jelas terkenang di dalam ingatan. Widya Jenar mahasiswa baru FK, berparas cantik kulit kuning langsat, tak berkedip sedetik pun memerhatikan sikap dan polah tingkah serta gerak-gerik komendan regu hasil pilihan mahasiswa senior.
Masa orientasi mahasiswa baru 1988, memasuki hari ke dua. Mulai di lapangan kampus hingga ke bangsal Pancasila semua berjalan lancar. Widya Jenar terpilih menjadi komandan regu baru di kompinya, didampingi Sri Sasi semakin kompak, walaupun perasaan mereka berdua sedang dirundung kegalauan, karena leleki muda yang dikagumi tak kunjung datang. Siang itu kegiatan sedang berlangsung, suara adzan berkumandang sebagai pertanda waktu salat dhuhur telah tiba, kegiatan mahasiswa baru dihentikan, kaum muslim dan muslimah salat dhuhur berjamaah di masjid kampus sebelah selatan.
Usai salat dhuhur kegiatan mahasiswa diistirahatkan sampai pukul 14.00WIB. Kegiatan mahasiswa berlangsung kembali pukul 14.00WIB. berakhir pukul 17.00WIB, begitu seterusnya rutinitas kegiatan mahawsiswa baru sepekan ke depan, secara keseluruhan terasa berat namun dalam rangka kedesiplinan, mereka pada akhirnya tetap melaksanakan seluruh rangkaian kegiatan seutuhnya selama sepekan, terkecuali mahasiswa dispensasi khusus. Seperti halnya mahasiswa program tranffer, Prikusumo cs. yang telah mengikuti program sejenisnya, baik di PTN maupun PTS lainnya dengan syarat menyerahkan bukti tertulis berupa sertifikat atau surat keterangan keterangan sejenis lainnya.
Kegiatan masa orientasi mahasiswa baru berakhir pada hari Sabtu, tepat pukul 16.30 WIB. Prosesi Acara Penutupan Masa Orientasi Mahasiswa Baru 1988, sedang berlangsung. Tribun sebelah barat terlihat ramai dan sibuk oleh para mahasiswa senior dengan pakian hitam putih dasi hitam lengkap dengan jas kuning keemasan simbul almamater kampus tercinta. Mereka secara bergantian bersalam-salaman dengan para pejabat rektorat , para dekan dan ketua jurusan masing – masing. Suara merdu nan mendayu-dayu, silih berganti antara suara wanita dengan suara MC pria, para mahasiswa baru semakin tak sabar dengan suara itu. Rasa penasaran mereka pun tak dapat ditahan lagi, Widya Jenar semakin terbelalak menyaksikan penampilan MC nan tampan yang diharapkan kehadirannya beberapa hari ini.
Seorang lelaki muda yang bersuara merdu itu tak lain adalah Prikusumo dikenal sebagai komendan regu itu. Setelah menghilang hampir sepekan ia datang berpasangan dengan seorang gadis cantik bersuara merdu nan manja, saling membacakan rangkaian acara penutupan diselingi dengan informasi yang berkenaan dengan kegiatan mahasiswa baru, selanjutnnya tak ketinggalan pula saling membacakan profil masing-masing sebelum acara penutupan dimulai. Mereka menuruni anak tangga tribun sebelah barat perlahan – lahan sambil bergandengan tangan menuju ke tengah lapangan kampus, penampilan benar-benar sangat mengesankan. Pasangan yang sangat serasi itu, merupakan mahasiswa baru program S1/Strata satu transfer dari program Diploma tiga/DIII, mereka mahasiswa FKIP selain seorang SLTP, juga guru SMEA swasta sore harinya. Pantas saja penampilannya sangat percaya diri, pengalaman, wawasan yang luas, dinamis, ramah serta bersahabat.
Prikusumo dan ‘Helen’ rupanya memang telah biasa tampil berpasangan di sekolahnya sebagai MC/pemandu acara, mereka berdua merupakan pasangan MC sekolah, bahkan sering dipanggil oleh dinas maupun acara, mereka berdua merupakan pasangan MC sekolah, bahkan sering dipanggil oleh dinas maupun instansi lain, baik acara kedinasan maupun resepsi lainnya. Sebagai MC profesional, ternyata telah banyak dikenal oleh masyarakat khususnya Surabaya. Widya Jenar, Sri Sasikirana mendengarkan cerita dua mahasiswa baru seregunya itu dengan tak henti-hentinya memberikan pujian dan tepuk tangannya untuk mereka. Hebatnya lagi, di antara ratusan mahasiswa baru itu, ada beberapa mahasiswa mantan siswa mereka berdua, ada yang di FE, FISIP dan terbanyak di FKIP, berarti dia memang diidolakan banyak orang dan ternyata dapat jadi figur panutan minimal diapresiasi sebagai inspirator.
Acara penutupan tak terasa telah memasuki puncak acara, kedua MC berpamitan memohon maaf kepada para peserta serta para undangan. Usai acara Prikusumo menyempatkan diri menemui rekan-rekan seregunya termasuk Widya Jenar, Sri Sasikirana serta peserta lainnya, ia memohon maaf setulus – tulusnya atas kesemuanya itu. Dia mengajukan dispensasi merupakan keterpaksaan, kerena semata-mata posisinya sebagai guru tak diperbolehkan ijin selama sepekan, menelantarkan siswanya. Walaupun demikian Prikusumo tetap berkomitmen untuk selalu mengikuti kegiatan selain perkuliahan wajib, kegiatan yang bersifat falkutatif lainnya pun, akan ikut aktif di dalamnya.
Kegiatan kampus bersifat fakultatif yang berkaitan dengan mahasiswa baru. Prikusumo pada awal semester ganjil itu lebih banyak muncul di semester III dari pada semester I, mata kuliah semester I telah banyak ditempuhnya pada program diploma tiga/DIII. Guna memenuhi koata 22 kredit semester awal, maka ia harus menempuh program semester di atasnya yakni semester tiga, bahkan ada yang muncul di semester lima, hingga logikanya ia berpeluang dapat selesai/lulus dalam kisaran waktu dua tiga semester saja. Hal seperti itu banyak diwacanakan oleh para mahasiswa transfer pada umumnya, berbeda dengan mahasiswa murni dari awal, mereka perlu proses adaptasi dan pemantapan diri. Prikusumo langsung konsentrasi penuh alias gas pol guna mengejar target, prinsipnya harus lulus, mencapai gelar sarjana sebelum usia 26 tahun. Alasannya sederhana kerena pekerjaan sematalah kesempatan meraih gelar itu sempat tertunda, sehingga masa tenggang untuk memilih dan dipilih terabaikan. Pada hal rencana untuk berumah tangga pun sudah diingatkan oleh kedua orang tuanya maupun saudara serta teman-teman dekatnya. Prikusumo tergolong lelaki muda yang idealis, walaupun memiliki sifat familier mudah bergaul, banyak teman, tapi sulit untuk jatuh cinta terutama untuk calon pasangan hidupnya.
Widya Jenar, serta mahasiswa seangkatannya telah berhasil melewati masa transisi dan adaptasi, dari jenjang siswa ke mahasiswa mayoritas tidak mengalami kendala yang berarti keseriusan mereka dalam meraih sukses benar¬-benar diperjuangkan. Terlebih bagi mereka yang merasakan biaya kuliah di PTS sangat tinggi, sudah pasti akan berusaha maksimal dalam menggapai cita – cita mereka. Widya Jenar dan Prikusumo telah dikenal sebagai dua mahasiswa beda fakultas, namun keakrapannya sempat mengundang perhatian para warga kampus umumnya.
Selain pertemuan dalam kegiatan fakultatif yang sama, mereka sebagai teman akrap sering terjadi pertemuan sekadar bosa-basi dan sedikit berkangenan – kangenan saling mensuport maupun bersenda gurau di luar kegiatan kampus. Perbedaan suasana keakrapan antara Sri Sasikirana dengan Prikusumo, ataupun dengan Widya Jenar sebagai seorang mahasiswa beda usia dan pengalaman dalam pergaulan, Prikusumo seakan dapat merangkul semua teman tak terkecuali teman lawan jenisnya. Namun Sri Sasikirana sering berlaku khusus terhadapnya, Prikusumo tetap pada prinsip dasar untuk berusaha tepat waktu dalam mencapai cita-citanya. Keakrapannya dengan Sri Sasikirana serta Widya Jenar, dirasakan sebagai seorang teman dekat yang dapat saling mensuport guna mencapai cita –citanya bersama . Sri Sasikirana tidak sedemikian halnya, ia ingin mendapatkan cinta, kasih sayang sahabatnya dalam satu tempo yang bersamaan. Namun, seiring terbiasanya mereka bertemu Prikusumo sempat goyah dalam prinsip perjuangannya, nyaris larut dalam kedekatannya dengan Sri Sasi yang tak henti-hentinya melepaskan tembakan peluru cintanya itu. Widya Jenar pada awal pertemuan dengan Prikusumo, sempat mengagumi dalam kesan yang super istimewa, perlahan – lahan surut setelah mengetahui hubungan teman sekamarnya itu, melebihi sekadar teman senasib dan seperjuangan terhadap Prikusumo.
Siang itu, Prikusumo akhirnya datang mengendarai vespa warna putih kesayangannya, elegan sebagai simbul penampilan pemuda mapan pada jamannya. Wajar bila sekiranya banyak lawan jenis jatuh hati terhadap dirinya, termasuk Sri Sasikirana. Prikusumo memasuki lokasi rumah kost khusus putri itu, suasana pintu gerbang telah terbuka, Sri Sasikirana suka cita menyambutnya. Widya Jenar langsung berpamitan dengan wajah memerah, pertanda dalam lubuk hati yang terdalam terdapat rasa terabaikan. Prikusumo sedikit kagok dan ragu mengetahui situasi yang tak pernah dibayangkan itu, biarpun Sri Sasi berusaha mencairkan suasana, tapi Prikusumo tampak masih memikirkan perasaan Widya Jenar yang langsung masuk kamar. Tetapi bukan Prikusumo namanya, kalau ternyata gagal dalam beradaptasi dengan situasi serumit benang kusut sekali pun. Suasana terasa kondonsif di ruang tamu , kedua orang tua Sri Sasi yang memperhatikan keadaan, sekali waktu melihat – lihat bacaan ala kadarnya terbitan koran sore.
“ Yah …, ma…ini teman Sasi yang sering Sasi ceritakan itu,“ ucap Sri Sasi memulai pembicaraan pada pertemuan, perkenalan keluarganya.
Prikusumo berdiri sedikit menunduk berlaku sangat sopan, Sri Sasikirana mendekat meraih tangan kekasihnya, menggadengnya, menuju sofa panjang tempat duduk ayah dan mamanya. Kedua orang tua Sri Sasi berdiri perlahan – lahan sambil mengamati, mencermati sikap lelaki muda bersama putri ragilnya. Ayah dan mama Sri Sasi tampak tersenyum berseri – seri terasa suasana akrap nanramah menyambut dengan uluran tangan mereka bergantian. Pembicaraan yang terjadi pada malam itu tidak sekadar akrap tapi layaknya orang tua yang lama tak bertemu dengan anak atau keluarganya, tapi sedikit aneh dan ganjil kedengarannya, pertemuan yang berlangsung secara tiba – tiba itu serasa sangat cair, mengalir bagai sebuah pertemuan yang telah terencana sebelumnya. Widya Jenar mendengar sangat jelas dari ruang belajarnya, kerena jarak antara ruang tamu dengan ruang belajar tiap kamar itu nyaris tak terpisahkan.
Sesungguhnya tidaklah elok bertamu berlama – lama, dalam ruangan anak indekost itu, karena umumnya mereka terasa terganggu aktivitasnya. Walaupun demikian Widya Jenar tetap bersikap hormat dan santun terhadap tamu teman sekamarnya, tak lama kemudian, mereka segera berpamitan untuk melanjukan acara pertemuan anggota keluarga baru itu. Perkuliahan di FK lebih banyak dituntut disiplin diri sendiri, selain perasaan lain yang ganjal di lubuk hati terdalam. Ternyata teman sendirilah yang memulai menggelar persaingan secara terselubung. Semoga lelaki tampan yang sempat dikagumi itu tetap berpegang pada prinsipnya, sehingga cita – cita yang diperjuangkan dengan susah payah itu tidak sia – sia. Prikusumo terlalu dini diidolakan, bukankah pernah terucap dari bibirnya sendiri untuk sebuah harapan saling mendorong guna meraih cita–cita.
‘’ Kau kelak jadi seorang dokter profesional nan cantik… ayu lahir batinnya , dan aku sangat berharap engkau pun berdoa untukku… untuk saling mendorong di setiap waktu …”
Tiba – tiba Widya Jenar seketika teringat ucapan waktu itu, tatkala mereka sering bertemu dalam kegiatan protokoler di Bangsal Pancasila. Widya Jenar segera kembali fokus pada buku leteratur anatomi yang dipegangnya dengan kedua tangannya kala itu, Ia berusaha membiarkan suara knalpot vespa menderu perlahan-lahan kemudian menghilang, meninggalkan pelataran rumah kostnya. Namun angannya tetap terbayang pada sikap Sri Sasikirana yang sengaja menawarkan sebuah kompetisi terbuka untuk mendapat cinta kasih idolanya itu. Akhirnya ia lebih memilih untuk melaksanakan sholat isyak sebelum terlanjur tertidur di kamar dengan suasana hati gundah. Sementrara Sri Sasikirana terlihat mesra berada disamping kekasihnya, seakan tak mau melepas sedetik pun genggaman tangannya yang halus putih bersih itu dengan lengan yang kokoh berotot sedikit berbulu tipis kecoklatan sawo matang.
Rutinitas perkuliahan masih stabil seperti biasanya, hanya tak terasa semester ganjil pertama hampir berakhir, tapi tidak dengan romansya Prikusumo dan Sri Sasi. Sementara Widya Jenar masih menjadi pendengar setia dan penengah hubungan mereka, meski tidak disadari rasa cemburu sering kali muncul dari lubuk hati Widya Jenar. Seberapa lamakah bertahan? Belum ditemui jawabannya. Widya Jenar, antara cita dan cintanya dipersimpangan.
In The Name Of Love
Oleh: Nurhasanah, S.Pd.I, M.Pd.
Tegen adalah salah seorang murid di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah 3 di Medan Sumatera Utara. Salah satu SMP swasta dengan peringkat akreditasi A di Kota Medan. Dalam bidang akademik mulanya gurunya menilai Tegen masuk kategori siswa yang bodoh karena pencapaian nilainya di Triwulan I Kelas I (satu) hanya mendapatkan peringkat ke-40 dari 44 orang siswa di kelasnya. Banyak pelajaran yang nilainya hanya mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal.
Berbeda jauh dari teman-temannya yang berada dibawah peringkatnya yang jarang hadir ke sekolah karena bermalas-malasan di rumah, Tegen selalu hadir untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Tetapi serajin apapun ia mengikuti pembelajaran tetap tidak mampu menyerap pelajaran dengan baik karena ternyata ia memiliki kendala didalam bahasa dan ekonomi.
Tegen adalah siswa yang berasal dari luar daerah kota Medan, tepatnya desa kecil di Kabupaten Pakpak Bharat, bernama Desa Tanjung Meriah. Dalam kesehariannya ia selalu menggunakan bahasa daerah dalam percakapan sehari-hari. Begitu juga dengan guru SD di kampungnya menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran. Bukan hanya dalam pembelajaran, ia juga kesulitan dalam berkomunikasi dan bersosialisasi dengan temannya. Selain komunikasi, ekonomi keluarga yang pas-pasan juga, tidak membuatnya menarik dimata teman-tamannya. Tak jarang celaan dan hinaan ia peroleh ketika bermain bersama. Jadi bahan bulliying dan tertawaan. Diawal masuk sekolah, Jojo yang bertubuh lebih tegap dan tinggi dari Tegen berkata : “Heh, siapa namamu?” dengan gemetar dan ketakutan Adam menjawab : “Saya kurang pandai Berbahasa Indonesia.” Terbata-bata dan dengan logat daerahnya yang sangat kental. Mendengar jawabannya, spontanitas teman-temannya menertawai dan mengejeknya dengan mengatakan “Gila kau”. Mulai hari itu tak henti-hentinya temannya mencemooh dan membullinya, dengan menakut-nakuti, menggertak, mengompasi uang jajannya, bahkan menjauhinya. Tak banyak yang bersedia menjadi temannya, ia sering merasa sendirian.
Perlakuan teman-tamannya ia terima dengan lapang dada dan tidak pernah membalas kejahatan mereka, tetapi tetap fokus dalam mengikuti pelajaran. Terutama dalam mempelajari Bahasa Indonesia. Banyak usaha keras yang dilakukan untuk mengubah dirinya menjadi oarng yang dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Usahanya itu tidak sia-sia karena ternyata bisa mendongkrak nilai raportnya di Triwulan II, ia menduduki peringkat 37 dari 44 siswa. Begitu seterusnya, hingga ia berhasil mendapatkan Rangking I di kelas III SMP. Lanjut ke SMK Tekhnologi Muhammadiyah 9 yang juga berakreditasi A di Medan, Tegen tidak lagi mendapatkan kendala atau halangan, bahkan ia berhasil mendapatkan juara umum 1 di sekolahnya. Ketika magang di perusahaan besar milik Jepang ia ditawari menjadi karyawan jika telah tamat sekolah. Namun Tegen memilih untuk melanjutkan pendidikannya terlebih dahulu ke Sekolah Tinggi Ilmu Komputer sambil mengajar di salah satu sekolah bertaraf Internasional di Medan, juga mengajar di berbagai lembaga bahasa Inggris dan Komputer. Selain itu, ia juga mengajar private ke beberapa rumah di Medan.
Lulus kuliah dengan gelar sarjana, Tegen pun mencoba mengikuti ujian penerimaan CPNS di Lembaga Mahkamah Agung RI dan berhasil lulus dengan peringkat ke-4 se-Indonesia. Walaupun sudah menjadi ASN dan menduduki jabatan Sekretaris Pengadilan Negeri, Tegen merasa dirinya tetap kekurangan dalam hal ilmu dan tetap mengembangkan dirinya dengan terus mengasah kompetensinya. Itu semua ia lakukan karena cintanya terhadap ilmu pengetahuan. Sebab kecintaannya itu sampai rela meninggalkan kampung halaman yang subur, orang tua terkasih, sanak saudara, dan teman-teman masa kecil yang indah. Meninggalkan kondisi nyaman untuk menuntut ilmu di luar daerah yang sangat berbeda dengan adat dan kebiasaan di kampungnya. Mengenalkan diri, bersosialisasi dan beradaptasi kembali dengan lingkungan baru yang cenderung kurang bisa menerima kekurangannya adalah hal yang sangat sulit dan luar biasa yang dilakukannya demi memenuhi hasrat dan keinginannya yang haus akan ilmu. Merasa rindu datang ke sekolah dan rugi jika tidak hadir walau sehari untuk memenuhi keingintahuan pada segalanya yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan. Bahkan bujuk rayu untuk kembali ke kampung halaman tidak ia hiraukan, karena kecintaannya terhadap ilmu itu sangat mendalam walau makan sangat kekurangan. Sering ia makan hanya dengan nasi dan saus saja tapi tetap dilakoni dengan senang hati.
Keputusan yang diambil, meninggalkan kehidupan yang nyaman di kampung halaman lantas menjalani hari-hari yang sulit, belajar keras dan bekerja keras, dibuktikan dengan keberhasilannya mencapai cita-cita yang diimpikan. Itu semua dilakukannya atas nama cinta, in the name of love.
Mutiara Cinta
Oleh: Enni Eka Susanti, S.Pd
Cinta yang kuat terhadap keluarga terdapat pada sosok Ayahandaku. Kagum, hormat, sayang, dan cintaku luar biasa untuk ayahandaku. Postur tubuh tinggi, hidung mancung menjadi salah ciri Ayahandaku. Wajahnya teduh, dan selalu tersenyum menghadapi masalah apapun. Senang bercanda dan humoris menjadi hal yang kusukai dari ayahku. Membaca buku, naik sepeda, dan berwisata menjadi hobinya.
Kegemaran membaca, menurun kepadaku. Kuluangkan waktu untuk membaca buku setiap harinya. Masih kuingat ketika kecil Ayah membelikan majalah bobo, Ananda, dan kumpulan cerpen Anila Cemerlang. Sementara itu Ayahanda di kantor berlangganan majalah kesayangannya Djoko Lodang. Majalah Djoko Lodang adalah Majalah berbahasa Jawa, yang menjadi teman setia ayah diwaktu luang. Setiap hari Minggu kami menghabiskan waktu bersama di ruang tamu membaca majalah kesayangan. Membaca bagi kami membawa atmosfir semangat dan menggairahkan jiwa, kebersamaan moment yang indah bagi kami.
Ayah ingin putrinya bersahabat erat dengan buku, tak heran jika ayahanda memenuhi semua keinginan kalau terkait dengan buku. Rasa cinta beliau disampaikan lewat memanjakanku dengan membelikan baik buku pelajaran, buku kuliah dan buku-buku yang lain, sungguh aku bersyukur memiliki ayah yang mulia. Sentuhan cinta dan kasih sayang ayahandaku dengan membelikan sepeda baru untukku. Berangkat sekolah dengan sepeda baru membuat bahagia, bersama teman-teman SMP kumengayuh sepeda dengan riang. Ayahku selalu berusaha membahagiakan dengan cara-cara yang bersifat mendidik. Bersepeda ke sekolah melatihku Mandiri dan menjadi pribadi yang tangguh. Ayahanda menginginkan aku menjadi seorang putri dengan pribadi yang kuat dalam menjalani kehidupan.
Ayahanda memberi keteladanan, ketangguhan dalam menjalani roda kehidupan. Ayah mempersiapkan diri untuk berangkat kerja pukul 05.00 karena jarak rumah dengan kantor Ayah cukup jauh. Ayahanda bekerja sebagai PNS di Kantor Dinas Pendapatan Daerah Yogyakarta kala itu. Sebagai Abdi Negara Ayah menunjukkan dedikasi kerja yang bagus. Pukul 19.00 terkadang baru sampai rumah. Sebagai putrinya aku bangga memiliki ayah yang setia mengabdi pada Negara. Aku ingin mencontoh Ayahandaku yang setia pada Negara, bekerja penuh dedikasi, tanpa kenal lelah untuk kami sekeluarga.
