EKOSISTEM ALAM DALAM AL-QUR’AN

Tafsir secara hakikatnya adalah ilmu yang digunakan untuk memahami kitab Allah yakni Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, menjelaskan makna-maknanya dan menggali hukum-hukum serta hikmahhikmah yang ada di dalamnya, sehingga Al-Quran itu dapat berfungsi secara benar sebagai petunujuk bagi manusia(Mustaqim and Qudsy, 2008, 2). Dalam upaya untuk memahami ajaran agama yang tertuang dalam al-Quran melalui tafsir. Ada persoalan besar yang menjadi perdebatan dewasa ini adalah apakah kepercayaan pada agama serta ajaran-ajarannya dapat mempengaruhi kehidupan nyata manusia(Ahmad Muhammad Al-Hushari, 2014, vii). Maka dari itu sebuah penaafsiran akan selalu berkembang seiring perkembangan zaman, untuk menjawab sebuah permasalahan baru tidak terkecuali dengan masalah ekosistem alam

Ekosistem alam merupakan bagain yang amat penting bagi kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainya dimana sebagai tempat tinggal, hidup dan berkembang biak. Hubungan manusia dengan alam pun saling berkaitan erat (Simbiosis Mutualisme). Dari alam manusia mendapatkan kehidupan, tanpa dukungan alam yang baik manusia dan makhluk hidup lainnya terancam. Buktinya banyak spesies hewan maupun tumbuhan yang terancam punah karena ulah keserakahan manusia, dan banyak korban jiwa akibat dari banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, asap tebal. Karena itulah, manusia seharusnya menjanga alam sekitar bukan hanya untuk kesenangan dan kebutuhannya saja tetapi juga melestarikannya agar supaya ekosistem alam tetap terjaga.

Krisis lingkungan hidup yang melanda dunia dewasa ini bukan hanya persoalan teknis, ekonomis, sosial-budaya, dan teologis semata, melainkan juga sangat terkait dengan pilihan ideologi pembangunan yang dikembangkan sebuah negara. Maraknya berbagai bencana alam banjir, tanah longsor, limbah, dan pencemaran menunjukan tingkat pemahaman, kebijakan dan kepedulian terhadap krisis lingkungan sangat rendah. Karena itu sepantasnyalah kita bersikap lebih merendahkan diri. Sebab faktor penentu kelangsungan hidup kita tidaklah di dalam tangan kita, sehingga kehidupan kita sebenarnya amat rentan(Soemaroto, 2004, 51)

Problem ekologi merupakan masalah global-universal yang dialami semua penduduk dunia, bukan hanya bangsa Indonesia. Berbagai studi menyimpulkan bahwa masalah lingkungan (environment) yang dihadapi manusia di berbagai belahan dunia merupakan akumulasi dari persoalan kemanusiaan yang lain. Persoalan ledakan penduduk (population explosion), dampak ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), dan bahkan kehampaan spiritual Selain itu, pengaruh industrialisasi berdampak signifikan pada krisis ekologi(Mansour, 2005, 6)

