Hipnotis, ibarat pedang bermata dua, dapat memberikan dampak yang positif dan negatif tergantung dari siapa yang menggunakannya. Jika digunakan oleh tangan yang baik hipnotis bisa memberikan banyak manfaat. Seperti dalam psikologi, misalnya, ada metode terapi hipnotis untuk mengatasi gangguan kecemasan, fobia, mengendalikan stress, atau mengelola rasa sakit.
Sementara jika digunakan oleh tangan yang salah, hipnotis bisa menjadi metode kejahatan penipuan dan perampokan. Bahkan di Indonesia, metode kejahatan seperti ini termasuk ke dalam yang paling populer.
Akibatnya tidak sedikit orang yang skeptis pada metode terapi hipnotis dan menganggapnya sebagai hal yang berbahaya. Padahal sebenarnya, tidak semua orang bisa terhipnotis dengan mudah. Mengapa bisa begitu? Lantas mengapa manusia bisa terhipnotis dan apa saja yang terjadi pada otak saat kita dihipnotis? Berikut penjelasannya
Apa Yang Dimaksud dengan Hipnotis?
Hipnotis, singkatnya, merupakan sebuah pilihan pengobatan yang membantumu mengobati atau mengatasi berbagai kondisi. Dalam proses penerapannya, seorang ahli hipnotis atau hipnoterapis yang sudah bersertifikat biasanya akan memandumu untuk masuk ke dalam kondisi yang tenang dan rileks.
Tujuannya adalah para ahli bisa memberikan saran khusus untuk membuatmu lebih terbuka akan perubahan atau peningkatan terapeutik. Selain itu, kamu juga jadi lebih fokus dan mudah berkonsentrasi pada pikiranmu sendiri.
Pada akhirnya, proses terapi menjadi lebih lancar karena kamu lebih mudah merespon setiap sugesti yang diterima. Umumnya, para ahli melakukan hipnotis dengan cara memberikan kata-kata tertentu diulang terus menerus sambil meminta kamu membayangkan sesuatu. Jadi prosesnya bukan menggunakan arloji saku yang digoyang-goyangkan.
Adapun dalam penerapannya, hipnotis bisa digunakan untuk hal-hal seperti:
- Menetralkan emosi negatif yang diakibatkan oleh trauma psikologis di masa lalu
Membantu proses penurunan badan dengan menanamkan keinginan untuk mempunyai pola hidup sehat serta mengatur pola makan
Membentuk kepercayaan diri dan menciptakan ketenangan untuk mengatasi kecemasan
Mengendalikan kebiasaan buruk seperti merokok atau makan berlebih
Yang lebih menarik lagi, kamu sebenarnya sering mengalami hipnotis dalam kehidupan sehari-harimu. Hanya saja, kamu tidak menyadarinya karena memang belum kamu sendiri pernah berada dalam keadaan terhipnotis sebelumnya.
Salah satu contoh hipnotis dalam kehidupan sehari-hari bisa dirasakan saat kamu sedang mengemudi. Saat mengemudikan kendaraan, kamu mungkin pernah melupakan semua yang sudah kamu lewati dalam tiga kilometer terakhir.
Keadaan ini menunjukan bahwa otakmu sedang berada dalam keadaan terhipnotis dan ini merupakan bagian dari perawatan rutin yang dilakukan oleh otak manusia. Sayangnya, meski hipnotis adalah hal yang normal dan tidak membahayakan, masih ada pro-kontra mengenai pengobatan ini.
Mengapa Bisa Terhipnotis?
Hipnotis pada dasarnya bekerja dengan mengubah aktivitas di otak yang berhubungan dengan kewaspadaan atau perhatian. Saat kamu sudah berada dalam pengaruh hipnotis, tingkat konsentrasi dan fokusmu jadi berlipat ganda sehingga kamu lebih mudah menerima sugesti.
Dengan begitu, tujuan awal hipnotis jadi mudah tercapai karena kamu sedang berada dalam kondisi fokus yang tinggi dan jadi lebih terbuka pada berbagai sugesti–yang dalam keadaan normal–mungkin akan kamu abaikan.
Karena itu, saat berada dalam keadaan terhipnotis kamu mungkin saja mengikuti semua hal yang disuruh oleh pihak yang menghipnotismu. Misalnya jika kamu perokok dan ingin berhenti merokok, setelah dihipnotis kamu bisa saja percaya bahwa rokok adalah hal yang amat sangat buruk.
Apa Yang Sebenarnya Terjadi Pada Otak Kita Saat Dihipnotis?
Para peneliti di Harvard telah mempelajari otak 57 orang yang sedang terhipnotis. Setelah penelitian dilakukan mereka menemukan bahwa selama hipnotis berlangsung dua area otak yang berfungsi untuk memproses serta mengendalikan yang terjadi pada tubuhmu memiliki aktivitas yang lebih besar.
Sementara itu, di area otak yang bertanggung jawab mengatur tindakan yang dilakukan tubuhmu, serta area yang membantumu menyadari tindakan tersebut justru terputus. Artinya, ketika kamu berada dalam pengaruh hipnotis sebenarnya kamu tahu apa yang sedang terjadi namun tubuhmu tidak bisa memberikan respon yang kamu inginkan.
Penelitian yang dilakukan di Friedrich Schiller University, Jerman juga menemukan hasil yang serupa. Barbara Schmidt, salah satu peneliti dari studi tersebut mengatakan bahwa ada penurunan yang ekstrim pada aktivitas otak saat seseorang berada dalam pengaruh hipnotis.
Singkatnya, menurut penelitian tersebut, hipnotis memang bisa mempengaruhi cara kerja otak manusia namun pengaruhnya pada aktivitas saraf masih belum begitu jelas.
Menariknya lagi, ternyata ada sekitar 25% orang yang tidak mudah dihipnotis. Menurut dr. David Spiegel, seorang spesialis kesehatan jiwa, profesor psikiatri dan ilmu perilaku dari Universitas Stanford, ada perbedaan pada area otak orang-orang yang sulit dihipnotis dengan mereka yang mudah dihipnotis.
Pada orang yang sulit dihipnotis, aktivitas dalam area aktif yang berhubungan dengan kontrol eksekutif serta perhatian cenderung lebih sedikit. Sementara pada mereka yang lebih mudah dihipnotis, bagian kontrol eksekutif serta pemusatan perhatian di area otak justru jadi lebih besar.
Dengan kata lain menurut dr. Spiegel, hipnotis lebih mungkin diterapkan pada orang-orang yang lebih mudah berkonsentrasi dalam satu hal pada satu waktu dibanding orang yang sulit berkonsentrasi. Artinya, anggapan tentang orang yang sulit berkonsentrasi lebih mudah dihipnotis itu keliru.
Hipnotis sampai sekarang masih terkena stereotype dari apa yang ditampilkan oleh pertunjukan-pertunjukan hipnotis di atas panggung. Meskipun hipnotis sebenarnya merupakan alat terapi alternatif untuk mengobati beberapa gangguan psikologis.