Masih kuingat ketika pertama kali diterima sebagai salah satu mahasiswi perguruan tinggi di Yogyakarta Ayahku sangat bangga, dan tersenyum bahagia. Keesokan harinya, Ayahandaku mengajak ke toko “Bata”, dan menghadiahkanku sepatu vantofel berbahan dasar kulit, keren dan aku suka. Sepatu itu menjadi saksi ungkapan kasih sayang, cinta seorang Ayah kepada anaknya, aku sebagai putrinya tentu sangat senang. Menyambutku sebagai mahasiswi baru Ayah mengajak berkeliling toko, memilih salah satu toko jam terkenal di kota Muntilan, yaitu TOKO JAGO yang menjadi langganan Ayahandaku. Ayah menyuruhku memilih salah satu jam yang aku sukai. Kembali aku terharu, indahnya kelembutan dan kasih sayang beliau kepadaku!
Kulalui hari-hari yang manis bersama cinta yang diberikan Ayah kepadaku. Aku sempat kos di Yogyakarta dekat kampusku selama setengah tahun. Sebulan sekali pulang biasanya ongkos, biaya kuliah mulai menipis. Sebenarnya jika membutuhkan dana untuk kegiatan kampus, aku bisa langsung menemui Ayah di Kantor DIPENDA Yogyakarta. Namun aku berusaha disiplin mengelola keuangan yang diberikan Ayahku.
Buku-buku kuliah yang kuminta selalu jadi prioritas Ayahandaku. “Belajarlah yang rajin, supaya kau sukses pesan Ayahku!”
Aku berjanji untuk mewujudkan cita-cita Ayahku, bisa lulus kuliah tepat waktu. Belajar keras dan sungguh-sungguh senantiasa kulakukan setiap hari baik di kos, atau dirumah. Semester 4 kuputuskan tidak kos untuk lebih dekat bersama Ayahandaku, setiap hari kami berangkat bersama. Ayah kerja di kantor sementara aku kuliah. Terkadang di kampus aku yang paling awal datang, suasana kampus masih sepi, daripada ketinggalan, atau terlambat masuk kelas. Menemani tukang kebon yang masih asyik menyapu tidak apa bagiku. Terkadang jadwal kuliah malam, sampai pukul 19.00 Ayahanda setia menungguku. Sebagai seorang Ayah kecemasan, timbul jika aku kuliah malam. Kuhubungi ayahandaku jika kuliahku sudah selesai. Kami pulang bersama, sampai di rumah, biasanya ibu akan tersenyum, “Bapak dan anak pulang malam”, biasanya ibu sudah menyiapkan makanan di meja. Tugas kuliah menumpuk, setelah istirahat kulanjutkan meyelesaikan tugas kuliah dengan menggunakan mesin ketik. Irama musik yang ditimbulkan mesin ketikku memecah kesunyian malam. Pukul satu dini hari, tugasku belum juga kelar. Ayahandaku bangun mengingatkan supaya aku istirahat. Ayah kasihan melihat tugasku yang menumpuk, beliau menemaniku. Mesin ketik merk Royal pemberian ayahku, masih terus bekerja, terkadang menimbulkan suara berisik masih setia menemaniku. Punggungku sudah mulai pegal, akhirnya kuikuti nasehat ayah untuk istirahat.
Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ketepian, prinsip yang kulakukan dalam menjalani perjuangan meraih kebahagiaan dan kesuksesan. Tugas kuliah, yang berat tetap kukerjakan dengan hati senang, ikhlas, apalagi ketika kulihat ayahku bekerja membanting tulang tanpa kenal lelah, untuk kami, sudah selayaknya kubalas budi ayahandaku dengan berjuang belajar menyelesaikan kuliah. Airmataku mengalir deras, apabila melihat Ayah bekerja sampai larut malam, kadang pindah tugas yang jauh.
Ayahanda, selalu berpesan supaya aku menjadi anak yang sholeh, “Putriku tercinta, jadilah Putri yang pantang menyerah, disiplin, sabar, tangguh, karena engkau adalah “Mutiara Cinta” Ayah kepadamu, Nak”. Bagi Ayahanda aku adalah “Mutiara Cinta” yang memberi semangat hidup, dan kebahagiaan Ayahanda. Ayahanda aku berjanji untuk membahagiakan ayah dan berusaha untuk mewujudkan cita-cita ayah, karena aku adalah “Mutiara Cintamu”.
Doa Untuk Cinta
Oleh: Needa Nurrohmah
Kebahagiaan dalam hidup itu adalah ketika kita menjalani kehidupan ini bersama orang yang penuh dengan rasa cinta, mengajarkan dan membimbing kita cara mengenal dan mencintai Sang Pemilik Cinta. Allah ‘Azza wa Jalla. Adalah Buya, seorang ayah yang memiliki kewibawaan, kelembutan, cinta dan kasih sayang juga ketegasan dalam mendidikku. Bersamanya aku merasa nyaman dan tentram. Kami selalu berbincang–bincang mengenai masalah agama, akhlak mimpi masa depan, adab suami istri, kewajiban sebagai ortu dan segala hal, Bercakap–cakap dengannya waktu terasa sangat kurang, aku selalu asyik – masyuk mendengarkan uraian kalimatnya yang penuh hikmah dan bijak. Ayat – ayat Al Quran Al Karim. Hadits As Syarif ataupun Siroh [Sejarah] selalu dilantunkan menjadi Hujjah. Tidak pernah ada kata–kata kasar yang keluar dari dua bibirnya apalagi caci maki dan sumpah serapah.
‘Bersikap baiklah pada wanita, karena dia diciptakan dari tulang rusuk. Bagian tulang rusuk yang paling bengkok ada di atas. Jika kamu berusaha meluruskannya maka dia akan patah, dan bila dibiarkan maka bengkok tetap disana. Maka bersikap baiklah pada wanita.’ [ HR Muslim ]
Dalil inilah yang dilaksanakan oleh Buya bila berbicara denganku. Ya, Buya selalu berusaha menjalankan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW. Buya ingin meniru akhlaq kekasihnya RASULULLAH SAW. Seperti yang dilukiskan Ummahatul Muslimin ‘ Kaana khuluquhul quran.’
Buya menuntunku agar mengenal dan mencintai Allah SWT. ‘Sungguh aku ini Allah. Tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan laksanakan shalat untuk mengingat Aku’. [ QS Thaha,20;14 ]
Buya membimbingku untuk mengerti arti kehidupan. ‘Aku tidak ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepadaKu’. [ QS Adzariyat, 51;56 ]
Buya memperkenalkanku kepada cinta hakiki. ‘Katakanlah [ Muhammad ] ; ‘Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa – dosamu. Dan Allah Maha Pengampun Maha Penyayang.’
Buya memintaku untuk selalu teguh terhadap pedoman hidup. ‘Aku tinggalkan kepadamu dua perkara, kamu tidak akan tersesat selama-lamanya, berpeganglah pada Al Quran dan Hadits’ [ HR Al Hakim ]
Buya menyemangatiku untuk selalu menuntut ilmu. ‘Menuntut ilmu wajib bagi muslim laki dan perempuan.’ [ HR Ibnu Majah ].
Buya membiasakanku untuk saling memberi nasihat. ‘Demi Masa, sungguh manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebaikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati dalam kesabaran. [ QS Al Ashr 1-3]
Buya memperkenalkanku kepada saudara Muslim. ‘Sesungguhnya orang-orang beriman adalah bersaudara.’ [QS Al Hujuraat;49;10]
Buya bertutur tentang tanggung jawab. ‘Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui, Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani akan dimintai pertanggung jawabannya.’
Masih banyak lagi nasihat-nasihat yang dijelaskan oleh Buya tercinta, tak terhitung kisah-kisah yang diceritakan seperti kisah Luqman seorang ayah yang bijak, kisah Ashhaabul Kahfi, Nabi Khidr dan lain sebagainya. Sungguh memori yang sangat indah dibenakku.
Tapi… itu semua berakhir pada tanggal 1 Maret 2004. Tepat sebulan sebelum keberangkatanku ke Negeri Sakura. Pada hari itu aku dikabarkan bahwa dirimu sudah tidak dapat berbicara lagi. Sakit Diabetes Melitus bertahun tahun membuat daya tahan tubuhmu terus menurun. Dadaku sesak, kerongkonganku tercekat, segera kupergi kerumahmu untuk kembali menjengukmu. Dan ternyata…saat itu dirimu sedang mengalami sakaratul maut, dijemput oleh malaikat pencabut segala kenikmatan dunia yang menjalankan titah Ilahi. Aku berusaha menuntunmu agar dapat menyebut asma Sang Maha Cinta Allah dan kekasihNya LAA ILAAHA ILLALLAH MUHHAMMADUR RASULULLAH. Tak berapa lama prosesi itupun selesai. Air mataku mengalir deras tak berkesudahan. Buya, Buyaaa, Buyaaaaa….
Tubuhku lemas seperti tak bertulang, Buya telah pergi meninggalkanku menghadap penciptanya, Cinta sejatinya. ‘Wahai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridho dan diridhoiNya. Maka masuklah kedalam golongan hamba-hambaKU dan masuklah sedalam surgaKU’. [ QS Al Fajr 27-30].
Aku berharap ruh Buya disambut oleh malaikat-malaikat suci dan berkata; ‘Ruh siapakah ini yang wanginya harum semerbak/ kemudian dibawa ketempat yang tinggi [‘Illiyyin ]. Sempat terbersit dalam hati ini rasa belum siap ditinggal oleh Buya. Tapi aku teringat kisah Khalifah Umar yang tidak percaya bahwa Rasulullah wafat, maka Khalifah Abu Bakar berkata; ‘Saudara-saudara, barang siapa mau menyembah Muhammad, maka Muhammad sudah meninggal. Tetapi barang siapa mau menyembah Allah, maka Allah selalu hidup dan tak pernah mati.’
Astaghfirullah, Astaghfirullah Astaghfirullahal ‘Adziim. Laa Ilaaha Illallah Muhammadur rasulullah. Aku beristighfar dan memohon ampun kepada Allah atas rasa tidak rela kehilangan dirimu. Tapi aku terhibur dengan mengingat ayat yang pernah kau lantunkan. ‘Dan orang-orang yang beriman, beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka [didalam surga]. Dan kami tidak mengurangi sedikitpun pahala amal [kebajikan] mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya. [QS At Thuur 52;21]
Ya Allah ampunilah segala dosa Buya, lapangkan alam kuburnya, hindarkan dari fitnah kubur, terimalah segala amal sholihnya, jangan biarkan tubuhnya rusak dimakan oleh binatang-binatang didalam tanah, utuhkan jasadnya ya Allah, sayangilah buya ya Allah dan tempatkanlah dalam surga-Mu, Rabbighfirlii waliwaalidayya warhamhumaa kamaa robbayaanii shagiiraa. Aamiin Allahumma aamiin.
“ Ayo Percaya Diri & Cintailah Dirimu dengan Sepenuh Hati ”
Oleh: Nicco Nurman
Kalau bicara tentang “ The Love “ mungkin tidak ada habis – habisnya. Dimulai dari bercerita tentang cinta kepada roh, nabi, orang tua, teman maupun pasangan baik suami-isteri maupun terhadap pacar. Ada beragam cara yang ditunjukkan seseorang terkait cara mengungkapkan “ The Love “ ini.Mungkin diantara banyak bentuk – bentuk dari “The Love” ini mungkin yang paling santer dan familiar yang akan dibahas adalah mengenai “The Love” Kepada pasangan yakni “Cinta’’ kepada suami/isteri maupun kekasih. Kalau sudah berbicara tentang “ The Love “ yang satu ini bakalan tidak ada kata habis – habisnya selalu saja ada hal yang bakalan dibicarakan. Baik Laki – Laki/Perempuan, Tua/Muda, Sudah Menikah/Belum Menikah.
Pokoknya kalau sudah ngobrol tentang topic “ The Love “ yang satu ini ada – ada saja yang bakal dibahas dan waktu pun tak terasa berputar dengan cepat. Apalagi dikalangan kaula muda bahkan pelajar dan mahasiswa sekalipun selain bercerita tentang kesibukan sekolah/kampus, organisasi biasa bakalan berakhir bercerita tentang topic yang satu ini yang bahkan durasinya sampai berjam – jam dan mengalahkan topic dan pembahasan yang lainnya…ha…ha…ha…ha Bakalan tidak lengkap rasanya dan serasa bagaikan sayur tanpa garam kalau lagi ketemu,ngumpul, dan diskusi kalau tidak bercerita tentang topic “ The Love “ yang satu ini dan bahkan sampai masalah lebih rumah tangga dan rahasia pun bakalan diceritakan. Rasa Bahagia, Canda, Tawa, Sedih, Menangis bercampur jadi satu kalau sudah membahas kisah “ The Love “ terhadap pasangan ini dan otomatis teman – teman akan menjadi tempat berbagi, mencari solusi atau bahkan pelarian buat mencurahkan isi hati. Iya Kan, hahaha.
Namun pada tulisan kali ini saya akan membahas tentang “ Percaya Diri & Cintailah Dirimu dengan Sepenuh Hati “ Cintailah dirimu dengan sepenuh hati. Tak banyak orang yang mampu mencintai dirinya sendiri. Banyak orang yang kurang bersyukur dengan apa yang telah didapat, diterima dan dimiliki saat ini. Maaf, banyak manusia merasa dirinya merasa kurang ini itu padahal mereka lupa banyak orang yang berada dibawah mereka dan ingin seperti mereka sekarang.
Terkadang manusia merasa kurang puas dan bersyukur dengan apa yang dimiliki. Kurang inilah, kurang itulah.
Contohnya; bisa berjalan kaki pengen punya motor, udah punya motor pengen punya mobil, yang udah punya mobil pengen nambah lagi…ha…ha…ha
Banyak cara untuk mencintai diri sendiri, diantaranya bersyukurlah dengan apa yang kita punya, dapat dan terima saat ini. Jangan terlalu melihat keatas dalam urusan duniawi banyak – banyaklah untuk melihat kebawah. Bersyukurlah dengan apa yang telah Tuhan berikan kepadamu. Kita boleh merasa termotivasi dengan apa yang dimiliki oleh orang lain tapi kita juga harus sadar kalau akan kemampuan yang kita miliki. Paham apa yang paling kita butuhkan bukan yang kita inginkan untuk saat ini. Karena belum tentu apa yang kita inginkan itu yang kita butuhkan. Cintailah dirimu dengan sepenuh hati maka otomatis orang lain akan mencintaimu. Jangan merasa minder dengan diri sendiri. Sebab dengan kita tidak percaya diri dengan diri, kita akan selalu merasa dihantui rasa ketakutan, kecemasan dan kekhawatiran. Otomatis bagaimana kita mau maju dan dikenal orang, lah kitanya aja minder dengan diri sendiri.
Itulah dulu yang pernah saya alami, kalau saya sering mengeluh, putus asa dan selalu mendengarkan perkataan dari orang – orang sekitar. Tiap apa yang dikatakn orang lain saya selalu baper dan memasukannya kedalam hati. Kalau sudah demikian bagaimana mau melangkah dan maju, percaya diri sama diri sendiri saja kagak. Berarti kalau dipikir – pikir selama ini saya lebih terpovokasi dengan perkataan orang lain, tentang apa yang diceritakan oleh orang lain terhadap saya daripada bertindak untuk melakukan apa yang seharusnya saya kerjakan. Waktu akan terbuang dengan sia – sia dan percuma karena hidup saya hanya dihabiskan untuk memikirkan apa kata orang. Seharusnya saya berusaha lebih mengutamakan apa yang mau saya kerjakan apa yang telah saya rencanakan, impikan dan cita – citakan.
Karena dulu saya sering begini makanya pola pikir saya nggak maju – maju dan berkembang dan hidup dalam belenggu orang lain.
Singkat cerita dulu saya orangnya pemalu, pendiam, jarang bersosialisasi, belum pernah ikut kegiatan organisasi, aktivis dan perkumpulan lainnya. Hanya pas awal – awal kuliah pernah ikut dan menjabat organisasi kepemudaan yaitunya karang taruna dikampung saya dan saya ditunjuk sebagai wakil ketua diorganisasi itu. Akan tetapi organisasi tersebut tidak berjalan secara aktif sebagaimana mestinya. Hanya kadang – kadang mengadakan pertemuan dan kegiatan. Dan parahnya saya yang ditunjuk sebagai wakil ketua tidak menjalankan tugas sebagaimana mestinya. Mungkin karena saya juga kurang suka sama organisasi tersebut ditambah lagi bukan dari hati dan niat saya untuk bersedia menduduki posisi itu.
Tapi seharusnya saya lebih berfikir luwes. Bahwa kalau ini merupakan kesempatan untuk belajar dalam berorganisasi, bersosialisasi, mempelajari hal – hal baru bukan hanya pasif, diam dan mendengar apa kata orang berkepanjangan. Karena dengan begitu saya sudah menghargai diri sendiri, sudah percaya diri dengan kemampuan yang saya miliki. Karena belum tentu apa yang kita takuti itu yang akan terjadi. Namun sebaliknya apa yang kita yakini biasanya itu yang kita dapatkan.
Terkadang kita sering lupa. Kalau kita sudah menyayangi dan mencintai sesuatu. Baik itu keluarga (Ayah,ibu,pasangan dan keluarga) serta harta benda yang kita miliki. Kita sepertinya melupakan sesuatu hal yang semestinya paling kita cintai yakni diri kita sendiri dengan sepenuh hati. Kita mati – matian mencari uang tapi lupa akan waktunya memanjakan diri atau beristirahat.
Banyak yang bilang “ Bekerjalah dengan sepenuh hati maka urusan dalam pekerjaanmu akan dimudahkan “ Nah begitupun dengan diri sendiri, Cintailah dirimu dengan sepenuh hati. Maka nikmat kesehatan dan ketentraman akan kamu dapatkan.
Lawanlah rasa ragu, was – was dan takut yang kamu yang menghampiri dirimu. Jadikan itu sebagai pemacu semangat untuk lebih baik lagi kedepannya. Cintailah dirimu dengan sepenuh hati maka Allah akan lebih menyayangimu. Otomatis orang – orang akan lebih menghargai dirimu. Abaikan omongan yang tidak bermanfaat. Saringlah perkataan yang patut untuk dijadikan semangat, motivasi dan gairah untuk tetap terus melangkah meraih kesuksesan. Jangan takut melakukan kesalahan, justru takutlah kalau tidak pernah melakukan apa – apa hanya berdiam diri menjadi penonton kesuksesan orang lain.
Kalau dipkir – pikir setiap manusia mempunyai sifat dan karakteristik yang berbeda – beda. Berarti seseorang mempunyai sifat, karakteristik, keunggulan dan keunikan tersendiri yang tidak bisa disamakan. Ada yang unggul di bidang pendidikan tapi belum tentu bisa unggul di bidang usaha, ada yang unggul di bidang usaha tapi tidak mempunyai pendidikan yang tinggi. Tapi tak jarang yang unggul di kedua bidang tersebut. Singkat cerita terkait pengalaman “ Percaya dirilah & Cintailah dirimu dengan sepenuh hati “ ini saya punya mempunyai kisah yang bisa saya sharing dan ceritakan kepada teman – teman yang nantinya membaca buku saya ini.
Dulu sebelum saya mengerti betapa pentingnya percaya akan kemampuan yang dimiliki dan cintailah dirimu dengan sepenuh hati ini saya termasuk orang yang mudah frustasi dan pantang menyerah. Kadang kalau ada masalah saya bukannya saya selesaikan tapi malah saya lari dari masalah. Begitupun dengan tantangan, kalau saya dikasih tantangan baik dari keluarga, teman maupun orang lain jangan kan melakukannya, menjawabnya aja saya ragu – ragu, takut dan gemetaran. Malah yang saya lakukan hanya memikirkan tantangan yang diberikan bukannya berusaha untuk menjawab tantangan tersebut dengan mencoba dan berusaha berlatih keras agar bisa melakukan dan melaluinya. Begitu aja terus, saya hanya sibuk untuk memikirkan,melamuni tantangan itu yang terkadang berdampak kepada pikiran saya. Saya malah sering tidak semangat dalam melakukan hal – hal lain karena terlalu sibuk dan focus memikirkan suatu tantangan yang saya nya udah takut, grogi dan gemetaran duluan tanpa bertindak dan berusaha mencari jalan untuk bisa melakukannya.
Ibaratkan kata orang lain sibuk mengejar impian dan kesuksesan. Saya hanya terpaku dan terdiam melihat serta menjadi penonton orang lain. Belum apa – apa udah mundur duluan, belum mencoba udah mikir yang aneh – aneh. Seharusnya saya percaya diri akan kemampuan yang saya miliki untuk menjawab sebuah tantangan. Banyak orang – orang yang bilang dan juga telah dibuktikan oleh beberapa hasil penelitian kalau apa yang kita pikirkan berdampak besar kepada apa yang kita rasakan dan apa yang kita lakukan. Kalau dipikiran kita yang ada hanya bisikan – bisikan negatif otomatis hanya itu yang membelenggu hati kita sehingga kita seakan tidak dapat begerak untuk melakukan sesuatu.
Itu selaras dengan ilmu Neuro Linguistic Programming (NLP) yang saya pelajari bahwa segala sesuatu tindak tinduk manusia berawal dari pemikiran. Beberapa peneliti telah membuktikan kalau setiap orang bisa sukses bukan hanya semata – mata dari hasil kerja kerasnya melainkan dari pemikiran yang memberdayakan. Kalau semasa kecil dan mudah kita sering was – was, takut dan cemas ketika dewasa kita akan susah untuk bersosialisasi dengan orang lain ditambah lagi semasa sekolah kita jarang sekali aktif dalam kegiatan kelompok, tidak pernah organisasi – organisasi yang ada disekolah dan dikepemudaan yang ada ditempat tinggal kita. Contohnya aja ketika disekolah, kalau kita jarang bertanya dan mengutarakan pendapat tentang apa materi yang telah disampaikan oleh guru kita ketika diminta untuk menjawab dan menjelaskan pertanyaan yang telah diberikan oleh guru kita. Kita akan merasa canggung, grogi dan gugup dalam menjawabnya. Apalagi kalau disuruh tampil kedepan mungkin ada hal – hal aneh yang akan kita rasakan dalam diri kita seperti jantung dag dig dug,suara gemetaran, badan panas dingin dan perasaan mau mual dan muntah padahal kita sehat dan tidak sakit apapun. Begitu besarnya pengaruh negative yang dapat ditimbulkan kalau kita tidak percaya diri.
Nahh…kalau tidak cepat – cepat diantisipasi dan ditangani saat itu juga nanti akan berdampak ketika kita sudah dewasa kelak. Bergitulah yang saya rasakan teman – teman. Hingga saat saya dewasa sekarang sebelum saya benar – benar berusaha untuk merubahnya perasaan tersebut selalu saya rasakan dan menghantui hati saya ketika dikasih tantangan untuk melakukan sesuatu. duluan Belum apa – apa saya udah berpikir yang aneh – aneh. Belum mencoba saya sudah mundur.