Industrialisasi sebagai dampak perkembangan IPTEK yang dikembangkan oleh negara, pada faktanya telah menjadi pintu masuk kerusakan-demi kerusakan lingkungan. Perkembangan industri yang semakin mereduksi kualitas lingkungan hidup dan mengancam kehidupan rakyat tak mampu menggoyahkan pendirian pemerintah untuk keluar dari jeratan industrialisasi ala kapitalis. Industrialisasi yang sedang dibangun bangsa Indonesia merupakan jeratan dari skenario global yang dilancarkan oleh sistem ekonomi kapitalisme. Dalam sistem kapitalisme, sumberdaya alam memegang faktor penting dalam proses pembangunan. Teori ekonomi kapitalis menjelaskan bahwa sumberdaya alam merupakan salah satu dari tiga faktor produksi yang utama, selain human resources (manusia) dan financial resources (dana)(Mansour, 2005, 7). ebagai ideologi, kapitalisme sangat tergantung pada tiga pilar, yaitu sumberdaya alam, manusia, dan finansial. Kapitalisme tidak segan-segan untuk melakukan kegiatan yang merusak, demi memenuhi kebutuhan produksi. Berawal dari eksploitasi alam demi memenuhi kebutuhan masyarakat yang tidak terbatas, sumberdaya alam semakin berkurang, bahkan dapat melahirkan krisis dan kerusakan lingkungan. Kapitalisme, neo-kapitalisme, dan neoliberalisme yang menjadi pendorong bagi pemerintah untuk mengambil hakhak rakyat secara pelan-pelan. Demi memenuhi kebutuhan industri, perusahaan melakukan eksploitasi sumberdaya alam seperti hutan, tanah, pantai pesisir, pertambangan, dan migas. Akibat retorika pembangunan yang berorientasi pada produktivitas yang dilakukan untuk menggenjot pemasukan uang negara, maka keseimbangan alam sasaran utama yang empuk, hutan alam tropis beralih fungsi menjadi hutan produksi. Pohon-pohon ditebang untuk diolah menjadi kayu bahan mebel dan kertas. Lambat atau cepat perilaku tersebut akan menimbulakan malapetaka bagi manusia itu sendiri. Eksploitasi yang dilakukan oleh manusia terhadap alam tanpa adanya kepedulian untuk menjaga keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup serta hanya menguntungkan sekelompok kecil orang saja. Akan berbalik menjadi kesengsaraan panjang bagi manusia lainnya yang tak berdosa. Masalah ini memerlukan kesadaran semua umat manusia untuk mengembalikan dunia pada ekosistem ekologi yang normal berdasarkan hukum alam(Ramly, 2007, pp. 13–14). Dengan dimasukkannya aspek perilaku manusia sebagai salah satu penyebab bencana alam, hingga kesehatan global dan kemiskinan yang keseluruhannya merupakan akibat perbuatan manusia(Indiyanto and Kuswanjono, 2012, 8). Jika alam tidak dijaga keharmonisan dan keseimbangannya, maka secara hukum alam (Sunnatullah) keteraturan yang ada pada alam akan terganggu dan dapat berakibat munculnya bencana alam. Al-Qur’an selalu menegaskan akan perlunya keselarasan karena alam ini diciptakan secara teratur. Krisis lingkungan merupakan dampak dari pengerukan kekayaan alam yang berkepanjangan. Dan bencana dapat terjadi dari krisis lingkungan serta tidak terjaganya ekosistem alam secara baik dan berkesinambungan. Padahal, kerusakan atas alam sangat kontras dengan ajaran Islam. Sebagai salah satu agama samawi, Islam memiliki peran besar dalam rangka mencegah dan menanggulangi krisis tersebut(Suhendra, 2011, 134). Di dalam al-Qur’an telah dijelaskan dalam beberapa ayatnya terkaitnya pentingnya menjaga ekosistem alam yakni sebagai berikut :

Surat Al Syuara’ ayat 183 :

Artinya: Dan janganlahkamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan.

Surat Al-Rum ayat 41 :

Artinya :Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).

Di dalam ayat tersebut di atas, sangat jelas bahwa berbagai kerusakan yang terjadi di muka bumi adalah akibat ulah tangan manusia yang tidak bertanggung jawab. Allah swt. telah memperingatkan tentang kerusakan yang terjadi di alam dunia ini, baik di darat, laut maupun udara, bukan semata-mata bersifat alami. Namun karena ulah perbuatan manusia itu sendiri.

Kerusakan di darat seperti membangun perumahan di daerah-daerah tempat penyerapan air, sehingga ketika musim hujan tiba menyebabkan terjadinya banjir, tanah longsor, hilangnya mata air, tertimbunnya danau-danau penyimpan air, penebangan pohon secara liar, pembakaran hutan dan lain sebagainya, itu semua merupakan bencana karena ulah tangan manusia(Hernedi, 2011, 203).