Ada 3 faktor yang mempengaruhi pemikiran dan tindak tanduk seorang manusia :
1. Berfikiran negatif
Seseorang ketika disuruh untuk melakukan sesuatu terkadang berpikiran kalau saya pasti gagal, pasti nggak bakalan berhasil. Logikanya aja bagaimana kita mau berhasil dan sukses untuk melakukan sesuatu. Nahh kita nya aja udah nggak percaya diri sama kemampuan yang kita miliki bagaimana mungkin bisa mempengaruhi orang lain.
2. Sering membanding – bandingkan diri dengan orang lain.
Sering kita temui kalau seseorang termasuk kita pribadi terkadang sering cemburu dengan kesuksesan dan keberhasilan orang lain. Misalnya kalau ada orang beli baju baru, kita juga ingin membeli baju baru. Kalau ada orang membeli motor baru, kita juga ingin membeli motor baru, kalau ada orang yang memiliki mobil baru, kita juga ingin memilikinya dan lain sebagainya.
Terkadang kita hanya menurutkan hawa nafsu tanpa dibarengi dengan logika kita. Karena belum tentu apa yang orang lain dapatkan itu yang kita dibutuhkan. Belum tentu kalau orang lain butuh akan sebuah mobil mewah dan rumah bertingkat kita juga butuhkan akan itu. Semua kita telah di tempatkan diposisi terbaiknya masing – masing oleh sang pencipta. Karena belum tentu kalau kita punya motor dan mobil mewah seperti orang lain itu akan kita pergunakan sebagaimana mestinya. Bisa jadi kita tidak bisa mengendarainya. Barangkali itu hanya membuang – buang karena emang tidak butuh untuk kita dan ditambah juga dari segi keuangan kita tidak mampu memilikinya. Bersyukurlah dengan apa yang telah kita miliki dan nikmati sekarang ini.
3. Kurang Persiapan
Ini merupakan faktor yang tidak kalah penting dari kedua faktor diatas. Apapun yang akan anda lakukan dan kerjakan butuh persiapan yang matang. Mau presentasi dikelas, ikut pentas seni maupun perlombaan lainnya perlu mempersiapkan yang matang dan terstruktur. Anda bisa berlatih jauh – jauh hari sebelum acara akan dimulai. Sediakanlah waktu anda beberapa jam tiap harinya untuk berlatih secara konsisten dan berkelanjutan. Jangan coba – coba memakai sistem yang mungkin sering anda lakukan ketika kuliah dulu yaitu SKS (Sistem Kebut Semalam) ditambah lagi anda baru pertama kali ikut acara dan perlombaan itu. Perbanyaklah mencari referensi dan membaca buku serta bertanya dan berdiskusi kepada orang yang punya pengalaman tentang materi yang akan anda tampilkan dan perlombaan.
Dengan menerapkan ketiga faktor diatas akan menambah rasa kepercayaan diri anda dalam melakukan hal apapun. Kalau sudah demikian kita akan merasa bangga dan bahagia atas pencapaian diri yang akan membuat seseorang lebih menghargai dan mencintai dirinya dengan sepenuh hati.
Saya mengajak kepada semua para pembaca setelah membaca buku yang saya tulis ini agar senantiasa untuk percaya diri akan kemampuan yang kita miliki. Percayalah setiap orang diciptkan dengan keunggulan dan keunikannya masing – masing karena tidak mungkin seorang ayam bisa disamakan seperti burung yang bisa terbang kesana kemari yang akan membuat dirinya beranggapan akan bodoh selamanya padahal ayam itu juga punya keunikan tersendiri yang belum tentu dipunyai oleh seekor burung.
Cintaku Bersandar Di Kaligentong
Oleh: Saryadi, SE.,MM
Langit nampak cantik. Terpampang pemandangan nan indah di atas gunung Merapi dan gunung Merbabu. Pemandangan tak biasa menandakan keagungan Illahi. Puncak gunung Merapi dan gunung Merbabu nampak diselimuti awan lenticular yang membentuk bagaikan topi nan indah dan unik.
Kukayuh sepeda gunung, menyusuri jalanan yang mulai ramai dan menanjak di Boyolali. Sepeda gunung yang setia menemaniku, mencari suasana baru yang segar. Ditemani sepeda gunung, kukayuh ke arah Kaligentong. Obyek wisata baru di daerah Ampel, Boyolali, dekat dengan Tengaran Kabupaten Semarang.
Aku lebih suka mengayuh sendiri, tidak ikut dalam kelompok sepeda yang ada di Desa tempatku berada. Merasa lebih nyaman dan bebas kemana arah langkah kaki mengayuh sepeda. Di desaku, rekan-rekan yang ikut tergabung dalam kelompok “Kayuh Onthel” berlomba memperbaiki kualitas sepeda, sehingga sepeda rekan-rekan sangat bagus-bagus. Aku lebih suka memanfaatkan sepeda yang ada, yang penting nyaman dan mampu mengantarku kemana kaki mengayuh. Tak terasa sudah sampai di lokasi Taman Rekreasi Kaligentong. Penat sudah terbayar jika sudah sampai tujuan dengan selamat.
“Wid”… aku dikagetkan seseorang.
“Oh… ya… ?” kutengok ke belakang. Aku kaget ketika yang mengagetkan adalah Seruni.
“Ah… ternyata kamu Seruni?” sahutku
“Ngapain…. Kok bengong aja” kata Seruni sambil senyam senyum
“Ini… baru lihat-lihat obyek wisata di sini”
“Gimana… bagus ngga?” Tanya Seruni
“Sangat bagus… sudah banyak berubah ya?”
“Tentu saja… kan sudah dibangun dan dibiayai pemerintah untuk menjadi obyek wisata” Seruni menjelaskan
Tak terasa obrolan terus berlanjut…
Memang kami satu sekolah SMA dan sering jalan bareng..
Banyak rekan-rekan menganggap Aku dengan Seruni pacaran. Hanya saja, karena Aku dari keluarga tak mampu… belum berani nembak..
Aku dari keluarga pas-pasan… sedang Seruni anak Camat…. Karena sudah terbiasa jalan bareng … Aku mulai coba nembak Seruni. Astaga…. Ternyata gayung bersambut… aku seakan tidak percaya….
“Eh… kenapa bengong?” Kata Seruni
“engg… ngga pa pa … kaget aja” sahutku sambil senyum bahagia…
Cintaku mulai mekar di Kaligenthong..
Tak terasa terdengar adzan Ashar.. Aku pamit sama Seruni.. sholat dulu.. terus pulang sambil membawa bunga-bunga yang mekar dalam dadaku..
Mulai saat itu kami jadian… Kami selalu jalan bareng … Tapi… ya Allah .. saat Aku bertandang ke rumah Seruni… orang tua Seruni.. tinggi besar.. dengan tampang kekar Aku tak berani memandang beliau .
. Aku dan Seruni sering belajar bareng di perpustakaan… Nilai kami bagus-bagus…
Ah… dengan belajar dari orang yang dicintai ternyata membawa berkah dalam pelajaran … nilai menjadi bagus Setelah lulus SMA.. Aku dan Seruni terpisah di Perguruan Tinggi Aku masuk tanpa test di Institut Teknologi Bandung yang merupakan perguruan tinggi negeri favorit jurusan Planologi.
Planologi merupakan jurusan yang berkaitan dengan tata kota.
Selama ini aku selalu menabung untuk meraih cita-cita dan sudah terkumpul cukup banyak. Seruni masuk Perguruan Tinggi Negeri di Kota Surakarta. Karena terpaut jarak… tidak memisahkan cinta kami berdua..
Aku dan Seruni sering berkomunikasi … Bila saatnya libur kuliah… aku sering bertandang ke rumah Seruni dan main ke Kaligenthong Ternyata .. orang tua Seruni yang nampaknya sangat garang.. ternyata beliau sangat ramah…. Tak terasa setahun sudah kami di Perguruan Tinggi..
Aku mendapat nilai bagus-bagus … Hubungan aku dengan Seruni baik-baik saja… hingga pada suatu saat ada kejadian yang membuatku menjadi kelam… Aku bermimpi.. diselimuti awan hitam tebal di langit …
. Esuk harinya … aku mencoba menghubungi orang tuaku… Orang tuaku dan Dita Adikku dalam keadaan baik-baik saja.. Beliau menyarankan untuk selalu berdoa dan berhati-hati..
Aku bersyukur .. keadaan orang tua dan adikku baik-baik saja.
Aku coba menghubungi Seruni… Alhamdulillah… Seruni dan keluarga tak kurang suatu apa..
Namun takdir tak bisa dihindari… Semua sudah menjadi suratan takdir….
Selang tiga hari berikutnya… aku bagaikan mendapat sambaran geledek… Tak ada hujan ataupun angin… aku terhempas dalam percintaan.. Seruni… orang yang paling aku cinta dan sayangi Terhempas dalam kecelakaan.. di siang bolong…saat berangkat kuliah Hancur luluh lantak .. dalam dadaku…
Berita duka telah bergelayut
Aku bergegas pulang dan bertakziah ke tempat Seruni .. Kesedihan yang tiada tara… Benih-benih cinta sedang mekar .. hancur berantakan..
Manusia di dunia bagaikan wayang sesuai dengan peran masing-masing. Dalangnya adalah Sang Maha Pencipta… Aku mendapat wejangan-wejangan orang tua Seruni.. Karena apapun yang terjadi sudah menjadi kehendak Illahi. Berat rasa di hati… harus mengikhlaskan Seruni…
Banyak yang merasakan kehilangan dia… Seruni yang cantik tambatan hati… berkulit kuning langsat … kini telah kembali ke Sang Khaliq Kubisikkan pada Seruni…
Wahai bidadariku … Meskipun engkau telah berpulang dipanggil Allah SWT…
Engkau tetap hidup dan bersemayam dalam hati sanubariku..
Duhai kasih pujaan hati Ku doakan selalu engkau dalam setiap langkahku…
Agar mendapat segala ampunan atas segala dosa dan salah Serta mendapat syafaat dari Rasulillah SAW Kan kubacakan Yaasin untuk mendampingimu di alam abadi.. Bidadariku.. kau selalu hidup dan terus terukir dalam relung hatiku .. Hingga masa nanti ..
Kuteringat saat-saat di Kaligenthong Saksi bisu cinta kita
Kini hanya menjadi kenangan Cintaku bersandar di Kaligenthong
Perjalanan Cinta dan Cita Bersama Cute Soldier
Oleh: Devi Ratnasari, M.Pd., Kons
Di tengah nikmatnya dingin udara waktu subuh di Kota Sidoarjo, Ratna seorang gadis bungsu di keluarganya mencoba merenung. Ratna tak menyangka di hari tersebut dirinya akan menikah. Ratna akan menikah dengan sahabatnya di waktu SMA yang saat ini menjadi pengabdi negara khususnya “tentara”. Di dalam hati kecilnya, Ratna berujar, “..terimakasih ya Allah akhirnya Engkau mengabulkan doaku, mempertemukan aku dengan laki-laki yang baik untuk menjadi suamiku..”. Sebenarnya, di usia 23 tahun tersebut, Ratna tak pernah menyangka bisa menikah secepat itu, karena Ratna memiliki target menikah setelah lulus S2. Namun, Allah mengabulkan doa Ratna di waktu yang tepat, mempertemukannya dengan sosok sahabat yang selama ini menyukainya sejak lama, namun berani menyatakan cintanya setelah menjadi orang sukses dan langsung mengajak untuk melangkah ke pelaminan. Sosok laki-laki tersebut bernama Sidhiq. Ratna sering menjulukinya “cute soldier” yang berarti tentara berwajah ganteng atau imut. Ratna menganggap Sidhiq bersikap garang diluar tapi berhati penyayang. Singkat kata impian Ratna untuk menikah telah terwujud.
Kehidupan awal setelah menikah merupakan masa menantang bagi Ratna. Tiga hari setelah menikah, Ratna dan suaminya harus pergi ke Bandung. Ratna melanjutkan studi S2 nya di salah satu Universitas Negeri di Kota Bandung. Suami Ratna juga harus kembali berdinas menjadi anggota TNI-AL di Kota Jakarta setelah masa cuti nya habis. Ratna dan suaminya tinggal di sebuah tempat kost di Bandung. Suami Ratna pulang setiap hari Jumat malam ke kota Bandung dan kembali ke Kota Jakarta setiap hari Minggu malam. Setelah sebulan menikah, Ratna diberikan rezeki oleh Allah berupa kehamilan pertamanya. Ratna berjuang keras menjalani masa kehamilannya sambil menjalankan aktivitas sebagai mahasiswa magister. Bagi Ratna, terkadang tidak mudah melewati hari-hari kehamilannya, terutama saat berada di kamar kost sendiri dan jauh dari suami. Terlebih lagi tugas-tugas perkuliahan yang semakin bertambah, membuat Ratna berjuang keras untuk dapat melaui hari-harinya. Ratna berusaha melewati hari-harinya dengan bahagia. Adanya dukungan penuh cinta dari suami, membuat Ratna semakin bersemangat dan termotivasi untuk memberikan kemampuan terbaik dalam perkuliahan yang dijalaninya dan juga dalam menjalani kondisi kehamilannya. Para sahabat Ratna di perkuliahan juga sering memberikan perhatian dan dukungan penuh untuk Ratna.
“Allahu Akbar, Allahu Akbar….”, lantunan merdu suara adzan dikumandangkan ayah mertua Ratna pada bayi yang baru saja dilahirkannya dengan panggilan “Yaman”. Sidhiq masih berada di Kota Jakarta saat Ratna menjalani persalinan di Kota Sidoarjo, sehingga ayah mertua Ratna lah yang mengumandangkan adzan pada bayi mungil Yaman. Panggilan “Yaman” dipilih karena merupakan gabungan nama dari ayah mertua dan ayah kandung Ratna, yaitu Yanto dan Rakiman. Sidhiq, suami Ratna lah yang memilih nama tersebut. Sidhiq memiliki keinginan agar anaknya kuat dan gagah seperti kakek “Yanto”, dan menjadi cerdas serta pandai seperti kakek “Rakiman”, mengingat kakek Yanto yang juga merupakan anggota TNI Angkatan Laut dan kakek Rakiman merupakan seorang guru. Kelahiran Yaman menjadi salah satu momen yang paling membahagiakan dalam kehidupan Ratna dan Sidhiq.
Setelah berusia 3 bulan, Yaman dibawa oleh Ratna dan Sidhiq berangkat ke Kota Bandung dengan menaiki kendaraan kereta api, beserta nenek Karti yang ikut serta ke kota Bandung. Nenek Karti merupakan nenek Ratna yang akan membantu menjaga Yaman di Kota Bandung nantinya. Kehidupan di Kota Bandung berjalan dengan penuh kebahagiaan bersama si kecil Yaman. Namun, saat Yaman berusia 8 bulan, Nenek Karti mengalami sakit dan tidak sanggup menemani Ratna mengasuh Yaman di Kota Bandung. Ibu Mertua Ratna tidak tega melihat kondisi Ratna yang harus mengasuh Yaman sendirian, apalagi sambil menjalankan peran sebagai mahasiswa di perkuliahan magister. Terlebih, Yaman merupakan cucu pertama yang memang ditunggu kehadirannya oleh Ibu dan Ayah mertua Ratna. Pada akhirnya, Yaman dijemput oleh Ibu dan Ayah mertua Ratna untuk dibawa ke Kota Sidoarjo untuk diasuh disana hingga Ratna menyelesaikan perkuliahannya. Momen ketika Yaman dibawa ke Kota Sidoarjo adalah tantangan terberat dan menyedihkan bagi Ratna dan Sidhiq.
Tidak mudah bagi Ratna melalui hari tanpa si kecil Yaman. Kerap kali Ratna meneteskan air mata dan merindukan sosok si kecil Yaman. Namun, dengan pertolongan Allah melalui dukungan Sidhiq, suami yang selalu memberikan semangat, Ratna dapat lebih kuat dalam melalui hari-hari nya di Kota Bandung. Ratna selalu melantunkan doa..”Ya Allah hamba mohon Engkau menguatkan hati dan memberikan ketegeran pada diri hamba untuk menghadapi semua ini..”. Terkadang omongan pedas pun tidak luput terlontar dari kerabat Ratna. Saat Ratna dan Sidhiq berkunjung kerumah salah satu kerabatnya, kerabat tersebut mengatakan “..kalian seting lagi hidup kalian, masa sih anak ada di Sidoarjo, istri di Kota Bandung, Suami di Kota Jakarta, hidup macam apa kalian ini..”. Perkataan salah satu kerabat tersebut membuat hati Ratna seakan terhujam. Belum lagi ketika Ratna berkunjung ke Kota Sidoarjo dan menemui Yaman, ada salah satu tetangga yang melontarkan perkataan..”wah Yaman lucu dan pintar yah, tapi sayang nggak ada mama nya..”. Perkataan tersebut terlontar dari mulut tetangga karena tetangga tersebut tidak mengetahui kalau Ratna ada di dalam rumah dan mendengarnya. Ujaran-ujaran yang terlontar tersebut membuat hati Ratna sedih, namun Ratna berusaha tegar dan menjadikannya motivasi untuk segera menyelesaikan pendidikan magisternya.
“Tidak ada alasan untuk tidak sukses”. Kata-kata mutiara tersebut membuat Ratna semakin termotivasi untuk segera menyelesaikan pendidikan magisternya dengan memberikan hasil terbaik. Ratna tergolong mahasiswa yang pandai dan aktif berdiskusi ketika perkuliahan di kelas. Tak jarang teman-teman sekelas Ratna sering memintanya untuk memberikan penjelasan terkait materi yang sulit untuk dipelajari. Ratna memiliki sahabat bernama Liana dan Agustina. Saat Sidhiq berdinas di Kota Jakarta, dua sahabatnya tersebut kerap menemani Ratna dan menginap untuk mengerjakan tugas kuliah bersama. Lantunan doa selalu Ratna panjatkan kepada Allah SWT disepertiga malam, yang setelahnya dilanjutkan dengan mengerjakan tesis. Tak lupa Ratna juga menonton Drama Korea kesukannya dengan tokoh “gominam” disela waktu mengerjakan tesis yang cukup menyita waktu. Ratna telah mengerahkan segenap kekuatan dan kemampuan dalam dirinya untuk meraih kelulusan studi S2 nya dengan hasil terbaik.
“Selamat ya Sayang, akhirnya kamu dapat meraih cita-cita kamu..”, ucapan Sidhiq yang penuh cinta kepada Ratna di momen hari Wisuda. Pada momen hari spesial tersebut, hadir pula Ayah Ratna di Kota Bandung. Hal yang tak kalah membahagiakan di momen tersebut yaitu Ratna dinobatkan sebagai lulusan atau wisudawan terbaik di program studinya. Ratna mengucapkan syukur tiada henti kepada Allah SWT yang telah menganugerahkan begitu banyak kebaikan dalam hidupnya. Perjuangan Ratna di Kota Bandung dalam menyelesaikan studi S2 nya berakhir dengan kebahagiaan.
Selesai pendidikan S2 di Kota Bandung tak lantas membuat Ratna dapat hidup dalam satu rumah dan berkumpul dengan suaminya. Ratna dan Sidhiq sepakat, bahwa nantinya mereka akan tinggal dalam satu rumah jika Ratna sudah memiliki pekerjaan di Kota Jakarta. Berbagai perguruan tinggi di Jakarta terkait bidang keahlian yang dimiliki Ratna, menjadi tujuan Ratna mengirimkan lamaran pekerjaan. Sembari menunggu balasan atau panggilan dari lamaran pekerjaan yang telah dikirim, Ratna tinggal di Kota Sidoarjo bersama Yaman dan Mertuanya. Hampir setahun lamanya Ratna menunggu, akhirnya panggilan bekerja pun diterimanya dari salah satu kampus ternama di Kota Jakarta.
Impian Ratna terwujud, yaitu hidup serumah dan tidak menjalani LDR (long distance relationship) lagi bersama suaminya. Ratna mengajar di salah satu kampus di Jakarta. Ratna dan cute soldier nya yaitu Sidhiq tinggal di sebuah rumah dinas yang berlokasi tidak jauh dari Ratna mengajar. Ratna dan Sidhiq pun melalui hari-harinya penuh rasa syukur dan kebahagiaan. Ratna meyakini bahwa “cinta” Allah SWT begitu istimewa kepada setiap hamba Nya. Ratna juga merasakan cinta sang Pencipta melalui cinta suaminya yang merupakan pengabdi negara (tentara), kerap Sidhiq juga ditugaskan ke luar kota. Namun, dengan segala resiko dan tanggung jawabnya sebagai pengabdi negara, Sidhiq selalu memberikan kasih sayang dan perhatian secara tulus kepada Ratna. Perjalanan cinta Ratna dan Sidhiq merupakan satu dari berbagai perjalanan cinta suami istri yang bisa dijadikan inspirasi untuk bertahan dalam keteguhan demi meraih cita-cita atau kondisi kehidupan yang lebih baik.
Love Pelangi Di Suatu Masa
Oleh: Sri Lestari
Hujan turun begitu deras, petir menyambar bersahutan, sepasang bola mata indah memperhatikan jatuhnya ribuan titik air hujan yang menghujani bumi. Di taman belakang Nirmala termangu duduk dikursi malas milik oma, sambil terus memikirkan kemana hilangnya Blue, buku harian berwarna biru bergambar siluet bunga rose berwarna pink. Betapa berartinya Blue bagi Nirmala, selama ini buku itulah yang menemaninya dikala suka dan duka juga pengalaman rahasia yang pernah dialami oleh Nirmala. Gadis cerdas cantik dan energik juga sopan santun pula. Nirmala tak henti mengutuk kebodohan dirinya. “Kenapa aku lupa ya, dimana kau Blue?’’
“Hadeuh….kacau, angel iki, kalau ada yang tau rahasiaku.”
Nirmala bangkit dari kursi malas berjalan mondar mandir sambil menepuk nepuk jidatnya, seraya bergumam “kenapa otakku buntu amat ya kali ini aku tidak bisa ingat sama sekali di mana aku letakkan Blue terakhir kalinya …”
“Apa karena saking banyaknya tugas dari sekolah ya…sampai sampai aku gagal fokus” Gumam Nirmala.
Oh No … jreng jreng …oh no… jreng jreng … suara musik itu tetiba melintas.
Hujan mulai reda seiring kumandang adzan maghrib yang bersahutan dari masjid di sekitar kediaman Nirmala. Nirmala bergegas masuk ke kamarnya yang berhadapan dengan ruang makan dan bersebelahan dengan mushola kecil yang asri dan bersih. Semua anggota keluarga di rumah Nirmala sangat memperhatikan kebersihan sesuai Hadist Nabi bahwasanya kebersihan sebagian dari iman. “Sekalian kunci pintunya sayang, sudah maghrib.”
Tiba tiba terdengar suara lembut mama Ira mengingatkan Nirmala.
“Ups…iya mama cantik” sahut Nirmala yang kesehariannya sangat dekat dengan mama Ira. Wanita paruh baya yang memang masih cantik merona.
Malam itu Nirmala mengerjakan PR yang diberikan oleh guru biologinya. Tugas menggambar jantung manusia yang ada dimateri unit 5 ini tentang sistem peredaran darah pada hewan dan manusia. Berjam-jam Nirmala berkutat dengan buku paket Biologi kelas XI ini. Nirmala memang sangat suka pelajaran biologi pantaslah tak pernah mengeluh jika ada pekerjaan rumah berapapun sulitnya ia tetap semangat. Gambar jantung manusia dan mamalia lainnya memiliki empat ruangan yaitu: serambi kiri (atrium sinister), serambi kanan (atrium dekster), bilik kiri (ventrikel sinister), bilik kanan (ventrikel dekster).
Nirmala menggambar jantung dengan pola potongan membujur sehingga bagian dalam jantung terlihat dengan jelas, apalagi Nirmala menggambar dengan pensil bewarna sehingga menambah poin penilaian nantinya. Teng, teng, teng… jam dinding berdentang tiga kali, menandakan pukul 3 dini hari
“Astaghfirullah…” Nirmala kaget, seketika melihat jam dinding, rupanya Nirmala tertidur diatas meja belajarnya, setelah selesai mengambar jantung tadi. Sekuat tenaga Nirmala mengusir rasa kantuk yang menggelayut, dan segera mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat tahajud, yang kata mama Ira adalah SLJJ (sambungan langsung jarak jauh) istilahnya kalo mau doa cepat dikabulan, hehe.
Dalam doa malam itu Nirmala memohon ditemukannya Blue kembali,dengan penuh khusyuk tingkat tinggi.
-0—-
Tin….terdengar klakson mobil papa memecah konsentrasi Nirmala yang sedang menghafal puisi cinta yang ditugaskan guru bahasa Indonesia. Cepat-cepat diikat sepatu hitamnya sambil berteriak.
“iya papaaaaa….auooooo”
Gubrak… pot bunga jatuh tersenggol kaki Nirmala yang berlari. Mama Ira hanya geleng-geleng , seraya mencium kening anak tunggalnya.
“Assalamualikum mama, daah aku berangkat ya maaa…” ucap Nirmala.
“iya sayang, hati hati jalan pelan-pelan looh” jawab Mama Ira.
Mama menghampiri pintu depan mobil dan mencium tangan papa Denis.Nirmala begitu beruntung mendapat kasih sayang melimpah dari kedua orang tuanya. Meskipun demikian Nirmala tak pernah sombong malah sebaliknya dan hidup sederhana. Setiap hari Nirmala berangkat sekolah bersama papa Denis, lantaran searah jalan menuju kantor papanya dan sekolah Nirmala.
Setelah mencium tangan papanya Nirmala turun dari mobil dengan tergesa-gesa karena ingin menemui teman sebangkunya Ayu Kemala Dewi. Saking terburu-buru tanpa sengaja Nirmala menabrak Bima yang kebetulan baru keluar dari kelas. Mereka terpental dan beberapa saat duduk terdiam karena malu, sedangkan Bima dengan sigap berdiri dan menjulurkan tangannya untuk membantu Nirmala berdiri. Tapi Nirmala hanya terpaku mengerjapkan matanya,berkali-kali. Nirmala melihat baju seragam sekolah Bima berubah menjadi pink.
‘’Mala ayo bangun jangan bengong’’suara tinggi Ayu mengagetkan Nirmala
‘’Oooh iya iya Ayu, ayo kita masuk kelas’’sambil berdiri Nirmala bergegas ke dalam kelas meninggalkan Bima yang bengong seiring celoteh teman-teman lainnya.
Kegiatan belajar dimulai semua murid mengumpulkan tugas menggambar jantung. Bu Rika kembali menjelaskan fungsi jantung bagi manusia dan hewan mamalia, murid-murid mendengarkan dengan seksama.
Bel istirahat berbunyi, murid-murid bersorak, ada yang menuju kantin ada yang menuju taman sekolah, ada pula yang hanya di kelas. Nirmala dan Ayu termasuk yang hanya diam di kelas.
“Yu, aku mau cerita sama kamu Yu, tentang buku harianku yang hilang dan aku ngga tau kemana itu buku, padahal seingatku tidak pernah keluar tas” dengan murung Nirmala mengawali percakapan.
‘’Yakin Mala itu buku nggak pernah keluar tas?Ayu bertanya seolah menyindir Nirmala.
‘’Ya seingatku engga Yu…’’
‘’Hmmm heeheh ini apa? Ayu mengeluarkan Blue dari dalam tasnya. Sontak mata Nirmala terbelalak lebar .
‘’Aishhhh, kamu dapat dari mana?
‘’Hmmm ini tuuuuhhh di toilet kemarin pas kamu buru-buru keluar si Blue ini jatuh kamu dah ngacir duluan siiih, nah aku kan mau ppipis jadi aku masukan ke dalam tasku lalu aku lupa ngabarin kamu.”
Nirmala memeluk ayu “Makasih banyak ya Yu…eh tapi kamu baca ga buku aku?”
“Ya iya laaah….hihi…dikit siih”
“What…jadi kamu tau dong rahasiaku?”
“Yoi”.
Mereka bertatapan. “Oh no…Yu please jangan cerita ke orang ya tentang mataku ini yang bisa liat suasana hati orang dengan berubah warna bajunya, ya sesuai mood orang itu, meski sepersekian detik.” Ucap Nirmala sedikit panik.
“Tenang Mala santai aku tidak akan cerita ko, btw kamu harus cerita ke aku tapi ya” ucap Ayu santai.
“Ok, jadi tadi tuh tadi warna baju Adam berubah jadi pink, baju kamu hijau, baju Rena abu-abu dan baju Dimas abu-abu.”
“Terus apa maksud dari warna-warna tadi ?”
“Ping artinya dia jatuh cinta, hijau rasa kasih sayang, abu-abu tidak suka”
“Oh gitu ya jadi Adam suka sama kamu dong heheheh”
“Iiih Ayu..” Nirmala mencubit manja Ayu sahabatnya.
“Ok deh Mala aku pamit dulu ya sudah sore dan besok jangan telat ke sekolah yeee, Blue dijaga jangan lupa lagi” Ayu begegas sambil mencubit pipi Nirmala.
……..O…..
Suara handphone Nirmala berbunyi, sudah beberapa kali, namun diabaikan karena takut orang yang tak dikenal, karena Nirmala tak menyimpan nomor penelpon itu.Ya sejak dulu dari bangku SMA hanya satu satunya nomor HP Ayu yang ia simpan,meski tetap masuk digroup SMA. Saat ini Nirmala masuk semester akhir disuatu perguruan tinggi di Jakarta, sementara Ayu melanjutkan kuliah di Kota Kembang Bandung. Dua sahabat itu sesekali melepas rindu,terkadang Au yang ke Jakarta terkadang sebaliknya.
Tingtung tingtung…HP Nirmala terus berbunyi, akhirnya dengan terpaksa diangkatnya pula panggilan itu.
“Assalamualaikum iya dengan dengan siapa ya?” suara Nirmala terdengar datar, sedatar lantai pijakannya.
“Waalaikum salam Nirmala..” Sahut penelpon misterius.
“Mmm ini siapa ya?”
“Aih,Nirmala tak ingat aku?”
“Iya”
“Aku Adam teman sekelasmu dulu.”
Deg…jantung Nirmala berdegup kencang .
“Adam, eh iya maaf …how are you, aduh kamu kemana aja siih, beberapa kali reuni kamu ngga pernah hadir?”
“Hehhe alhamdulillah, iya maaf aku sekolah pilot jadi aku fokus banget Nir, btw gimana kamu sekarang?”
“Aku sekarang lagi bikin skripsi ya semoga lancar dan cepat lulus”
“Aamiin…eh iya Nir, kapan aku boleh main ke rumahmu?”
“Main ke rumahku?”
“Iya, kan aku belum pernah main ke rumahmu”
“Ya kalau main ke rumahku paling kalau tidak sabtu ya minggu, pas ada mama papaku, maklum aku kan anak mama, hehehe”
“Sabtu kapan nih, minggu ini apa awal depan?”
“Nanti aku kabarin lagi deh ya..”
“Ok deh tapi jangan lama lama yaaa…”
“Iya Ok deh…”
“Makasih ya sudah angkat telponnya aku pamit yaa.”
“Eh iya dam sory nomor kamu belum aku save soalnya jadi aku takut penipuan hihi…, ya udah assalamualaikum.”
“Wa alaikum salam cantik” tut… sambungan telepon langsung putus Nirmala duduk terpaku, tak menyangka waktu begitu cepat berlalu, sejak perpisahan sekolah dulu saat selesai acara pelepasan ketika Nirmala sedang duduk di belakang panggung, tiba tiba Adam datang menghampiri dan menyatakan perasaannya pada Nirmala.
“Cintaku padamu seujung kuku ini yang akan terus tumbuh sepanjang masa, dan nanti bila saatnya aku sukses dan tercapai cita-citaku, aku akan datang ke rumahmu.” Ucapan penuh makna seiring pelangi muncul disiang itu dan hembusan-hembusan angin semilir membuat bunga sepatu itu menari nari dan kupu kupu beterbangan kian kemari, suara burung berkicau menambah semarak suasana kala itu.
Selesai.
Mengenal Cinta Dari Orang Tua
Oleh: Musdinah
Saya dilahirkan di Sulawesi Selatan, tepatnya di Kabupaten Pinrang 47 tahun yang lalu, keluar dari rahim ibu yang sangat cantik. Saya sangat bersyukur menjadi anak dari ibu yang sangat lemah lembut dan keras sekali. Kata mamah, pernah bilang bahwa anak bayi yang lahir itu merupakan kertas putih, yang menulis kertas putih itu adalah orang tua. Jadi kalau orang tua mendidik anak sejak bayi tidak hormat pada yang tua atau tidak mengenal cinta, anak itu kelak besar tidak akan pernah bisa menghormati yang tua atau tidak pernah mengenal cinta dan kasih sayang sesama manusia bahkan sama binatang.Juga ibaratnya anak itu semacam papan tulis kalau yang di tulis baik maka kelak akan menjadi baik kalau yang di tulis tidak baik maka hasilnya juga tidak baik. Kalau papah orangnya sabar tetapi sangat keras sekali dalam mendidik anak-anaknya. Menginjak kedewasaan, yang sangat saya rasakan di dalam keluarga saya adalah kedamaian, kasih sayang. Saya dibesarkan dikeluarga yang sangat tidak kaya, hanya keluarga yang sangat sederhana, tetapi yang sangat ditekankan dalam keluarga adalah bagaimana saling mencintai dan menyayangi saudara, dan diajarkan untuk memiliki rasa empati sesama saudara.
Hasil dari didikan kedua orang tua setelah mereka berdua dipanggil Allah 16 tahun yang lalu, yang kami rasakan adalah adanya saling mencintai sesama saudara tidak ada saling menyakiti, bahkan saling tambah kasih sayang sesama saudara. Dari 7 bersaudara, mulai dari anak pertama sampai anak terakhir, yang muncul dalam diri adalah rasa cinta dan kasih sayang lebih kuat, hal ini dibuktikan dengan adanya gotong royong jika ada permasalahan yang ditimpa oleh saudara. Adik bungsu melahirkan semuanya ikut terlibat, ada saudara yang menjaga anaknya, kebetulan adik melahirkan anak yang keempat, anaknya masih kecil, sehingga saling berbagi menjaga anak dari adik kami.
ra yang sakit semua saudara ikut dalam mencari solusi yang tebaik buat saudara, sehingga permasalahan yang berat bukan dibebankan sendiri sama saudara tetapi dipikirkan secara bersama-sama, sehingga segala permasalahan dapat selesai dengan baik karena saling membantu sesama saudara, dimana saudara tidak ada yang merasa terbebani bahkan sebagian besar saudara rela membantu dengan materi dan tenaga sehingga saudara yang memiliki permasalahan yang berat itu serasa ringan.
Karena kedua orang tua dalam mendidik dengan mengenalkan cinta yang kuat, selain itu juga diajari bagaimana menghormati orang yang lebih tua, dan juga menyayangi saudaranya, tidak lupa juga mengajari anak-anak menjadi anak yang mandiri, sehingga sebagian besar saudara perempuan saya menjadi anak yang madiri, justru terbalik dengan saudara laki-laki saya, terlalu kelewatan manja dengan saudara perempuanya sehingga kurang mandiri, saya memilik saudara 7 orang, dua laki-laki, lima perempua.
Kekurangan orang tua menurut saya jangan pernah membedakan pola asuh kepada anak-anak kasihan anak-anak jikalau sudah dewasa dan orang tua sebagai sandaran sudah tiada, anak-anak yang sudah di didik tidak mandiri, juga hidup dalam bermasyarakat sangat sulit menyesuaikan dengan keadaan karena sudah terbiasa dimanja dengan orang tua, apa lagi anak laki-laki dia kelak yang akan memimpin rumah tangganya. Karena saya dan saudara sudah dididik mencintai saudara tidak tega membiarkan sendiri dalam menyelesaikan masalahnya, kami pun memperlakukan dirinya seperti apa yang dilakukan orang tua dengan membantu segala permasalahannya.
Sehingga saudara laki-laki saya walapun sudah menikah, segala permaalahan dalam kebutuhan keluarga juga saudara saling gotong royong untuk membantu, karena sudah ditanamkan kasih sayang dalam diri jadi tidak tega membiarkan masalah saudara laki-laki larut dalam masalah. Sejujurnya ada juga perasaan yang kesal melihat saudara laki-laki yang sangat manja, yang terkadang kami saudara perempuan seharusnya bermanja-manja dengan saudara laki-laki. Karena cinta dan kasih sayang sudah sangat mengakar dan kuat, rasa kesal itu juga hilang dengan sendirinya.
Dalam menjalani hidup ini kesempurnaan tidak ada, yang sempuna hanya milik Allah, saya bersaudara terkadang dalam berkomunikasi satu dengan lainnya timbul pertengkaran karena terkadang tidak setuju dengan pendapatnya. Terkadang sang ade merasa posisinya seperti kakak dan tidak menyadari bahwa adik lagi ngobrol dengan kakak sehingga apa yang dia sampaikan melewati batasan- batasannya sebagai adik maka muncullah pertengkaran-pertengkaran bersaudara. Tetapi pertengkaran ini tidak terjadi sampai berbulan-bulan, seminggu sudah baik kembali dan menjadi akur lagi, saling bercanda, saling teleponan sambil menanyakan kabar, hal ini terjadi karena suda ada rasa cinta yang kuat dalam diri masing-masing, sehingga ego yang kuat dalam diri bisa reda dengan sendirinya, sehingga muncul saling memaafkan satu dengan yang lainnya.
Karena cinta dan kasih sayang yang kuat dari dalam diri, sehingga mampu menjaga silaturahmi juga meneruskan hubungan silaturahmi dengan keluarga. Silaturahmi yang telah dilaksanakan oleh kedua orang tua, dimana orang tua semasa hidupnya senang sekali menjalin silaturahmi dengan siapa saja, tanpa memandang orang itu miskin atau kaya, sehingga papah dan mamah memiliki banyak sekali anak angkat, sehingga kami juga memiliki saudara angkat. Orang tua sudah tiada, tapi hubungan itu tetap terjalin baik sampai sekarang. Berkat dari cinta dan kasinh sayang tertanam kuat dalam diri.
Saya setuju dengan didikan orang tua, dimana anak-anak ditanamkan bagaimana menghormati yang lebih tua, bagaimana mencintai saudaranya dan selalu berbagi dalam suka dan duka. Karena apa yang saya rasakan hal ini sangat baik sekali, hubungan silaturahmi sangat terjalin dengan baik, walaupun tidak bisa di pungkiri dalam dalam diri manusia banyak sekali tersimpan rasa ego, sombong, dan keras hati terkadang tidak mau mengalah. Timbulnya cinta dan kasih sayang yang ditanamkan dalam diri kita terhadap orang tua membuat hidup itu damai, membuat hidup itu indah, dan membuat kita selalu bersyukur dalam hidup.
Aku Padamu
Oleh: Zaitun
Manusia hanya bisa merencanakan namun Allah penentu segalanya. Dua minggu telah berlalu, aku dalam kesepian terdalam sisi hatiku. Sore itu aku duduk sendiri di depan halaman rumah yang teduh beratapkan dedaunan pohon lengkeng yang mulai berbunga dan berputik. Tergiang di telingaku akan sapamu “Ummy ikut ke Pekan kan?” dengan santai Aku menjawab “lihat jadwal Ummy dululah”, sambil mataku terus menonton film siaran TV. Kemudian jawabmu “Aku duluan aja sama Pendi ya Ummy, banyak yang mau diurus disana”, jawabku “iya”.
Keesokan harinya dirimu pamit sambil menyalami dan mencium tanganku, dan hilang bersama deru motor bapak mengantar ke Pelabuhan. Kita tetap berkomunikasi dalam Whatsapp grup keluarga dan Whatsapp pribadi. Beberapa hari setelah itu Bapak pun berangkat menyusul ke kampung halamannya di Rengat, lanjut ke Pekanbaru. Dua hari berikutnya akupun bersama Indah ponakan kita menyusul ke Pekanbaru, mendampingimu berobat. Aku ingin memberi semangat kepadamu bahwa tidak ada kata terlambat untuk berobat, umur manusia ditangan Allah namun kita wajib berusaha. Sebenarnya hatiku miris, namun aku harus tegar dan kuat dihadapanmu, harus keras memaksamu berikhtiar berobat dengan berbagai cara dan meminta nasihat dari orang orang yang faham akan penyakit yang dua tahun terakhir bersikukuh berdiam ditubuhmu.
Selama di Pekanbaru, kita jalan dan makan bersama sampai dapat informasi dari rumah sakit bahwa program lasermu dihentikan dan disuruh kembali berobat di Batam. Kulihat wajah duka bapak, wajah lelah Pendi, wajah-wajah iba adik-adik kita, namun didepan mu kami semua tegar. Kita putuskan ke Bengkalis rumah Ita adik ipar kita selama beberapa hari. Kita lewati hari-hari itu bersama, sampai kami putuskan untuk dirimu tetap semangat berobat. Kemudian aku pulang karena tanggung jawabku pada pekerjaanku. Minggu berikutnya, dirimu dan Pendi pulang, keputusan harus berobat di rumah sakit awal rujukanmu di Batam. Aku tau dalam diam mu, kau mengeluh akan sakit itu namun tetap aku nasihati untuk banyak istiqfar, banyak sabar. Hari-hari berlalu walau kita jarang bicara karena kesibukan kerjaku yang menyitta waktu dan melelahkan tubuhku, hingga suatu malam kau datang ke kamarku dan berkata “ummy, ini cincinnya.” “Oya, ummy simpankan” Jawabku. Kemudian dirimu ke kamar. Kutatapi cincin yang dirimu titip itu, seolah ada pesan yang tak mampu dirimu ucapkan.
Pagi harinya aku menyempatkan membuat nasi goreng, dirimu duduk menemaniku di dapur. “Masak nasi goreng ya Ummy?’’,tanyamu. Aku menoleh sambil menjawab “Iya Bah, sayang, nasinya masih banyak dan enak ini.” Setelah itu dirimu mencicipi semangkuk kecil nasi gorengku. Aku pun bersiap untuk kerja. Pulang sore hari kita berjumpa di ruang tamu, sambil dirimu berkata bahwa mau berangkat ke rumah sakit di Batam. Aku pun mengiyakan, dirimu berkata “Udah terlambat Ummy, tak bisa diobati lagi.” Aku ingat saat itu suaraku meninggi kepadamu “Tetap ajalah berusaha, umur sudah Allah tetapkan.” Dirimu diam. Kemudian aku berusaha lagi mencari obat yang bisa membuatmu untuk semangat. Dan dirimu mau mengkonsumsinya walau secara diam-diam kau berhenti meminumnya. Setelah aku dapat informasi dari Pendi suamimu. Aku Kembali memarahimu agar tetap minum obat herbal tersebut sambil berkata “Bah, tetap diminum madu itu, nama nya juga kita sedang usaha untuk sembuh.” Dengan terpaksa kau patuhi apa yang aku sampaikan tersebut. Waktu berlalu. Kita masih tetap berkomunikasi di WA grup dan WA pribadi. Dirimu semakin mengeluh tentang sakit mu dan Kami keluargamu tetap memberikan semangat untukmu.
Sampai di Senin sore Pendi menelpon dan berkata “Ummy, kondisi Bah memburuk, bisa Ummy atau Bapak, Kak Elok ke sini bawa anak-anak?”. Mendengar itu hatiku semakin sedih namun tetap berusaha senyum menyampaikan agar Bapak bersama anak-anakmu dan Kak Elok untuk menyusul ke Batam.Setelah berunding kami diputuskan selasa pagi Bapak, kak Elok, anak-anak akan ke sana. Aku tidak bisa lagi mendengar suaramu karena menurut Pendi dirimu susah untuk bicara namun mendengar apa yang aku sampaikan.
Selasa pagi Bapak pun ke sana dan ummy melanjutkan kerja. Begitu cepat waktu berlalu, hingga di Kamis siang ummy di telepon oleh Pendi, Kak Elok dan Bapak dalam jam yang berbeda, meminta aku datang ke Batam, karena kondisimu yang tidak baik. Aku sedih dan beusaha istiqfar berdoa pada Allah agar memudahkan segala urusan kita hingga lelah tertidur. Jumat pagi aku menyusul ke Batam bersama Hany anak bungsuku dan Alhamdulillah Allah mudahkan hingga kita bertemu, dirimu minum air yang ku suguhkan sambil ku sampaikan bahwa kita akan ke dokter siang ini, dirimu mengangguk kepala.kemudian kita siap-siap. Dengan semangat kita pergi ber empat ke rumah sakit sesuai keinginanmu dan kita bisa jumpa dokter dan diputuskan dirimu untuk di rawat. Ya, itulah usaha kita bah dan itu keinginanmu. Aku mendampingimu sampai akhir pertemuan raga kita. Kita berbicara dengan pandangan mesra walau dirimu susah untuk bicara namun mendengar dan faham dengan setiap perkataanku.
Bah, kita sudah berusaha dengan segala kemampuan kita. Aku ingat saat terakhir itu aku menolak mengatakan dirimu telah tiada sampai perawat memastikan secara medis, aku bertanya “Adik saya sudah tidak ada ya?” perawat memandangi lekat-lekat wajah ku dan berkata “Iya Bu, adik Ibu sudah tidak ada.” sambil melepas infus dan selang pernafasan dari tubuhmu. Pendi diam, Aku diam, memandang wajah dan tubuhmu, berkata lirih, “Inna lillahi Wa inna ilaihiraji’un.”