Demikian pula kerusakan di laut seperti pendangkalan pantai, menghilangkan tempat-tempat sarang ikan, pencemaran air laut karena tumpahan minyak, dan lain sebagainya. Allah telah menghamparkan bumi beserta seluruh isinya sebagai sumber kehidupan. Dijadikannya gununggunung dengan iklim yang cocok untuk pertanian, laut dijadikan sebagai sumber pencarian bagi para nelayan. Begitu pula dengan sungai-sungai yang mengalir, udara yang segar, tumbuh-tumbuhan yang hijau semuanaya itu diciptkan untuk manusia.

Manusia tidak bisa lepas dari udara, tanah dan air. Ketika udara, tanah dan air yang dijadikan sebagai tumpuan hidup makhluk hidup di bumi telah mengalami polusi, sehingga tidak dapat dikendalikan lagi, maka unsur-unsur yang ada di dalamnya pun dapat masuk ke dalam tubuh manusia yang mengkonsumsinya. Sehingga akan terikat di dalam aliran darah dan inilah yang memicu munculnya berbagai macam penyakit(Jauharul, 2001, 224).

Hal ini pula telah ditegaskan Allah Swt dalam firmannya Q.S. al-A’raf ayat 56 :

Artinya:“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”

Sejak diciptakannya Allah swt. tidak menghendaki ciptaanya untuk dirusak maupun di eksploitasi secara berlebihan, tanpa disertai tanggung jawab untuk memeliharanya. Allah menghendaki agar manusia sebagai makhluk paling sempurna dan juga khalifah dimuka bumi untuk senantiasa menjaga dan merawatnya. Disinilah pentingnya umat islam mempunyai pandangan yang proporsional terhadap lingkungan. M. Quraish Shihab mengatakan bahwa alam raya ini telah diciptakan Allah dalam satu sistem yang sangat serasi dan sesuai dengan kehidupan manusia. Tetapi manusia melakukan kegiatan buruk yang merusak, sehingga terjadi kepincangan dan ketidakseimbangan dalam sistem kerja alam(Shihab and Shihab, 2012, 76). Disini M. Quraish Shihab berpandangan tentang keseimbangan ekosistem alam dimana ketika salahsatu elemen yang ada didalamnya mengilang ataupun terlalu banyak maka akan terjadi sebuah kepincangan dan ke tidak seimbangan.

Dalam ayat al-Quran memberikan perhatian besar terhadap ekosistem alam termasuk keseimbangan didalamnya, pohon dan tumbuhan sebagai salahsatu aspek dalam ekosistem alam yang disebutkan dalam al-Quran, dalam surah yasin [36] ayat 80

Artinya: yaitu (Allah) yang menjadikan api untukmu dari kayu yang hijau, maka seketika itu kamu nyalakan (api) dari kayu itu.” Tuhan yang akan menghidupkan kembali tulang belulang yang telah lapuk tersebut yaitu Allah yang menjadikan api untukmu dari kayu yang semula berupa pohon yang basah dan hijau.

Dijelaskan bahwa tuhan telah menciptakan untukmu api dari kayu yang hijau , maka tiba-tiba kamu menyalakan api dari kayu tersebut, M. Quraish Shihab berpandangan bahwa dari sinilah terjadi sebuh proses yang dinamakan fotosintesis yang menghasilkan oksigen bagi kita manusia dan seluruh makhluk hidup di dalamnya, mulai dari tumbuhan menyerap cahaya matahari kemudian terjadi proses pembakaran dan menghasilkan sebuah energi (oksigen), disinilah bukti kebesaran Allah ada tiga yang pertama menciptakan dari sesuatu yang basah (pohon hijau) menjadi api, kedua menjadikan manusia dari setetes mani yang ketiga menciptakan alam raya ini(Najwa Shihab, n.d.).

 

sumber:

repository.uinsaizu.ac.id

A Nuralim