Selamat jalan Adikku tersayang, terkasih dan tercinta. Husnul Khatimah untukmu, Aamiin. Kami sayang dan cinta dirimu namun Allah Sang Khalik lebih sayang dan Cinta padamu. Kau telah sembuh dan pulang kepada Sang Pemilik cinta.
Mengasihi dengan Ikhlas
Oleh: Dr. Iffah Rosyiana, M.Psi, Psikolog
Sore yang penuh temaram mendung, dingin dan desir angin masih terasa beku. Satu persatu rasa itu mulai timbul tenggelam direlung hati tanpa mau tahu kondisi nalar yang terus menguatkan hati. Sedih ini masih kuat membalut luka lama, pedih dan perihnya masih hangat dirasa. Rahmadian, adalah label nama yang masih belum juga mau tergeser di hati Aisha, sekalipun jarak waktu sudah melampaui ribuan hari berlalu. Masih teringat jelas saat Rahmadian menyematkan cincin di jari manis nya dengan mesra. Serasa melayang ke atas awan tubuh Aisha menerima ikatan cinta yang penuh gelora dan harapan enam tahun yang lalu.
Hari-hari dilalui bersama dengan canda tawa renyah tak ada satu pun yang dapat memisahkan rasa cinta Aisha pada Rahmadian. Semua harapan telah dirancang dan disemai bersama, menanti satu per satu malam untuk menuai pagi yang indah bersama. Rahmadian adalah seorang dokter muda yang cerdas dan memiliki bakat alam melayani orang yang butuh perawatannya. Aisha sangat bangga dan bahagia terpilih mendampingi hidup Rahmadian sekalipun hanya guru taman kanak-kanak yang ia pilih sebagai profesinya. Bagi Aisha dunia anak-anak adalah dunia yang penuh ceria, jujur apa adanya dan tempat untuk membentuk karakter dasar menjadi manusia yang bermanfaat kelak.
Hingga pada suatu hari Rahmadian mendapatkan kesempatan untuk mengikuti seminar ke negeri jiran sebagai salah satu kegiatan untuk meningkatkan kemampuan sebagai seorang dokter. Acara seminar dihadiri oleh kalangan dokter yang datang dari berbagai negara dan Rahmadian mewakili salah satu peserta dari Indonesia. Aisha setia mendampingi ke Malaysia dan memanfaatkan kesempatan ini untuk berburu buku-buku yang ia sukai, novel dan pengetahuan tentang pendidikan anak. Sementara Rahmadian sibuk dengan acara seminar dan informasi berbagai penyakit dan kemajuan obat-obatan saat gathering para dokter. Adalah Helena, seorang dokter dari Indonesia yang dipertemukan berlanjutan hingga akrab dengan Rahmadian. Mereka bersepakat selepas mengikuti seminar akan bersama menyusun riset demi kemajuan kedokteran di Indonesia.
Tiga bulan selepas seminar Rahmadian sering bertemu dan berpetualang bersama Helena untuk segera menyelesaikan riset mereka. Tak terasa bulir-bulir cinta mulai tumbuh diantara mereka, melewati rintangan dan menjelajah bumi pelosok Indonesia adalah petualangan yang menarik dengan membawa pulang data yang didambakan mereka berdua. Satu sama lain saling memberi dan menerima bertukar literasi melalui email maupun media sosial untuk menyempurnakan hasil riset. Helena tinggal di Jakarta dan Rahmadian berada di Surabaya. Helena seorang dokter muda yang cantik, berlesung pipi dan selalu banyak bahan cerita ceria menyemarakkan suasana. Sebagai dokter masing-masing mereka sibuk dengan rutinitas rumah sakit dan pasien. Namun mereka masih menyisakan waktu untuk mengembangkan ilmu bersama. Satu riset telah selesai, disusuli riset dan program-program pengabdian berikutnya bersama-sama. Waktu yang ceria bersama Aisha sedikit demi sedikit mulai terkikis, Aisha mulai curiga dan tak terbendung cemburunya. Rahmadian sudah berubah, tak lagi punya canda dan manja bahkan sering sesampai di rumah hanya tertidur pulas. Aisha merasa sepi, sendiri dan perih yang tak terelakkan lagi ketika Rahmadian memilih tinggal lebih lama di Jakarta di rumah Helena. Ddduhh…..pedih tak terbayangkan, hati Aisha terkoyak dan dunia menjadi gelap gulita.
Tiap hembusan hari dilalui, menjadi bulan-bulan yang sangat menyiksa Aisha. Luka hatinya sedikit terhibur bila bersama anak-anak didiknya bercanda tawa, sekalipun terkadang tawa itu dipaksakan. Aisha tak berhenti sedikitpun untuk terus melaju memupuk karir nya sebagai pendidik. Bahkan semua kesempatan dan acara komunitas maupun kesempatan belajar ditempuhnya untuk mencari obat hati. Malam pun dilalui dengan mendaras kitab suci dengan linangan air mata yang tak terhenti dan hanya Allah yang menjadi sandaran hati. Apakah yang Allah ajarkan untuk kehidupanku?, selalu pertanyaan itu terngiang di hati Aisha.
Cinta yang tumbuh dengan berbagai topeng yang dikenali Aisha mulai terkuak. Tak ada yang lebih nyata dari cinta kasih Allah dan kedua orang tuanya yang masih menerima dengan tangan terbuka kehadiran Aisha apa adanya. Beruntung Aisha memiliki orang tua yang mampu menyejukkan hati dan pikiran saat gundah.
Suara merdu ibu terdengar beberapa kali memanggil nama Aisha untuk segera bergabung dimeja makan malam yang semuanya kesukaan Aisha. “Hmmm….iya bu sayang,,, sebentar nihh…. sedikit lagi bacaanku selesai,” ujar Aisha sambil melirik ibu yang masih sibuk menyiapkan beberapa kudapan kesukaan ayah. Aisha mencoba merangkum bacaan buku baru yang dibeli saat akhir pekan lalu mampir di toko buku. Buku yang mengulas tentang berbagai emosi cinta dan perilaku manusia dalam menyikapi cinta kasih. Diam-diam Aisha mendalami beberapa hasil riset berbagai rasa emosi cinta dan memahami rasa yang selama ini ia alami.
Cinta ada berbagai wajah, Aisha mulai memahami apa itu trianguler cinta yang memiliki tiga komponen yaitu keintiman merupakan perasaan yang terikat, kedekatan, keterhubungan dengan pasangan, Aisha mulai memahami selama ini rasa itu pernah ia miliki dengan Rahmadian. Begitu indah, tak ingin sedetik pun jauh dari Rahmadian. Rasa itu disertai gairah penuh romantis yang menjadikan bahagia tak berkesudahan hanya dengan Rahmadian saja tidak ada laki-laki lain yang bisa menggantikannya. Bahkan melihat senyumnya saja sudah membuat Aisha bergairah untuk selalu ingin dekat dengannya dan rasa yang selalu penuh keinginan untuk tetap bersama selamanya. Aisha sejenak mendalami berbagai rasa cinta itu, terhenyak pada rasa yang dijalin dengan komitmen untuk selamanya. Tidak demikian dengan Rahmadian, ia memilih Helena untuk melanjutkan kisah cintanya dan meninggalkan Aisha begitu saja. Ternyata cinta itu tak bisa utuh dirasakan bila salah satu pasangannya tidak merasakan hal yang sama. Aisha ingin selalu bersama selamanya tapi Rahmadian tidak. Sisi sebelah hati Aisha merasa tak adil, namun Rahmadian adalah manusia biasa yang juga punya rasa cinta yang mungkin selama ini tidak sama dengan yang dirasakan Aisha.
Bulan terang merona menutup dinginnya malam, Aisha masih memandangi malam dan bersyukur dalam hati yang penuh doa kebaikan untuk semua orang yang disayangi. Bersyukur mulai memahami keputusan Rahmadian untuk meninggalkan cinta Aisha. Bersyukur mengikhlaskan kepergiannya sehingga Aisha menjadi lebih kuat dan bijak. Ikhlas adalah satu kata yang menjadi obat atas semua yang digariskan Allah sebagai rencana yang kebaikan sekalipun diluar nalar. Aisha memahami puncak dari segala cinta adalah keikhlasan hati untuk melepaskan orang yang dicintainya pergi mencari kebahagiaannya. Aisha memahami bahwa hanya dengan ikhlas maka segala sesuatu menjadi kebersyukuran atas seleksi Allah yang terbaik bagi dirinya. Malam ini disaksikan bulan purnama, Aisha berani memutuskan bahwa Rahmadian bukanlah yang terbaik untuk masa depannya. Cinta hanya rasa sesaat, namun ikhlas adalah satu sikap keberanian untuk memberi apapun agar orang yang kita cintai mendapati kebahagiaannya. Tak mudah menjadi ikhlas namun dengan kekuatan cinta yang tulus kita dapat memenuhi hidup dengan kebersyukuran dan keikhlasan yang tinggi karena tangan Allah yang penuh maha cinta kasih sedang memilihkan yang terbaik bagi hidup kita selanjutnya.
Mertuaku Sayang
Oleh: Fatkhauli Salviani
Aku pertama sekali terkagum dengan profesi bidan, saat ibuku melahirkan adek keempat di klinik, aku melihat sosok bidan yang sangat baik, ramah dan keibuan. Waktu itu, aku masih sekolah dasar kelas enam. Terpesona dengan energi positif bidan tersebut, sehingga menjadi cikal bakal cita-citaku saat SMA. Aku berniat menjadi tenaga kesehatan agar bisa membantu keluarga dan masyarakat, apalagi bidan lebih banyak mempelajari tentang anatomi dan fisiologi perempuan sehingga lebih leluasa untuk sharing dengan kaum perempuan dan modal untuk berperan sebagai tenaga kesehatan di rumah tangga. Ternyata niatku itu diperluas oleh Allah, dengan diterima sebagai mahasiswa kedokteran, yang mungkin suatu hari nanti, Allah menginginkan aku menjadi dokter Spesialis Kandungan.
Ketika sudah mulai siap untuk melanjutkan pendidikan spesialis, niat untuk menjadi SPOG harus dibatalkan, karena mengingat tuntutan profesi terhadap diri sangat besar. Sebagai seorang perempuan yang fitrahnya melayani suami dan anak. Aku dengan berat hati harus melepaskan cita-cita sebagai spesialis kandungan. Aku senantiasa terus berdoa agar Allah Ridha agar aku suatu saat bisa menjadi spesialis, aku ikut mau-Nya Allah. Hanya Allah yang Maha Tahu yang terbaik untuk hamba-Nya. Dan ternyata aku menikah dengan seorang pria yang ibunya berprofesi Bidan. Atmosfer nuansa kebidanan masih dekat denganku. Aku jadi bisa lebih melihat langsung aktivitas seorang bidan dalam melayani pasien. Sehingga aku bisa belajar dan sharing banyak dengan beliau. Bahkan pernah berniat membuat Rumah Sehat Ibu dan Anak. Semoga Allah ridha, dan terkabul.
Mertuaku adalah bidan senior, pasiennya banyak. Beliau pernah ditugaskan di desa yang akses untuk transportasi sangatlah susah. Beliau dengan sabar,tekun dan telaten dalam melayani pasiennya. Siap dipanggil kapan pun dan pergi kemanapun di daerah tersebut saat dibutuhkan masyarakat. Aku sangat bangga dengan mertuaku. Bakat belief, serving dan caringnya sangat lah kuat. Bakat ini bukan saja untuk pasien, bahkan dalam keluarga pun beliau seperti itu. Beliau sangat mengayomi adek-adeknya, bahkan keponakan serta sepupunya. Aku seperti berkaca kepada beliau dalam peran sebagai tenaga kesehatan, ibu dan sebagai seorang kakak dan anak perempuan. Sebagai tenaga kesehatan, aku melihat beliau sangat profesional, telaten dan sabar. Sebagai seorang ibu, beliau sangat peduli kepada anak-anaknya, alhamdulillah kedua anaknya sudah mandiri yang satu bekerja di BUMD yaitu suamiku dan adek ipar ku sebagai dokter juga. Sebagai seorang kakak, aku melihat beliau sangat peduli terhadap adik-adiknya. Dari segi pendidikan, beliau juga ikut membantu biaya pendidikan mereka, dan alhamdulilah adik-adiknya patuh akan nasehat beliau, sehingga antar anggota keluarga selalu akur. Sebagai anak perempuan, aku melihat sosok beliau sangat mendukung ayahnya dan merawat ibunya saat usia lanjut, beliau sangat sabar dan telaten dalam merawat nenek, aku selalu terharu melihat beliau saat menyuapi nenek. Di dalam hati, aku selalu berdoa agar suatu hari bisa merawat ibu kandung ku dan mertuaku di saat usia lanjut mereka. Semoga Allah ridha.
Sebagai seorang menantu dari anak laki-laki pertamanya, adalah kewajibanku untuk membantu suamiku dalam mengapai selalu ridha ibunya. Sebagai anak perempuan, aku mensupport saudara laki-lakiku untuk merawat ibuku, dan aku akan meminta kepada mereka untuk diberi kesempatan merawat dan menjaga ibuku juga, karena sesungguhnya harapan seorang ibu adalah disaat usia tuanya ingin dijaga, di rawat oleh anak perempuan dan menantu perempuannya. Karakter positif mertuaku tertular kepada suamiku. Aku banyak diajari oleh suamiku. Kelebihannya menutupi kekuranganku. Sesuai dengan doaku saat meminta jodoh, agar aku dianugerahkan pasangan yang paham agama, sayang keluarga, dan bisa menutupi segala kekuranganku.
Maafkan aku ibu yang masih belum sempurna sebagai seorang menantu, walaupun demikian aku terus belajar untuk bisa menjadi istri shalihah untuk anakmu dan ibu yang shaliha untuk cucumu. Terimakasih telah mengijinkan anakmu memilihku sebagai istrinya. Anakmu adalah anak yang shaleh dengan perannya sebagai suami dan ayah. Aku mencintaimu karena Allah. Kami sangat berharap akan selalu ridha mu, ibu. Semoga kita sekeluarga sehidup sesyurga. Amin.
Burat-Burat Cinta
Oleh: Sri Handayani
Ungkapan perhatian dan kasih sayang kepada seseorang seringkali diartikan sebagai Cinta. Cinta, juga sering diartikan sebagai hasrat seseorang yang menggebu dan kali kata cinta terucap, seseorang cenderung hanya akan berpikir tentang kasih sayang. Kasih sayang timbul karena adanya kenyamanan. Artinya, cinta lahir karena ada kenyamanan.
Pertanyaannya, apakah refleksi untuk memaknai cinta?. Apakah yang terjadi pada cinta ketika sudah tidak ada lagi kasih saying. Apakah cinta menghilang? Jika cinta adalah perasaan yang bisa menghilang, lalu untuk apa cinta ada? Ternyata, cinta bukan hanya sekedar kasih sayang dan perhatian. Tapi cinta adalah bergabungnya semua emosi yang ada pada manusia, kebahagiaan, hasrat, kesedihan, kemarahan, kekecewaan, ketakutan, menjadi satu kesatuan perasaan yang utuh dan sempurna, itulah yang bernama cinta. Dalam konteks filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Cinta membuahkan pengorbanan diri, empati, perhatian, kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apa pun yang diinginkan objek yang dicintai.
Cinta dapat berubah arti menurut tanggapan, pemahaman dan penggunaan di dalam keadaan, kedudukan dan generasi masyarakat yang berbeda. Sifat cinta dalam pengertian abad ke-21 mungkin berbeda dengan abad-abad yang lalu. Penggunaan istilah cinta dalam masyarakat Indonesia lebih dipengaruhi perkataan love dalam bahasa Inggris. Love digunakan untuk eros, philia, agape dan storge. Cinta yang lebih cenderung kepada romantis, asmara dan hawa nafsu, disebut eros. Sayang yang lebih cenderung kepada teman-teman dan keluarga, disebut philia. Kasih yang lebih cenderung kepada keluarga dan Tuhan, disebut agape. Semangat nusa yang lebih cenderung kepada patriotisme, nasionalisme dan narsisme, disebut pula storge
Ungkapan cinta sering kita dengan Cinta tak pernah meminta untuk dibalas Ia selalu memberi tanpa pamrih dan ikhlas tanpa dendam. Cinta merupakan ikatan batin tanpa perlu diucapkan. Cinta ibarat bibit bunga apabila ia ditanam pada tempat yang benar maka hasilnya akan sangat indah, seperti bunga yang bersemi ditanah yang subur. Namun, apabila ditanam pada tempat yang salah, hasilnyapun seperti menanam di atas tanah yang tandus, kering dan gersang. Cinta adalah keajaiban mampu membuat kita seperti anak kecil yang mendapatkan mainan baru. Cinta tak sekedar kata,rasa, maupun ikatan bathin, tapi Cinta juga memerlukan komitment dan tanggung jawab. Jatuh cinta merupakan perasaan yang ingin dirasakan oleh setiap makhluk. Saat jatuh cinta, dunia akan terasa lebih indah. Jatuh cinta juga kerap memunculkan sisi romantis seseorang. Ada banyak kutipan kata cinta yang terlontar dari orang yang sedang jatuh cinta. Jatuh cinta juga memiliki risiko untuk patah hati. Seseorang yang jatuh cinta harus siap dipatahkan hatinya.
Ada banyak sekali, dari mulai saat merasakan jatuh cinta hingga patah hati. Seperti ini misalnya: Cinta mengajariku melihat dengan cara memejam dan mengerti tanpa perlu penjelasan. Cinta itu sederhana, jika kamu tidak mampu membuatnya tertawa, cukup tidak membuatnya terluka. Cinta itu saling menguatkan dan ikhlas dalam kebersamaan. Aku butuh kamu seperti jantung butuh denyutan dan detak yang berirama. Bagi dunia, kamu mungkin satu orang, tetapi bagi satu orang kamu adalah dunia. Cinta mungkin hadir karena takdir tapi tak ada salahnya kita saling ikhtiar untuk memperolehnya. Cinta selalu punya alasan untuk kembali meski sudah berjalan begitu jauh. Dalam cinta, menyerah tak selalu berarti lemah, kadang hanya menunjukkan seseorang cukup kuat tuk melepaskannya. Layaknya kamu mungkin memegang tanganku untuk sementara waktu, tetapi kamu memegang hatiku selamanya. Orang-orang yang jatuh cinta terkadang terbelenggu oleh ilusi yang diciptakan oleh hatinya sendiri. Masih banyak lagi kutipan cinta baik cinta yang bahagia maupun yang menyedihkan. Namun satu yang perlu diingat, bahwa semua perasaan harus dihargai, jangan menyesal telah jatuh cinta hanya karena sekarang hatimu sedang patah.
Kita mungkin sering menganggap bahwa jatuh cinta dan mencintai sebagai hal yang sama. Sekilas tak pernah ada perbedaan di antara keduanya. Namun ternyata, antara jatuh cinta dan benar-benar cinta sebenarnya memiliki banyak perbedaan. Seseorang bisa dengan mudah jatuh cinta. Tapi, hanya sedikit orang yang mau dan mampu mempertahankan cinta tersebut setelah mengetahui kelebihan dan kekurangan orang yang dicintainya.
Saat seseorang jatuh cinta, dia ingin memiliki dan dimiliki. Tapi ketika hati seseorang tulus mencintai, melihatnya bahagia tanpa harus memilikinya sudah membuat ia merasa cukup. Cinta yang sesungguhnya bukan semata-mata hasrat ingin memiliki dan dimiliki. Cinta sejati adalah cinta yang kehadirannya sangat berarti di hidup seseorang, tanpa menuntutnya untuk menjadi miliknya. Adakalanya, seseorang yang sedang jatuh cinta akan membuatnya lebih sering meminta, minta diperhatikan, minta mendapat balasan cinta yang sama besar bahkan lebih besar dan meminta agar orang yang dicintainya selalu ada di sisinya. Namun, ketika seseorang mencintai dengan tulus, ia akan lebih banyak memberi tanpa meminta. Saat memberi, seseorang yang cintanya tulus tak akan meminta balasan atas apa yang telah ia berikan.
Ada kalanya juga, saat seseorang jatuh cinta membuat emosinya meledak-ledak tanpa bisa dikendalikan dengan baik. Namun, mereka yang sungguh-sungguh mencintai, emosinya bisa diatur dengan sangat baik. Seseorang yang tulus mencintai tak akan emosi ketika cintanya tak terbalas, emosi pun tak pernah kelewat batas. Mencintai dengan sungguh-sungguh membuat seseorang selalu ingin menjadi pribadi yang lebih baik. Mencintai seseorang dengan tulus juga mengajarkan seseorang untuk mencintai dan menghargai diri sendiri. Karena, Cinta yang sesungguhnya adalah ketika cinta itu membuat seserang bahagia, bukan sebaliknya. Cinta Itu Buta pemeo yang benar bisa terjadi. Ada beberapa orang yang memang dibutakan perasaannya dan pikirannya karena cinta. Mereka mencintai pasangannya secara berlebihan, sehingga menimbulkan dampak yang kurang baik dan rasa kekecewaa yang tinggi. Seseorang mengeluh,”Apa yang kurang dariku ? Semuanya sudah kuberikan tetapi mengapa ia selalu mengecewakanku?”. ”Aku mencintai dirinya sedalam lautan, aku memberikan apapun yang kumiliki untuknya. tapi mengapa ia tak bisa mencintaiku seperti aku mencintainya?”. Bila kita memiliki rasa iklas ketika mencintai pasangan kita biasanya kita akan sanggup mengalah untuk perbedaan kecil maupun perdebatan kecil. Rasa sayang akan mengalahkan keegoan. Jika hubungan itu berlanjut lama tapi akhirnya berpisah, biasanya tidak ada rasa dendam yang terjadi setelah perpisahan. Keiklasan menyayangi akan menimbulkan keiklasan untuk melepasnya. Biasanya dikarenakan besar dan tulus cintanya seorang ia akan melakukan apa saja demi kebaikan orang yang dicintai.
Untuk menyayangi seseorang dengan bijak, diluar rasa tertarik pada fisik seseorang dan kepribadiannya, juga membutuhkan rasa iklas dalam menyayangi dan butuh kedewasaan mengiringi hubungan asmara tersebut. Kedewasaan artinya selalu ada pertimbangan logika dalam berhubungan dan seyogyanya mempunyai target tujuan dalam hubungan itu. Sekilas, tidak ada perbedaan antara momen jatuh cinta dan mencintai seseorang. Padahal, kedua hal itu mempunyai perbedaan. Manusia bisa jadi makhluk banal yang siap tergila-gila pada siapa saja. Namun, mereka juga bisa menjadi makhluk yang mencintai dengan setia, tanpa merasa perlu mencari selainnya. Cara mencintai seseorang dimulai dengan melupakan masa lalu dan memaafkan diri sendiri maupun orang yang pernah menyakiti hati.
Tidak semua orang mudah kembali jatuh cinta, terutama setelah pernah tersakiti oleh seseorang di masa lalu. Cinta sejatinya membuat seseorang merasa bahagia, apalagi bila orang yang ia cintai memiliki perasaan yang sama. Namun bagi sebagian orang, rasa cinta justru membuatnya takut akan merasa tidak berdaya, kurang fokus mencapai tujuan hidup, dan takut akan tersakiti. Ada pula seseorang takut jatuh cinta karena merasa dirinya tidak layak untuk dicintai. persepsi ini biasanya muncul dari pengalaman atau trauma masa lalu yang masuk hingga ke alam bawah sadar seseorang sehingga sulit dihilangkan. Apa pun alasan nya, tidak ada salahnya jika ingin mengubah pola pikir untuk membuka hari dan jatuh cinta pada seseorang. Dalam psikologi, seseorang harus mengalami tiga hal untuk jatuh cinta, yakni attachment, caring, dan intimacy. Attachment adalah kebutuhan untuk diperhatikan dan menjalin kontak fisik dengan orang lain, caring adalah berempati terhadap orang lain, sedangkan intimacy adalah berbagi pendapat, kesukaan, bahkan menumpahkan perasaan pada orang lain. Untuk bisa move on dari masa lalu, sebaiknya memaafkan diri sendiri maupun orang lain yang menyakiti di masa sebelumnya. Menyimpan dendam atau penyesalan hanya akan mengekang untuk mendapatkan peluang lebih baik di masa mendatang.
Ketika bertemu dengan orang baru selepas putus dengan mantan, ada kecenderungan untuk membandingkan-bandingkannya. Sikap ini sebaiknya tidak dipelihara karena akan mengingatkan pada kekecewaan masa lalu dan membuat timbulnya pikiran tidak ada orang yang lebih baik dari mantan. Cara mencintai yang paling sederhana adalah menjalani hubungan dengan apa adanya. Tidak ada orang yang sempurna, namun ada seseorang yang ideal untuk menjadi pasangan asalkan dapat menerima dengan apa adanya. Hanya karena pernah kandas, bukan berarti semua hubungan yang akan dijalani akan berakhir dengan sama tragisnya. Cobalah membuka diri dan berpikir positif bahwa suatu hari akan menemukan kebahagiaan menemuan pasangan yang idam-idamkan.
Secara umum, seseorang akan menyukai orang lain yang memiliki beberapa kesamaan dengan dirinya, misalnya hobi yang sama atau agama yang sama. Jika ada orang yang cocok dengan kriteria yang yang diinginkan pada pasangan, cobalah membuka hati untuk dirinya. Pepatah Jawa mengatakan “witing tresno jalaran soko kulino”, yang artinya cinta itu lahir dari kebiasaan. Semakin banyak waktu berta’aruf maka semakin besar kemungkinan untuk jatuh menmukan sisis baik dan jatuh cinta padanya. Saat kecewa, galau dan gabut karena patah hati, mungkin berpikir untuk menyalahkan diri sendiri. Hal ini tentu sangat tidak sehat dan dapat mempersulit proses move on. Akibatnya, akan merasa sakit hati berkali-kali lipat dan hanya akan fokus pada emosi negatif semata. Jika kisah cinta memang harus berakhir, ini berarti penyebabnya bukan hanya terletak pada diri sendiri. Apapun penyebab yang terjadi di masa lalu, biarlah berlalu. Cukup jadikan sebagai pembelajaran supaya ke depannya menjadi lebih baik lagi dan tak jatuh ke dalam lubang yang sama.
Disamping membersihkan hati dan pikiran dari kenangan buruk tentang mantan, ada baiknya juga perlu beres-beres kamar. Misalnya, menyingkirkan semua barang atau foto yang mengingatkan pada mantan. Ini termasuk langkah yang baik menuju hubungan percintaan yang lebih baik. Mengumpulkan barang-barang yang pernah diberikan mantan, lalu memberikannya pada yang orang yang lebih membutuhkan, itu mungkin lebih baik. Menghabiskan waktu secara berkualitas dan efektif dengan anggota keluarga, teman-teman. Pergi berbelanja atau melakukan wisata kuliner juga bisa menjadi pilihan kegiatan untuk membangkitkan suasana hati. Selain itu, bisa menyalurkan energi Anda untuk melakukan hobi-hobi baru. Misalnya, kelas memasak, fotografi, atau bergabung dengan komunitas tertentu. Mempersibuk diri, namun jangan sampai kesibukan justru membebani diri sendiri hanya karena ingin mengalihkan perhatian dari kenangan lama.
Sebagian orang, jatuh cinta bisa menjadi hal yang menyenangkan dan membahagiakan. Namun beberapa orang lainnya, pengalaman yang seharusnya membuat berbunga-bunga ini dapat membuat orang merasa takut, bahkan dapat menimblkan gangguan kecemasan. Bagi beberapa pengidap philophobia lainnya, trauma yang mereka rasakan bukan perkara sakit hati terhadap pasangan, tapi pada keluarga. Orang dewasa yang semasa kecilnya ditelantarkan orangtua dan tidak pernah menerima kasih sayang, juga berpotensi lebih besar tidak memiliki pandangan yang positif terhadap rasa cinta.
The Love
Oleh: Miskanik
Ketika cinta hadir di dalam jiwa, ketika cinta mampu merasuk sukma, ketika cinta berlabuh di dalam dada, ketika cinta merasuk ke dalam jiwa dan raga dan cinta mampu mengubah seseorang menjadi bahagia, itula keajaiban cinta. Cinta membuat angan melayang -layang di udara, seperti halnya cinta pada anak remaja. Karena masa remaja adalah masa yang paling indah penuh gairah dan ceria seperti halnya bunga-bunga yang sedang berkembang, itulah dasyatnya cinta. Karena cinta adalah, suatu emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi antara seseorang. Cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan perasaan kasih sayang, antara makluk hidup baik manusia,hewan maupun tumbuhan. Cinta itu bisa dirasakan cinta bisa dirasakan oleh semua orang mulai dari bayi, anak anak, remaja, hingga orang dewasa, dan masing-masing orang mungkin memiliki pemahaman yang berbeda-beda tentang cinta. Cinta itu merupakan sifat yang subyektif dan setiap orang pastinya memiliki penjelasan yang berbeda-beda tergantung dari pengalaman masing-masing yang pernah mengalaminya. Cinta bisa menjadi hal yang paling mahal dan paling murah. Cinta merangkul berbagai kondisi baik emosi dan mental yang berbeda dalam waktu yang bersamaan. Karena setiap orang memiliki pandangan yang berbeda tentang perasaan cinta.
Cinta suatu aktivitas manusia terhadap objek lain disekitarnya yaitu orang yang dicintainya, yang dilakukan dalam bentuk empati, kasih sayang, perhatian, membantu, pengorbanan diri dan memenuhi permintaan objek atau orang yang dicintainya. Cinta suatu perasaan yang positif diberikan pada manusia atau benda lainnya dan bisa dialami oleh semua makhluk. Ungkapan cinta bisa digunakan untuk meluapkan perasaan seperti, perasaan terhadap keluarga, perasaan terhadap teman-teman, perasaaan asmara ( romantic), perasaan cinta atau keinginan hawa nafsu, perasaan kasih sayang, perasaan cinta pada diri sendiri, perasaan terhadap konsep tertentu, perasaan terhadap negara, perasaan terhadap bangsa. Cinta adalah perasaan simpati yang melibatkan emosi yang mendalam.
Cinta memiliki makna yang mendalam. Cinta itu abstrak dan universal. Karena percintaan menciptakan pandangan yang berbeda untuk setiap orang. Cinta mampu menghadirkan pesona yang begitu memikat bagi siapa saja. Seseorang tanpa cinta mungkin tidak bisa dikatakan sebagai seorang yang penuh bahagia. Sternberg dan Burners menggambarkan bawah cinta itu merupakan hasrat. Hasrat ini merupakan keinginan dan kesukaan yang membuat seseorang suka melakukan sesuatu dengan ikhlas walaupun tanpa penghargaan apapun. Cinta itu jua merupakan rasa suka yang berkembang. Diawali dari suka, lama kelamaan akan timbul perasaan cinta. Cinta adalah perasaan sayang, rasa sayang tersebut akan berkembang dengan sangat cepat dan menjadi bagian dari cinta.
Cinta adalah tentang menemukan seseorang yang bisa untuk melengkapi keidupan dengan tulus, bertujuan untuk melengkapi kekurangan dan menutupi segala kelemahan. Menurut Eric Eromm, ada empat syarat untuk mewujudkan cinta dan kasih sayang yaitu: Perasaan, Pengenalan, Tanggung jawab, perhatian dan saling menghargai /menghormati. Cinta berada diseluruh semua kebudayaan. Ekspresi cinta dapat termasuk cinta kepada ‘jiwa’ atau pikiran, cinta hukum dan organisasi, cinta badan, cinta alam, cinta makanan, cinta uang, cinta keterkenalan, dan lain lain. Cinta lebih berarah kekonsep abstrak, lebih mudah dialami daripada dijelaskan. Cinta kasih yang sudah ada perlu selalu dijaga agar dapat dipertahankan keindahannya.
Cinta dalam pandangan islam sendiri adalah limpahan kasih sayang Allah kepada seluruh makhluknya sehingga Allah menciptakan manusia dan isinya. Cinta adalah kebijaksanaan, cinta adalah Tuhan dan Tuhan adalah cinta, tetapi tidak ada yang bijak atau bodoh untuk cinta. Cinta itu semua untuk kita masing-masing. Cinta itu datang secara tiba-tiba dan tanpa kita ketahui. Cinta itu tidak bisa diminta, dibeli dengan uang atau diambil secara paksa, namun cinta itu datang dari hati dan perasaan yang tulus terhadap apa saja, Sebuah benda, makhluk hidup, teman sahabat dan masih banyak lagi. Banyak manusia menunjukkan cinta dengan bermacam macam cara mereka sendiri.
Sayur Oyong Telor
Oleh: Lydia Vintari
Suara motor terdengar baru sampai di depan pagar. Indra sudah hapal bunyi motor Heri yang setiap kali mengantar Ibu ke rumah Indra. Kemudian Indra bangkit dari tempat tidurnya bergegas turun ke bawah.
“Bu” sapa Indra yang baru turun dari tangga.
“Gimana badan kamu, dra?” Ibu menghampiri anak sulung nya seraya menyambut tangan indra.
“Ya gini deh bu. Meriang-meriang gak jelas gitu.”
Sambil meletakkan tangan Ibu di leher dan dahi Indra Ibu berkata “makanya kamu jangan kerja terus. Inget….. Kesehatan kamu itu nomor satu harus dijaga.”
“Ya namanya juga orang kerja bu. Ya ada aja” ujar Indra.
“Ini….. Ibu udah bawain sayur oyong telor kesukaan kamu.” Ibu memperlihatkan plastik yang berisikan kotak makanan yang ditenteng sedari tadi.
“Loh….kok Ibu udah bawa aja. Kenapa gak bikin disini aja bu.”
Kemudian Indra mengambilnya dan meletakkannya di meja makan. Indra meminta mbak Asri untuk meletakkan nasi, piring dan sendok di meja makan. Kali ini makan siang yang spesial bagi Indra. Ada Ibu dan Heri adik nya. Kali ini Indra bisa melihat senyum Ibu yang melihat dia lahap makannya seperti berlomba dengan adiknya Heri. Keringan didahi sangat dia nantikan, yang biasanya setelah itu badan menjadi lebih segar dan enakan.
“Kamu tadi ditelepon bilang lagi sakit. Trus bilang kangen makan sayur oyong telor buatan ibu. Ya langsung aja Ibu beli telor ke warung sebelah trus Ibu bikin deh. Bikinnya juga sebentar ini. Gak ada yang susah kok.”
“Ya …kan biar bisa sekalian Ibu bisa ajarin mbak Asri cara bikinnya bu.”
“Emangnya Lena gak pernah ngajarin mbak Asri”
“Udah sih bu. Lena juga pernah berapa kali coba bikin. Cuman rasanya beda. “
“Masa sih. Cara bikinnya sih biasa-biasa aja. apa sih susah nya bikin sayur oyong telor begini. Cuman tinggal tumis bawang, tambahin air, garam, kaldu ayam, sayur oyong nya, trus masukin soun dan telor. Semua orang juga bisa bikinnya.”
“Tetep aja rasanya beda bu” jawab Indra yang mulai menyendokkan suapan pertamanya.
“Nah….ini rasa yang kayak gini nih bu, dah lama gak makan kayak gini. Gak asin dan semua nya pas aja gitu.”
Indra melihat lagi senyum itu. Yang membuat Indra selalu ingin melihat nya lagi dan lagi. Senyum dari seorang Ibu yang sedang menatap dua anak nya makan secara lahap seperti sedang lomba makan. Penuh cinta yang sangat nyaman hanya dengan sekali tatapan saja. Tatapan yang membuat Indra bisa kuat dari semua cobaan dalam hidupnya. Dimulai dari cobaan menghadapi teman yang usil sewaktu di TK pada saat dahulu sampai dengan demam ringan seperti saat ini.
“Bu….kok tumben gak ada pengajian hari ini.”
“Gimana mau pergi pengajian, terima telepon kamu, terus kamu bilang kamu sakit dan pengen dibikinin sayur oyong telor buatan ibu, ya Ibu gak jadi lah pergi pengajiannya. Padahal Ibu tadi dah siap-siap.”
“Tapi kan tadi Ibu bilang kalo sayur oyong telor nya kan gampang bikinnya, semua orang bisa bikinnya.”
“Iya tapi gak akan pernah ada orang yang bisa bikin sayur oyong telor seperti yang Ibu bikin. Karna Ibu bikinnya dengan penuh cinta. Ibu potong sayurnya Sambil ngebayangin kamu makannya lahap sampe nambah trus jadi keringatan di dahi. Apalagi denger kamu sakit, semua Ibu batalin. Namanya juga buat anak, Ibu akan bikin apa aja yang kamu mau.Yang penting Ibu bisa ketemu kamu.” Jawab Ibu sambil menatap penuh cinta anak sulung nya ini yang suka hilang karna ditelan kesibukkan bekerja dan berkeluarga.
“Oya….. bu Ira ada kirim brosur tour travel umroh yang dia ikutin waktu itu. Ibu ada kirim juga ke kamu minggu lalu. Tapi kamu gak ada kasih jawaban apa-apa . Kamu udah lihat belum?” Tanya Ibu yang membuat Indra kemudian berhenti menyuapkan suapan pertama untuk porsi keduanya kali ini. Semua keberanian berusaha dia kumpulkan untuk menjawab pertanyaan ibu. Apakah menjawab atau menggugurkan cita-cita yang sudah Indra berusaha ukir untuk Ibu tercinta. Perasaan Indra campur aduk yang sudah dia rasakan satu minggu belakangan ini, harus dia utarakan kepada Ibu nya. Perasaan campur aduk seoarang anak laki-laki dan pemimpin keluarga. Indra tidak ingin memilih, tapi harus memilih diantara dua cinta.
“Bu….aku mau beli rumah. Yang tabungan waktu itu aku pernah cerita buat haji atau umroh ibu, aku cairin dulu ya. Nanti aku atur uang aku lagi biar aku bisa nabung lagi buat haji ibu. Soalnya aku butuh uang banyak buat DP rumah. Gak pa pa ya bu.” Indra berusaha menjawab Ibu dengan berlahan dan menunduk. Tak sanggup menatap wajah Ibu yang baru saja dihancurkan cita-cita nya.
Ibu menjawab dengan menghela nafas dan kemudian tersenyum “Ya udah … gak pa pa.”
“Maafin aku ya bu.” Jawab Indra meminta pengampunan
“Ngeliat kamu bahagia aja, Ibu juga bahagia.” Jawab Ibu dengan senyumnya sambil mengusapkan tangan di bahu dan lengan indra. Tatapan penuh cinta itu masih ada dah akan selalu ada walaupun untuk kesekian kali nya Indra menghancurkan cita-cita ibunya.
Rindunya Flora untuk Sekolah
Oleh: Vera Fitra Hayati
Tingginya 150 cm, rambut hitam lurus sebahu, warna kulit ciri khas anak timur hitam manis. Dia adalah Floracita Manuela Leomau, salah seorang siswa didikku yang duduk di kelas 8 sekolah menegah pertama yang ada di kabupaten ini. Aku adalah seorang guru yang mengikuti salah satu program pemerintah untuk mengajar di daerah pelosok. 2 tahun telah kuhabiskan waktu untuk mendidik anak-anak ini dengan segala fasilitas seadanya. Sama seperti pagi ini, jam di ruang kelas yang sekaligus ruang kantor telah menunjukkan pukul 8.30. sudah waktunya bagi guru mengajar di kelas. Salah seorang rekan guru yang bertugas sebagai guru piket hari ini, memintaku untuk masuk di kelas 8 karena guru yang bersangkutan tidak dapat hadir.
“Bu Tiara, bisakah ibu masuk di kelas 8?”
“Tentu bisa Pak, Pa Xaver tidak datang lagi ya Pak?” aku menyanggupi permintaan beliau, dan berbasa basi menanyakan kabar pak Xaver satu-satunya guru olahraga di sekolah kami.
“ Tidak tahu saya Bu, ibu kasih saja bola sama mereka yang penting ada guru yang memantau mereka” Pak Emanuel menjawab pertanyaanku sambil berlalu meninggalkan ruang kantor karena beliau mengajar di kelas tujuh.
“Oke Pak” sahutku sambil memikirkan dimana bisa kudapatkan bola kaki satu-satunya di sekolah ini. Setelah kutemukan bola kaki di salah satu sudut ruangan, aku beranjak menuju kelas 8. Aku sangat familiar dengan karakter siswaku di kelas 8, karena memang akulah yang bertugas memantau mereka sebagai wali kelas.
Memasuki ruangan, kuperhartikan siswaku baris perbaris dari depan sampai belakang. Sesuatu kebiasaan kecil yang selalu kulakukan setiap memasuki kelas. Ada hal special hari ini, semua siswa hadir lengkap. Kenapa spesial? Bukannya itu lumrah? Tidak, ada seorang siswa yang jarang hadir di kelas. Namun, hari ini dia tampak duduk manis di bangku paling belakang. Dia adalah Floracita Manuela Leomau. Nama yang cantik, dengan panggilan Flora. Bunga di tanah Flores, itulah yang kupikirkan setiap membaca namanya.
“Selamat pagi Ibuuuu….” sapa siswaku yang lebih seperti teriakan yang memecah gendang telinga. Hal wajar di daerah timur anak-anak berbicara lantang.
“Selamat pagi” sapaku singkat. Segera kuberikan pengarahan tentang pembelajaran olahraga untuk pagi ini. Aku tidak tahu banyak tentang bola kaki, yang pasti kuserahkan bola kepada ketua kelas. Satu persatu siswaku beranjak keluar kelas menuju lapangan kecil di depan sekolah. Namun, kulihat Flora masih duduk dibangkunya dan aku tidak mempertanyakannya. Aku tahu Flora adalah siswaku yang sedang berjuang melawan penyakitnya. Tubuhnya terlihat kurus dan lemah. Pandangannya sayu. Setahun yang lalu sewaktu dia masih duduk di kelas 7, dia adalah siswa yang ceria dan banyak bicara. Walaupun tidak terlalu pintar, dia anak yang suka belajar. Semenjak duduk di kelas 8, Flora tidak lagi begitu aktif ke sekolah karena penyakit yang dideritanya. Sebenarnya aku kurang tahu, penyakit apa yang diderita Flora. Banyak anggapan, cerita bahkan tudingan, mitos yang kudengar dari siswa lain ataupun dari rekan guru. Orang tua Flora pun tidak terbuka dengan penyakitnya kepada guru di sekolah. Yang kutahu semakin hari dia semakin kurus.
Segera kuberanjak ke tempat Flora duduk. Aku duduk di salah satu bangku siswa yang ada di depannya.
“Bagaimana kabarmu Flora? Sehatkah?” sapaku dengan logat timur yang kubuat-buat agar terdengar akrab.
“Tidak begitu sehat bu” jawabnya sambil tersenyum. Tampak olehku wajahnya sedikit pucat dengan mata sayu. Aku langsung tahu bahwa dia belum sehat sepenuhnya. “Kenapa dipaksakan datang ke sekolah?” tanyaku sedikit khawatir dengan kondisinya.
“Aku rindu sekolah Bu” katanya polos, dengan mata yang sedikit berkaca-kaca. Aku melihat ada perasaan tulus dari ucapannya.
Banyak hal yang kutanyakan perihal sakitnya. Dia mengaku sudah menjalani pengobatan di rumah sakit yang ada di Kabupaten. Sekarang dia sedang rawat jalan dan harus tetap kontrol setiap minggu. Dokter mendiagnosa TBC, yang kutahu itu salah satu penyakit menular. Banyak hal yang dia ceritakan tanpa kutanyakan. Seolah- olah dia ingin menyampaikan segala keluh kesah yang ada di hatinya saat ini dan keinginannya untuk ke sekolah setiap harinya. Hari ini semua guru berkumpul di kantor untuk rapat persiapan ujian semester ganjil. Salah satu agenda rapat yang dibahas adalah perihal ketidad hadiran salah seorang siswa ku di kelas delapan. Siapa lagi kalau bukan Floracita. Terakhir kali aku bercerita dengannya sebulan yang lalu di kelas. Semenjak itu dia tidak pernah lagi datang ke sekolah dan juga tidak ada kabar dari orangtuanya.
“ Adakah kabar dari orangtua Floracita?” tanya kepala sekolah disela rapat. Semua guru menggelengkan kepala dan saling bertanya satu sama lain pertanda bahwa mereka tidak mendapatkan kabar.
“ Menurut Juven pak, kondisi kesehatan Flora kembali menurun” jawabku memberi sedikit pencerahan atas pertanyaan kepala Sekolah. Juven adalah salah satu siswa kelas 9 yang tempat tinggalnya dekat dengan rumah Flora.
“Kenapa tidak ada pemberitahuan ke sekolah dari orang tuanya? Harusnya ada! Setidaknya orang tua mengabarkan kondisi anaknya. Sekolah juga punya peraturan….bla bla..” tiba-tiba kepala sekolah mengeluhkan orang tua Flora yang tidak peduli dengan pendidikan anaknya.
Akhirnya rapat memutuskan untuk menyurati orang tua Floracita. Sesuai peraturan, sekolah harus mengirimkan surat panggilan kepada orang tuanya.
“ Bu Tiara, tolong dibuatkan surat panggilannya nanti, berhubung ini masih surat panggilan pertama cukup ibu yang menanda tanganinya sebagai wali kelas” tiba-tiba kasek memberikan perintah kepadaku.
“Oke pak” jawabku menyanggupinya.
Surat Panggilan orang tua Floracita selesai kuprint dan kulipat dengan rapi. Aku berfikir lebih baik aku menitipkan surat ini kepada Juventus, karena tidak mungkin bagiku untuk mengantarnya langsung kerumahnya yang jaraknya lumayan jauh dari sekolah. “ Juven, bisa kamu bantu ibukah?”
“Bisa Bu”
“Kau bantu ibu antarkan ini surat ke ruma Floracita, lalu kau kasihkan kepada orang tuanya Floracita, bisanya kau mengerti” aku menjelaskan kepada Juven untuk mengantarkan surat ini langsung kepada orang tua Flora.
“Sudah mengerti Bu” Juven mengangguk sambil mengambil surat di tanganku. Aku menjadwalkan orang tua Flora datang kesekolah besok lusa. Sebagai wali kelasnya aku juga berharap ada kejelasan tentang kehadiran Flora di sekolah. Pagi ini aku datang pagi ke sekolah walau sebenarnya aku tidak ada jadwal mengajar. Hari ini, aku menunggu kedatangan orang tua Flora di sekolah. Kulihat Bapak Kepala Sekolah juga telah hadir. Jam dinding menunjukkan pukul 07.30 dimana siswaku sudah siap untuk memulai masuk kelas. Belum sempat kubunyikan lonceng di depan kelas, kulihat Juventus mintak izin untuk masuk ke kantor guru.
“Ada apa Juven?” tanyaku singkat
“Bu….” sepertinya dia terbata mau melanjutkan perkataannya
“Ada yang mau kau sampaikan? Sampaikanlah!” pintaku
“Bu guru, ada kabar duka dari Floracita. Tadi malam jam 09 dia sudah dipanggil sama Tuhan” ucapan Juven sedikit tidak kupahami. Gaya bicara anak flores memang butuh pemahaman yang agak lama bagiku. Beberapa rekan guru melemparkan pertanyaan kepada Juven tentang meninggalnya Floracita. Aku terkejut dan hanya terdiam mendengarkan pembicaraan rekan guru dengan Juven.
Siang ini aku dan beberapa rekan guru sudah sampai di rumah Floracita, kami masih berdiri di luar rumah menunggu rombongan siswa yang masih tertinggal di belakang. Beberapa orang tua yang duduk di depan rumah mempersilakan kami masuk, namun kami masih berdiri di jalan dekat rumah menunggu rombongan siswa.
“ Bu guru Tiara, itu Bapaknya Flora..” celetuk Pak Xaver kepadaku. Ada melihat seorang laki-laki paruh baya yang lewat di depan kami, tampak kesedihan yang dalam di wajahnya. Namun, ketika melewati kami, beliau tidak sedikitpun menoleh kepada kami. Bahkan terkesan buang muka. Aku berfikir itu wajar karena seseorang yang sedang berduka. Ternyata dugaan aku salah setelah ibu Floracita bercerita bahwa bapak Floracita sedikit marah kepada kami ibu guru sekolah, terlebih kepadaku.
“Kemaren siang kondisi Flora lumayan baik, namun sore hari dia menerima surat dari ibu Tiara yang diberikan Juven kepadanya. Setelah membaca surat itu dia tampak gelisah, dan dia terus menanyakan masalah sekolahnya kepadaku. Sepertinya dia beranggapan bahwa dia akan dikeluarkan dari sekolah. Sebenarnya kami tidak menyalahkan ibu Tiara tapi kondisi Floracita lansung memburuk setelah mendapat surat dari ibu guru Tiara”. Darahku berdesir mendengar penjelasan dari ibu Floracita. Sangat jelas kalau keluarga Floracita sedikit menyalahkanku atas kematian Floracita. Walaupun sebenarnya ada kesalahpahaman dari mereka. Untung saja Pak Xaver lansung menjelaskan bahwa surat yang dikirim sebenarnya atas nama sekolah, kebetulan saja namaku yang tertulis di bawah karena aku adalah wali kelas Floracita.
Sepanjang perjalanan pulang, pikiranku kacau balau, kesalahpahaman orangtua Floracita yang menganggap kondisi anaknya memburuk di picu oleh surat panggilan yang aku kirimkan. Apa benar aku penyebab kematian siswaku walaupun secara tidak lansung?. Aku mulai berpikir berlebihan. Jujur aku menangis sepanjang perjalanan pulang ke rumah. Entah karena sedih kehilangan siswaku atau karena kesalahpahaman orangtua Floracita. Yang jelas aku berdoa sepanjang perjalanan pulang semoga kesalahpahaman ini tidak diperpanjang.
Seminggu setelah meninggalnya Floracita aku mengajar di kelas 8 seperti biasa. Ada bangku yang kosong tempat Floracita duduk yang sekarang mungkin tidak akan bertuan lagi sampai akhir semester genap. Setelah memberi tugas pada siswa aku memeriksa buku latihan Matematika siswa yang belum sempat ku periksa untuk menambah nilai ujiannya. Disela pekerjaanku, ada buku latihan Floracita dan kutemukan curhatan kecil di halaman belakangnya.
“Aku rindu sekolah”.
“Aku rindu teman-teman”.
Ternyata Floracita memang sangat memikirkan sekolahnya. Rasa bersalah itu muncul lagi. –The end—
Puisi Cinta Alifah
Oleh: Hj. Nurhidayah,S.Ag.,M.Pd.,
Alifah memandang sosok yang tengah membaca puisi di atas panggung di tengah lapangan pemuda itu. Sosok yang selama ini seperti raib di telan bumi. Dan disini, di tengah acara “Malam Persembahan Sastra” yang digagas oleh Komunitas Pemuda Pecinta Sastra di kota itu, ia tetiba hadir dan membacakan sebuah puisi.
**Kemana Engkau**
Kita adalah sejoli
Yang berjalan di bawah hujan
Kita sama-sama menghela luka
Dalam riuhnya guruh
Dan kini kita sampai di ujung jalan
Tempat yang tak pernah ingin kita berada
Dan demi cinta yang pernah kita recupkan
Kita saling mencari
Bahkan sebelum kita berpisah
Dan lambai di ujung jalan
Adalah tanda untuk sebuah episode yang hilang
Aku tetap merindumu dalam diam
Dan akan kukenang engkau
Sebagai kisah terindah yang pernah ada
Melatiku….
*****
Tepuk tangan bergemuruh menutup persembahan lelaki berkaca mata itu. Beberapa gadis nampak histeris meneriaki namanya. Dan Alifah semakin yakin. Ada rasa bahagia di hatinya. Namun beberapa jenak kemudian, rasa itu berganti dengan perih yang perlahan hadir menyusup di relung hati.
Alifah mengenali sosok itu. bahkan sangat mengenalinya. Namun ia tak punya nyali untuk menghampiri dan sekadar menyapanya dengan segenap kerinduan. Lelaki itu adalah Ramon. Sosok yang pernah mengisi hari-harinya saat masih duduk di bangku SMA dulu. Sosok yang tetiba menghilang saat mereka dinyatakan lulus dan melanjutkan kuliah. Ramon menghilang tanpa kata dan tanpa suara. Dan malam ini setelah tujuh tahun berlalu, Ramon hadir dan membacakan puisi itu. Puisi yang pernah dibacakan Alifah di acara perpisahan sekolah sebelum Ramon menghilang. Alifah tak mungkin salah. Itu Ramon yang telah membawa pergi hatinya. Dan malam ini, hatinya seolah di remas. Sakit sekali. Apalagi saat melihat senyum semringah di wajah tampan Ramon. Tidakkah ada sedikit saja rasa bersalah di hatinya telah meninggalkan seorang gadis sendiri menangisi cintanya?? Duhai, Alifah menangis lagi, dalam diamnya.
“Selanjutnya, kami silakan perwakilan dari Komunitas Pelangi Senja,” Master of Ceremony memanggil peserta berikutnya. Alifah tersadar dari lamunannya. Ia tak boleh larut dalam sedih, jika tak ingin penampilannya berantakan malam ini.
**Aku Tentang Aku**
Dan aku adalah karib sunyi
Yang bermain dalam telaga malam
Yang mencumbu senyap
Di kala alam lelap dalam mimpi
Yang meniti kedamaian lembah sunyi
Dalam senyap savanah
Yang melanglang di antara tebing curam
Menembus riak kuala
Yang mendekap erat rasa yang terlahir
Dari indahnya pelangi di matamu
Yaa, rasa yang kusematkan di pucuk-pucuk pinus
Ketika jumantara biru terlelap
Di haribaan malam
Lalu akan kutatap penuh kasih
Ketika mentari rindu hendak terbenam
*******
Alifah membungkukkan badan menutup persembahannya. Tepuk tangan membahana mengantar senyum manisnya. Lalu dengan gegas ia meninggalkan panggung yang makin ramai itu. Baru saja ia menjejakkan kaki di anak tangga terakhir, suara Ramon kembali terdengar membacakan sebait puisi yang amat sangat dikenalnya.
**Aku Tentang Kita**
Sudah habis kata kutulis dan kulafadz
Warna dan gaungnya memudar
Lamat-lamat menepi
Sebelum sempurna hilang
Tiada celoteh
Bahkan ‘tuk sekadar memecah hening
Kini kupilih membaca dan menyimak
Mungkin ada yang mampu kubaca
Dari dedaunan yang mulai mengering
Sebelum akhirnya luruh
Atau ada yang bisa kusimak
Dari desau angin yang terasa sejuk
Namun kian menjauh
Aku luruh takzim dalam pencarian
Mengeja setiap fenomena yang tersirat
Sekadar kujadikan jawab
Atas tanya yang terbengkalai
Alifah, aku pulang…
*****
Alifah menghentikan langkahnya. Tak salah dengarkah ia? Ramon menyebut namanya. Ia berbalik dan menatap sosok yang sedang berdiri di atas panggung itu. Ada bahagia yang serta merta hadir menyusup di hatinya. Namun bersamaan dengan itu, seorang lelaki dengan balutan jas putih dengan Name Tag bertuliskan Dokter Azwar datang dan menyapanya.
“Sudah selesai, sayang?” Alifah menggeleng, ada senyum di bibir ranumnya. Dengan sekali angguk, lelaki itu mengerti bahwa sang istri masih akan naik ke atas panggung.
Alifah menyungging senyum termanis untuk Ramon. Sesaat kemudian, sebait puisi dibawakannya untuk menjadi jawab atas puisi Ramon tadi.
**Aku tentang Kau**
Aku di jalanku
Kau dijalanmu
Kita di jalan yang berbeda
Meski searah
Jika pun kita bertemu pandang
Anggap saja ketaksengajaan
Yang sungguh sangat kebetulan
Lalu sedikit senyum basa basi
Menjadi pemungkas ketaksengajaan itu
Aku pamit
Bersama rasa yang telah mati
*****
Cinta
Oleh: Nuryani A.H
Cinta merupakan anugerah terindah yang mempunyai feedback dari ion positif dan ion negatif. Cinta hadir di dalam jiwa seseorang secara otomatis bukan dramatis. Cinta bermula dari rasa saling ketertarikan antara dua insan yang berlainan jenis. Cinta menghadirkan rasa kasih sayang yang tidak bisa dibendung. Ketika cinta berputik, dunia seakan milik berdua. Juni merupakan bulan teristimewa didalam kehidupanku. Karena pada bulan junilah awal pertemuan antara aku dan dia. Pertemuan ini merupakan awal dari kisah cinta pandang pertama.
Waktu terus berlalu, tanpa ku sadari kami berdua mempunyai chemistry. Wow, ternyata kami falling in love. Kami saling jatuh cinta pada pandangan pertama. Kisah cintapun bermula. Awal percintaan berjalan mulus seperti jalan tol, namun setelah di jalani mulai ada tanjakan, ombak, angin dan badai menerpa. Oh, ternyata cinta butuh kesabaran dan perjuangan yang sangat besar. Apa yang harus kami lakukan?. Kami harus menjalani dan mempertahankan segalanya demi cinta. Kisah cinta kami berdua, penuh dengan ujian, cobaan, rintangan, ombak dan duri. Banyak hal yang terkorban demi mempertahankan yang namanya cinta. Setiap perjalanan cinta kami seperti menapaki jalanan yang sangat licin dengan tebing tinggi nan curam yang sangat berbahaya. Jika kami salah melangkah, maka hancur leburlah cinta kami ini. Namun, kami terus berjalan menapaki tebing curam dan licin dengan segala keteguhan hati. Berusaha dan terus berusaha menjalaninya dengan keyakinan dan keimanan yang kuat. Setiap onak dan duri yang menerpa, kami jalani dengan sabar. Setiap permasalahan yang terjadi di dalam perhubungan, kami anggap sebagai ujian yang akan memperkokoh tali silaturahmi dalam ikatan cinta suci kami ini. Akhirnya, kisah cinta kami ini, diikat dengan istilah pertunangan.
Hari, bulan dan tahun terus berganti. Tanpa ku sadari, kami berdua telah bisa melewati setiap tapak jalanan tebing curam nan licin tersebut. Selanjutnya, kami berdua menyempurnakan ikrar, dengan ikatan suci yaitu pernikahan. Dalam pernikahan itu, tidah semudah membalikkan telapak tangan. Banyak hal-hal baru yang kami temukan setelah menikah. Dari tidak tau menjadi tau dan dari tidak jelas menjadi jelas. seperti watak asli pasangan kita, kelebihan dan kekurangan masing-masing. Hal ini menjadikan kita banyak belajar dan mendapatkan ilmu pengetahuan yang baru, yang tidak pernah kita dapatkan pada saat pacaran. Dalam kehidupan berumah tangga, tidak semudah seperti saat kita berpacaran, namun yang paling membahagiakan, mereka adalah pasangan halal kita seumur hidup. Tanpa ku sadari, usia pernikahanku pun sudah masuk pada tahun ke delapan. Namun, kami belum diberikan kepercayaan oleh Allah untuk memiliki keturunan sebagai zuriat dari pernikahan kami. Namun, kami tetap sabar dan selalu berdo’a memohon kepada Allah, semoga diberikan zuriat. Akhirnya, kami mendapatkan zuriat yang kami tunggu-tunggu selama delapan tahun. Penantian panjang kami terbayarkan, karena telah lahir anugerah terindah, yaitu seorang putra. Terima kasih ya Allah, atas karunia-Mu kepada keluarga kecil kami ini. Terima kasih ya Allah, karena Engkaulah yang telah memberikan anugerah terindah dalam hidup kami.
Sungguh indah rencana Allah Subhana Wata’ala, dibalik rintangan, ombak dan duri serta ujian yang telah Allah berikan kepada kami berdua selama delapan tahun penantian ini. Sujud syukur hamba persembahkan kehadirat-Mu ya Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, serta maha mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi ini. Setiap ujian, cobaan, tantangan dan rintangan yang datang dalam kehidupan kita di dunia, bersabarlah, ikhlaslah, tawakal Alallah dan pertebal keimanan kepada Allah, serta selalu berprasangka baiklah kepada Allah. Insya Allah hikmah yang akan kita terima nanti berlipat ganda. Karena janji Allah itu pasti. Semua ini di raih, berkat kesabaran, keikhlasan, tawakal Alallah dan keimanan yang kuat. Maha suci Allah, yang telah mendengarkan do’a-do’a kami setiap lima waktu sehari semalam. Kita harus selalu berlapang dada, legowo, atas qada dan qadar Allah. Tetapkan hati sekeras baja, dalam melewati rintangan, cobaan dan ujian yang menerpa cinta yang jalani. Pertahankanlah cinta yang telah di bina bersama, baik dalam suka maupun dalam duka.
Akhirnya, kami hidup dengan bahagia dan damai bersama sibuah hati hasil dari ikatan suci pernikahan perantara cinta pada pandangan pertama. Dalam hidup ini, kita harus bisa memberi dan menerima segala sesuatu dengan ikhlas. Laksanakan kewajibanmu dengan bersungguh-sungguh dan ikhlas, maka hak mu akan kamu terima sesuai amal dan perbuatanmu. Nabi SAW bersabda, “ Waqala a’laihissalatu wassalamu ( Assabru i’ndalmusiibati bitis i’miati darajah )” yang antinya “ sabar ketika musibah ( diganjar ) dengan Sembilan ratus derajat”. Hadist berikut ini, dari sabda Nabi Muhammad SAW yang berarti “ Sabar itu termasuk dari wasiat-wasiat Allah di bumi-Nya, siapa yang menjaganya maka akan selamat, dan siapa yang menyia-nyiakannya maka ia akan hancur”. Kita semua harus positif thinking terhadap cobaan, rintangan dan ujian yang kita alami di dunia ini. Perkokoh keimanan, jalaninya dengan penuh keikhlasan. Insya Allah berkah. Terutama keikhlasan dalam cinta.
Love for Rere
Oleh : Setiawan Shaputra
Cinta pertama dimasa perkuliahanku adalah dia. Yaps dia adalah Rere. Aku sangat senang dan bahagia bisa mengenal dekat dengannya. Pada awal pertemuan dengannya itu di acara Gathering Management. Ketika itu, aku bertemu dengannya untuk pertama kalinya. Aku kagum padanya ketika ia membawakan acara tersebut dengan luar biasa menarik dan membuat peserta gathering tersebut menjadi cair. Saat itu ia menjadi seorang Master of Ceremony (MC). Aku menjadi salah satu Photografer di acara tersebut. Senang sekali rasanya bisa foto dia juga hehehe… Suatu hari pada saat pembagian kelas sangat kebetulan sekali aku satu kelas bersamanya. Aku langsung mengucapkan Alhamdulillah bisa lebih dekat nih jadinya hehehe. Seiring berjalannya waktu, terkadang aku chatting bersamanya.
Ketika di kelas terkadang saat aku sudah tiba dahulu di tempat duduk dan ketika dia masuk ke kelas aku sering sekali berkata ehhemm-ehhemmm. Teman-temanku terkadang langsung menyahut ciee awan….. Aku menyukainya karena kepribadiannya yang ramah, baik, dan yang paling buat aku suka ketika ia senyum. Hatiku terasa tenang, adem dan bahagia. Ketika itu, pada bulan ramadhan kelas kami mengadakan buka bersama. Aku sudah datang duluan bersama teman-teman yang lain. Ia belum juga datang. Aku merasa ada yang hilang ketika ia tak datang. Selain kuliah ia memang ada kesibukan lainnya yaitu menjadi seorang Endorsement. Aku berfikir dia takkan datang saat itu. Akhirnya pas sekali saat waktu sudah buka ia datang. Aku sangat senang dan semangat sekali menyambutnya. Ia datang dan duduk disebelahku hhmmm. Lalu kami makan bersama-sama dengan teman-teman yang lain. Aku merasa nyaman ketika berada di dekatnya. Ini adalah momen yang luar biasa bisa makan bersamanya untuk pertama kalinya hehehe.
Ketika acara tersebut sudah selesai kami mengadakan foto bersama. Lalu, aku mengajaknya foto berdua bersamanya. Foto tersebut ku cetak dan ku bingkai semenarik mungkin dikamarku. Momen ini akan selalu kukenang dan tidak akan pernah terlupakan olehku. Aku selalu bertanya-tanya pada diriku apakah perasaan suka ini hanya sebatas seorang sahabat atau lebih. Di situ aku merasakan kenyamanan ketika bersamanya dan melihatnya senyum. Sayangnya ia sudah memiliki hubungan dengan orang lain saat awal kita bertemu hehehe.
Aku percaya bahwa jodoh tidak akan kemana. Jika memang ia jodohku pasti akan suatu saat nanti akan kembali padaku. Sebenarnya aku ingin sekali mengungkapkan perasaanku saat momen foto bersamanya setelah acara buka bersama, tetapi rasanya waktunya belum tepat. Hingga saat ini sudah 3,5 tahun aku mengenalnya dan perasaan ini belum hilang padanya, meskipun ia masih menjalin hubungan bersama orang lain. Aku akan selalu berdo’a yang terbaik kepadanya. Pada penghujung tahun 2020, tepatnya tanggal 30 Desember 2020, Ia ulang tahun yang ke-21. Pada hari spesialnya aku sudah menyiapkan lagu spesial buatnya. Mau tahu apa lagunya dan jawaban respon dari dia ? Eeitsss… tunggu dulu aku belum mengirimkannya lagu itu buatnya hehehe. Aku akan mengirimkan video lagu spesial yang ku buat untuknya disaat buku ini diterbitkan.
Pesan yang ingin aku sampaikan adalah terus berfikir positif dan percaya bahwa jodoh itu tidak kemana. Menurutku, Yang paling terpenting untuk saat ini adalah fokuskan pantaskan diri dan menyelesaikan kuliahku. Semoga aku bisa lulus dan wisuda Tahun 2021 serta jika Tuhan berkehendak berjodoh dengan Rere Aamiin Ya Rabbal’alamin.
I Love You Rere
“ Jalani Sebaik Kau Bisa “
Cinta Teromantis di Dunia Ini
Oleh: Dani Irawan
Aku. Sosok yang tak pernah tahu apa alasan diriku dilahirkan di dunia yang penuh warna ini. Warna cerah yang senantiasa mengindahi perasaan, warna terang yang senantiasa menyinari perjalanan, hingga warna gelap yang mencetuskan kepahitan dalam hawa diri. Warna-warna itu kerap membaur silih berganti dalam hari-hari Aku. Warna cerah dan terang tentu menerbitkan banyak rasa ceria, sukacita, hingga bahagia yang begitu nikmat. Sedangkan warna gelap selalu mencetuskan kesedihan, kemungkaran, bahkan malapetaka. Warna-warna itu senantiasa datang bergantian satu persatu. Memutar siklus perasaan yang terkadang membawa diri merasa di ketinggian yang terasa membahagiakan dan membalik diri di posisi paling bawah yang terasa suram menyedihkan.
Tapi dalam kehidupan Aku. Warna gelap berlomba-lomba mengalahkan si warna cerah dan terang. Hingga si gelap menang dan menjadi warna paling menonjol diantara warna-warna yang lain. Warna gelap yang terus mencetuskan kepahitan berangsur-angsur membuat diri Aku rapuh tak berdaya. Sampai Aku bertanya kepada sang pencipta diriku, Tuhan. Apa alasan diriku dilahirkan di dunia ini? Mengapa warna gelap selalu muncul dan terus menerpa kehidupanku, mengahajar warna-warna yang lain? Apakah Tuhan menciptakanku hanya karena ingin menyiksaku? Jawaban yang Aku dapat hanyalah Tuhan tak pernah hadir. Hingga memunculkan pertanyaan lagi, kemanakah Tuhan yang telah membuat Aku terlahir di dunia yang penuh dengan warna gelap ini?
Ketika Aku menantikan kehadiran Tuhan, yang datang kepadaku hanyalah sosok yang sama sepertiku. Mereka datang ketika Aku merasakan lara. Mereka hadir ketika Aku merasakan derita. Dan mereka tetap hadir ketika Aku membendung kepedihan. Ada banyak rasa cinta dari mereka yang dapat memunculkan warna cerah dan terang. Ada banyak rasa cinta yang dapat melebur warna-warna gelap. Ada banyak cinta dari mereka. Tapi dimanakah cinta dari Tuhan yang telah menciptakanku? Padahal, mereka hanyalah sosok yang sama denganku, yang berwujud orang tua, guru, kawan, bahkan orang yang tak ku kenal pun bisa hadir dengan banyak rasa cinta. Orang-orang itu selalu hadir ketika warna hitam kelam menutupi mataku. Orang-orang itu pula yang memberikan sinar terang sehingga warna hitam kelam itupun pergi. Pertanyaanku muncul kembali. Dimana Tuhan saat aku butuh pertolongan-Nya?
Akal demi akal, hati demi hati, serta rasa demi rasa Aku tata kembali. Bagaimana bisa Aku menemukan jawaban dari pertanyaan yang tak akan terjawab itu. Hingga Aku berpikir lagi, untuk apa Tuhan menciptakan Aku? Untuk apa? Untuk apa!
Ya, Aku yang merupakan seorang manusia, untuk apa diciptakan di dunia ini? Aku manusia. Orang-orang disekelilingku pun manusia. Hah? Tuhan menciptakanku, begitu pula mereka orang-orang baik disekililingku, yang juga diciptakan oleh Tuhan. Ya, Tuhan menciptakan mereka yang selalu datang membawa warna cerah. Itulah tujuan Tuhan menciptakan mereka, agar mereka bisa selalu memberikan warna cerah kepadaku. Dan tentu sama, Tuhan menciptakan Aku agar aku bisa memberikan warna cerah kepada mereka sesama manusia seperti diriku.
Inilah jawabannya, Tuhan menciptakan banyak orang-orang baik yang selalu hadir untuk orang-orang lain yang membutuhkan. Tuhan hadir dengan rasa cinta yang disampaikan melalui orang lain, untuk kita orang-orang yang selalu membutuhkan. Cinta Tuhan telah disebarkan ke berbagai orang-orang di seluruh jagat ini. Cinta Tuhan sangatlah besar, tak memandang Aku siapa, Aku apa, dan Aku bagaimana.
Oh Tuhan, rasa cinta-Mu sungguh indah. Rasa cinta-Mu sungguh besar. Rasa cinta-Mu takkan berhenti mengalir datang terus menerus kepada orang-orang yang senantiasa membutuhkan-Mu. Oh Tuhan, itulah rasa cintamu, cinta teromantis di dunia ini.
Cintaku Sebagai Dosen
Oleh: Rotua Suriany Simamora
Menjadi seorang dosen tidak pernah terpikirkan olehku bahkan untuk menjadi seorang dosen bukanlah hal yang pernah ku cita-citakan. Hal yang selalu kupikirkan adalah bagaimana kelak aku akan bekerja disuatu organisasi kerja dengan memanfaatkan keilmuanku yang ku peroleh di perguruan tinggi dengan latar belakang kesehatan. Tentunya profesi sebagai seorang dosen bukanlah pekerjaan yang mudah. Namun, tidak sedikit orang yang rela mengabdikan dirinya untuk mewujudkan tugas mulia ini dan rela mengabdikan dirinya untuk mencerdaskan generasi penerus bangsa ini. Saya adalah salah satu yang akhirnya terpanggil untuk menjalani profesi sebagai dosen. Profesi dosen bukanlah loncatan pertamaku setelah lulus dari bangku kuliah. Setelah mencoba berbagai jenis pekerjaan ternyata pilihanku jatuh diprofesi ini. Awalnya hanya mencoba saja dan menjalani dengan tidak ada komitmen yang tinggi. Mungkin dikala itu jiwa mudaku yang masih sangat agresif mencoba beberapa lowongan pekerjaan. Namun pilihan terakhirku adalah memilih menjadi seorang dosen.
Banyak hal yang membuat aku jatuh cinta dengan profesi ini. Selain aku kagum dengan sosok ibuku yang juga seorang guru, ada beberapa sosok yang menjadi panutanku dan skalian menjadi mentorku bahkan mahasiswa/mahasiswi juga turut serta menginspirasiku untuk menjadi seorang dosen. Profesi ini sangat mulia bahkan sangat mulia. Bagaimana tidak, profesi ini tidak hanya berbicara tentang ilmu namun membangun karakter yang berkualitas. Bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme adalah hal yang harus dimiliki oleh seorang dosen. Inilah yang membentuk kepribadian dan kebahagiaan yang saya rasakan saat ini. Mata hati dan raga semakin terpana ketika menjalani profesi ini dengan suka cita dan kerja keras yang nyata.
Jika kita menilai sebuah profesi hanya dari aspek penghasilan rasanya terlalu sempit. Bukankah materi itu sifatnya sangat abstrak? Artinya tidak ada tolak ukur untuk nominal gaji besar yang akan memberikan jaminan kepastian bahwa kita akan bahagia jika sudah mendapatkannya. Saya selalu berkomitmen untuk hal apapun yang saya kerjakan untuk melakukannya dengan sungguh-sungguh. Dan saya sangat yakin profesi ini tidak akan membuat saya miskin. Miskin yang saya maksud disini tdidak semata-mata tentang uang. Saya sangat percaya ketika kita melakukan bagian kita artinya bekerja dengan sungguh maka Tuhan akan memperhitungkan semua itu. Semakin banyak kita berbagi dan berdedikasi dengan ikhlas maka dunia pun akan setia hadir mencukupkan kebutuhan duniawi.
Sudah 13 tahun saya berkarya menjadi seorang dosen dan akhirnya saya dapat memaknai profesi ini dengan baik. Banyak hal yang sudah saya peroleh yang tidak ternilai harganya. Banyak karya yang tercipta, peningkatan jenjang pendidikan melalui studi lanjut, memperoleh Hibah penelitian dari pemerintah, pelatihan peningkatan kualitas dosen, bahkan punya banyak relasi dan koneksi dengan berbagai macam stakeholder seperti pemerintah dan swasta. Bisa kenal dan menjalin silahturahmi tanpa batas dengan ratusan mahasiswa/mahasiswi yang pernah mendapat siraman Ilmu dari kita sebagai dosen. Mendapat kesempatan berkarya dalam pemenuhan pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat secara berkala sangat mendewasakan diri sebagai dosen yang harus terus bertumbuh dan berpikiran terbuka.
Tentunya sebagai seorang dosen, memperlakukan ilmu itu sebagai milik kita bersama dan semua orang harus tahu. Menjadikan ilmu sebagai tugas dan tanggungjawab kita serta kontribusi nyata sebagai pendidik yang berintegritas. Mungkin beberapa orang menganggap profesi ini hanyalah sebatas profesi yang kurang dianggap dibandingkan profesi lain. Padahal melalui profesi ini begitu banyak kesempatan yang akan tergali. Sama halnya seperti tugas dosen yaitu pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Hal yang menarik dari profesi ini adalah bagaimana aku mempersiapkan diri setiap harinya sebelum aku melakukan rutinitasku sebagai pengajar. Menyiapkan bahan ajar dan mencari materi baru yang berhubungan dengan relevansi mata kuliah yang akan kusampaikan. Tiada hentinya belajar dan mencari ilmu demi mahasiswa/mahasiswi yang hendak belajar. Menjadi dosen tidak hanya berbicara kuantitas namun harus lebih mngedepankan kualitas. Sebagai dosen tentunya sebelum mengajar melakukan persiapan yang baik yang tidak hanya mengandalakan materi yang sudah using apalagi tidak sesuai dengan perkembangan zaman.
Hal lain yang lebih menarik adalah ketika profesi sebagai dosen dapat mewujudkan aspek Tri Dharma dengan baik. Kesempatan ini pun ku dapat ketika aku memilih menjadi seorang dosen. Melakukan riset yang didanai oleh pemerintah yang dapat memberikan sumbangan ilmu sebagai wujud pengabdian kepada institusi khususnya kepada mahasiswa dan masyarakat. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat mewujudnyatakan bagaimana harus mengabdikan ilmu yang saya miliki dan dirasakan oleh masyarakat.
Saat ini bahwa perubahan karakter mahasiswa di generasi milenial tentunya tidak mudah. Disinilah dosen harus mengedepankan pendekatan student centered learning. Seiring demajuan teknologi maka karate serba instan memungkinkan mahasiswa “googling”yang bias lebih informatif dari dosennya terkait informasi yang sedang berkembang. Sehingga jangan sampai dosen “ketinggalan zaman” hanya karena malas dan enggan untuk “upgrade diri”. Mempersiapkan diri secara optimal berarti menghargai profesi yang dijalani dan menghargai para mahasiswa/mahasiswi yang kelak akan menjadi individu sukses kelak. Mahasiswa akan senantiasa mengingat dosennya sepanjang hidupnya sehingga pastikan rekam jejak menjadi seorang dosen dapat menjadi “kenangan indah”, bukan menjadi “mimpi buruk” bagi generasi penerus bangsa ini.
Begitu bersyukurnya dapat menjalani profesi ini kareni disinilah aku banyak belajar tentang kehidupan. Mewujudkan kesungguhan hati menjadi seorang dosen, memiliki karakter yang kuat, dan tentunya menjadi figur yang selalu diidolakan oleh mahasiswa karena totalitas kita memberikan yang terbaik kepada mereka sehingga yang terbaik pun senantiasa mengikuti. Sama halnya dengan besarnya cintaku dengan keluargaku, seperti iu jugalah kecintaanku sebagai profesi seorang dosen yang sudah mensejahterakan hidupku dan orang-orang yang kucintai.
Mencari Cinta Sejati
Oleh: Afiffudin Khalim Nur Adkha
Pernah dengar romansa cinta Romeo dan Juliet? pernah membaca kisah pertemuan antara Nabi Adam dengan Siti Hawa? atau pernah diceritakan nenek kisah cinta Bandung Bondowoso yang ditolak oleh Roro Jonggrang?. Kesamaan kisah cinta tersebut adalah adanya unsur cinta. Manusia tak bisa lepas dari cinta, namun cinta itu apa sih?. Katanya cinta itu dari mata turun ke hati. Ada yang bilang cinta itu buta dan tuli, tak mendengar tak melihat. Bahkan ada yang lebih parah dengan mengatakan cinta itu hanya bisa nyakitin perasaan, dan banyak pendapat lain tentang cinta. Intinya cinta adalah sesuatu yang membuat orang mencintai seseorang yang dicintai dengan perasaan cinta.
Sejarah peradaban manusia mencatat bahwa cinta umat manusia tersimbolkan oleh hal-hal tertentu. Salah satu simbol tersebut yakni bangunan Taj Mahal yang merupakan simbol cinta Shah Jahan dengan istrinya Mumtaz Mahal. Simbol yang lain seperti Candi Prambanan di Indonesia, simbol cinta Raja Bandung Bondowoso dengan Roro Jonggrang. Kuil Kodai-Ji di Jepang, simbol cinta Toyotomi Hideyoshi dengan istrinya Kita-no-Mondokoro. Dari semua simbol tersebut menandakan bahwa masing-masing orang memiliki fitrah cinta masing-masing, dimana rasa cinta tersebut merupakan anugerah besar dari tuhan kepada kita.
Bagi seorang pelajar seperti aku, perasaan cinta memang terukir di dalam hati, seperti cinta kepada orang tua, cinta kepada guru, teman, cinta kepada sang pencipta dan cinta kepada sang idola, namun saya pribadi belum merasakan hakikat cinta sebenarnya. Bukan berarti aku tak pernah merasakan cinta dari seseorang. Kisah cinta juga menyertai diriku.
Kisah cintaku bermula ketika ibuku mengandung diriku. Beliaulah Manusia super tanpa efek cgi, seorang manusia paling berjasa tanpa embel-embel pahlawan, seorang manusia paling kucintai dari sekian wanita yang pernah kusukai. Semua berawal ketika usiaku masih delapan minggu di dalam kandungan. Sekujur tubuhku diselimuti cairan berlendir. Rasanya bahagia banget bisa merasakan kehidupan, saking senangnya perut ibuku kutendang dari dalam hingga timbul suara boom kecil. Berselang sembilan bulan akupun datang ke dunia ini dengan penuh rasa bahagia hingga aku merengek tak henti-henti karena rasa bahagia tiada tara. Dengan penuh kasih sayang ibu memelukku hangat, sebuah pelukan paling berarti dalam hidupku. Kau tahu apa yang terjadi lepas itu?, sebuah cairan asi memberiku rasa kenyang. Hari-hari di masa bayi dipenuhi dengan kehangatan dan cinta tiada tara dari sang ibu.
Mulailah aku mencari cinta sejati di masa SD. Aku pernah menyukai teman sekelasku, aku berpikir itu pasti bukan cinta sejati. Bagaimana mau cinta sejati, lah aku aja SD masih ingusan, mana mudeng dengan yang namanya cinta sejati. Menginjak di bangku SMP, lagi-lagi aku menyukai lawan jenis, adik kelas pula, dan beruntungnya dia juga menyukai diriku. Setelah lama saling menyukai, kutembak lah dia dengan kata-kata modus, yang mungkin terdengar sekedar obral janji. Lagi-lagi aku berpikir itu bukan cinta sejati. Bagaimana mau cinta sejati, SMP aja belum bisa nyari duit, masih mikirin pelajaran, apalagi waktu SMP aku di asrama pula, jadi ya amat ketat. Lalu ketika SMA aku menyukai teman sekelasku, namun aku malu, karena aku sadar diri bahwa, aku bukan tipenya. Apalagi ketika SMA pergaulanku dengan perempuan kurang dekat, bahkan aku hafal keseluruhan nama teman sekelas baru kelas sebelas, sungguh anak introvet.
Sekarang keadaan di sekitar sungguh mencekam. Aku mengamati bahwa remaja sepertiku di zaman ini sedang dilanda cinta yang kita namakan pacaran. Aku bingung bukan kepalang memikirkan topik pacaran ini, dalam benakku berpikir apakah pacaran itu didasari rasa cinta sejati, hanya perasaan suka atau bahkan hanya cinta monyet. Naifnya teman-temanku banyak juga yang pacaran, katanya sih kalau gak pacaran gak keren. Pernah mencoba ngaca dengan diri sendiri, dalam benakku berkata, aku keren-keren aja walau gak pacaran. Setelah kucari tahu tentang pacaran, ternyata pacaran memilih sejarah yang unik. Dulu, pacaran adalah suatu kondisi yang menerangkan bahwa sudah adanya itikad menuju jenjang pernikahan antara laki-laki dengan perempuan. Mereka berdua, ditandai di masing-masing jari tangannya dengan olahan daun pacar. Sebelum mereka ditandai dengan daun pacar di tangannya, biasanya sang lelaki datang ke rumah pujaan hatinya untuk menarik perhatian sang ayah dari sang pujaan hati dengan berpantun ataupun meniup seruling. Setelah mendapatkan perhatian dari ayah si pujaan hati, kemudian dipanggillah sang lelaki ke dalam rumah. Lalu ditanya tentang keseriusannya kepada anak gadisnya oleh sang bapak. Baru setelah itu, didatangkan anak gadisnya, dan apabila sang anak juga setuju, maka keduanya pun ditandai oleh pacar di tangannya. Supaya orang lain yang melihatnya tahu bahwa mereka sedang pacaran. Selepas itu, sang lelaki akan diberi waktu 3 bulan untuk mempersiapkan diri membangun rumah tangga. Bukan berduaan berasyik-masyuk dengan gadis pujaan hatinya. Namun sekarang sejarah pacaran diselewengkan, pada mulanya pacaran memang budaya melayu, namun sekarang digantikan oleh pacaran ala budaya barat yang fulgar, bahkan anak di bawah umurpun sekarang banyak yang pacaran.
Pacaran bisa disebabkan oleh boomingnya tontonan sinetron, drama korea bahkan film-film barat yang tidak senonoh. Karena menonton tontonan seperti itu, orang jadi terbawa arus untuk ikutan pacaran. Yang perlu kita garis bawahi adalah apakah aktivitas pacaran memang didasari rasa cinta sejati atau malahan hanya dibuat bahan becandaan agar terlihat keren, atau bahkan ada modus jelek dibaliknya misal ingin memuaskan nafsu, ingin berduaan bersama temu kebo dan tujuan-tujuan lain yang masing-masing individu berbeda. Dalam Al Qur’an disebutkan bahwa kita tidak boleh mendekati Zina. Lalu apakah pacaran di zaman sekarang termasuk aktivitas yang dapat menimbulkan perzinaan?. Tentu saja presentase menuju perzinaan ada, selama berpacaran, semoga kita semua dijauhkan dari Zina, aamiin. Kembali ke masing-masing individu untuk menjaga fitrah cinta agar tidak ternodai oleh nafsu yang menghanyutkan ke dalam keburukan.
Sebagai seorang pemuda aku siap menjaga cinta sejati di dalam kalbuku untuk sang pujaan hati yang telah menantiku. Kutunggu kau wahai cinta sejatiku. Ku berterimakasih kepada orang tua tercinta, teman-teman tercinta, guru tercinta, idolaku tercinta dan tentunya rasa syukur kupanjatkan kepada sang pencipta yang telah memberikan anugerah terbesar berupa rasa cinta di dalam hatiku. Aku mohon kepada engkau wahai Sang Pencipta, Sang Maha Cinta, jagalah cintaku ini untuk orang-orang tercinta dan untuk pujaan hatiku nantinya.
Sang Pemilik Cinta
Oleh: Rohani, SST. M.Kes
Sore itu langit berwarna merah, menandakan matahari mulai terbenam kubuatkan secangkir kopi untuk suamiku, kami duduk berdua diteras sambil bercengkrama. “enaknya kopi ini” suami ku memuji kopi buatan ku, aku pun membalasnya dengan senyum kecil. Di tengah obrolan kami tiba-tiba bunyi suara telepon, kring..kring…kring “siapa yang menelpon?” tanyaku kepada suamiku. “Ibu yang telpon” jawab suamiku. Suamiku mengangkat telepon dan berbicara dengan ibu mertuaku menggunakan bahasa daerahnya.
Aku hanya bisa mendengarkan saja percakapan suamiku dengan ibu mertuaku, karena aku tidak paham dengan bahasa yang diucapkan. Suamiku masih keturunan suku Bugis, bahasa daerahnya masih kental sekali, jika bertemu dengan keluarganya menggunakan bahasa Bugis. Saya keturunan Jawa, namun sehari-hari percakapan kami menggunakan bahasa daerah Palembang atau bahasa Indonesia. Terkadang aku ingin belajar bahasa Bugis, entah bagaimana sampai sekarang menginjak pernikahan kami yang ke-13 tahun, saya masih saja belum belajar bahasa daerah suamiku, mungkin karena kesibukanku sehari-hari aku belum sempat untuk mempelajarinya. Ketidaktahuanku pada arti bahasa daerah yang diucapkan suamiku, kadang menyulitkan komunikasiku pada keluarga besar suamiku. Aku bersyukur keluarga besar suamiku selalu menghargai perbedaan ini. Mereka tidak pernah mempersoalkan kelemahanku.
Tak terasa percakapan suamiku sudah berlangsung hampir 20 menit. Tak lama kemudian suamiku mengucapkan salam untuk mengakhiri percakapan dengan ibu mertuaku. “kenapa ibu nelepon yah?” tanyaku kepada suamiku. Suamiku terdiam sebentar sambil menarik nafas. “Hmmm…, tidak ada apa-apa” jawab suamiku. Entah apa yang difikirkannya, tapi aku merasa ada yang mau disampaikannya.
Tak lama kemudian Suamiku menceritakan isi pembicaraannya dengan ibuku tadi. Bahwa ibuku menginginkan kami untuk mendaftar ibadah haji. Kami berdua pun terdiam sejenak. Kami sadar kalau kami selama ini ada keinginan untuk melaksanakan ibadah haji, namun kami belum pernah untuk sungguh-sungguh mempersiapkannya. Selama ini yang kami utamakan hanya urusan dunia. Membangun rumah, jalan-jalan, beli mobil, makan enak dan lain-lain tanpa fokus untuk mempersiapkan hal penting untuk mendaftar haji.
Sejak saat itu, kami pun mulai memikirkan saran ibu untuk segera mendaftar haji. Setiap sujud dalam sholatku, ku memohon ampun dan meminta kepada Allah sang Maha Pencipta untuk memberikan kemudahan dan kelancaran kepada kami agar kami segera bisa mendaftar haji. Hari-hari pun berlalu, tak terasa sudah 1 minggu. Suamiku mulai mencari informasi untuk pendaftaran haji. Tibalah kami pada agen pemberangkatan haji dan umroh yang direkomendasikan oleh salah satu keluarga. Siang itu sepulang kerja, aku dijemput suami langsung menuju agen tersebut.
“assalammulaikum…..”suamiku mengucapkan salam. Kami pun disambut dengan ramah oleh petugas yang ada di agen tersebut. Kami pun menanyakan mengenai biaya dan syarat untuk pendaftaran haji.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, yang telah memberikan banyak kemudahan dan kelancaran kepada kami untuk mendaftar sebagai jamaah haji. Petugas agen dengan sabar melayani kami sampai kami mendapatkan nomer porsi haji. Allah memang Maha Kuasa dengan ijin –Nya, mempertemukan kami dengan orang-orang baik.
Sungguh Allah Maha Baik, setelah Allah memberikan kemudahan kepada kami untuk mendaftar haji, kami pun diberikan kesempatan untuk melaksanakan umroh terlebih dahulu. Rencana untuk umroh begitu saja ada. “Pak… nanti kalau mau umroh bisa juga mendaftar dengan kita” petugas agen tiba-tiba menyampaikan kalimat itu. Kami pun bertanya tentang umroh kepada petugas agen. Petugas tersebut menjelaskan kembali bagaimana biaya dan syarat untuk pendaftaran umroh. Haripun sudah sore, kami kembali ke rumah. Sampai di rumah, kami pun terpikir untuk umroh. “Hmmm…rasa tidak percaya” kataku dalam hati. Baru saja mendaftar haji, sekarang mau merencanakan untuk umroh. Ada rasa takut, cemas, belum siap, ada anak yang masih balita mau ditinggal untuk pergi umroh, biaya, dan banyak lagi. Di sinilah kami sekali lagi melakukan muhasabah diri. Kalau kita menunggu siap, kapan akan siap??? Menunggu menjadi baik, kapan akan sempurna menjadi orang baik??? Ini menjadi pertanyaan penting bagi kami berdua. Hati ini pun bergetar, sungguh kami adalah hamba yang penuh dengan salah dan dosa. Saat itu juga kami pasrah kepada Allah, kami serahkan semua urusan kami semuanya kepada Allah yang maha kuasa atas segalanya. Inilah cinta Rabb ku kepada hambanya. Memberikan lebih dari yang kami minta. Maha besar Allah dengan segala kuasa-Nya.