FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MORAL DISENGAGEMENT

Moral disengagement mengacu pada proses di mana seorang individu atau kelompok orang menjauhkan diri dari standar etika normal atau perilaku yang biasa dan kemudian menjadi yakin bahwa perilaku tidak etis yang baru dibenarkan karena sering kali dianggap sebagai keadaan yang meringankan.

Penelitian telah menemukan bahwa biasanya orang atau kelompok orang harus melalui proses moral disengagement untuk melakukan perilaku yang tidak etis. moral disengagement adalah mekanisme kognisi pada individu untuk mencari alasan secara logis agar berpikir dari sudut pandang orang lain, alasan moral, pengambilan keputusan, dan pengetahuan diri.

Penelitian terbaru (Knoll et al, 2016) telah menemukan bahwa ada proses 4 tahap di mana orang melepaskan diri secara moral untuk terlibat dalam perilaku tidak etis

PROSES 4 TAHAP MORAL DISENGAGEMENT
Proses di mana orang-orang menjadi terlepas secara moral cukup dipahami akhir-akhir ini. disengangement biasanya merupakan proses empat tahap dimana individu:
Pertama individu atau kelompok harus secara mental merekonstruksi atau menceritakan kepada diri mereka sendiri sebuah cerita atau konteks di mana tindakan atau tindakan yang sedang atau akan dilakukan tidak dapat dipandang sebagai tidak bermoral atau tidak etis. Ini dapat mencakup jalan lain ke perangkat seperti ‘orang lain melakukannya’, atau ‘itu tidak melanggar hukum’ misalnya.
Kedua mereka biasanya akan mengurangi rasa penting atau hak pilihan mereka sendiri dalam tindakan mereka. Ini biasanya dilakukan dengan menyalahkan orang lain, organisasi, situasi atau konteks sebagai pendorong atau pencetus tindakan.
Selanjutnya mereka akan gagal untuk melihat atau menyangkal konsekuensi dari tindakan yang dilakukan atau kelambanan mereka
Terakhir, mereka perlu mengubah cara mereka memandang dan memandang korban dengan menurunkan status, kepentingan, atau efek dan dampaknya terhadap mereka.

MEKANISME MORAL DISENGAGEMENT
Mekanisme moral disengagement terjadi melalui beberapa mekanisme yaitu:
Moral justification, melakukan pelanggaran moral namun dengan tujuan mencari pembenaran dibuat seolah-olah apa yang dilakukan dapat dibela ataupun malah menjadi benar
Euphemistic labelling, penggunaan bahasa yang halus agar perilaku tidak bermoralnya terlihat baik sehingga lebih mudah diterima
Advantageous comparison, membandingkan perilaku melanggar moral dengan perilaku pelanggaran lain yang lebih berat
Displacement of responsibility, melempar tanggung jawab kesalahannya kepada orang lain seolah memang hal itu bukanlah tanggung jawabnya
Diffusion of responsibility, individu yang melakukan pelanggaran moral tidak mau disalahkan karena orang lain juga ikut melakukan pelanggaran
Disregard or distortion of consequences, individu mengabaikan begitu saja terhadap akibat

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MORAL DISENGAGEMENT
Jenis kelamin
Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa subjek laki-laki lebih besar tingkat moral disengagement-nya dibandingkan dengan subjek perempuan. Ini disebabkan karena laki laki rentan melakukan kekerasan di lingkungannya dibanding perempuan.
Sifat sinisme
Sifat sinisme merupakan karakteristik kepribadian yang dilambangkan dengan perasaan frustasi dan kekecewaan serta ketidakpercayaan terhadap orang, orang, kelompok, dan lembaga. Sifat sinisme yang tinggi akan mendasari ketidakpercayaan orang lain. ia mungkin akan mempertanyakan motif orang lain yang baik kepadanya. Terlebih bagi seseorang yang pernah menjadi korban kejahatan
Identitas Moral
Identitas moral yang dapat dipahami sebagai representasi mental dari karakter seseorang yang ditunjukkan atau nampak kepada orang lain. identitas Moral juga disebut sebagai pengatur perilaku moral karena individu tersebut berusaha untuk membuat perilaku mereka konsisten dengan cara melihat diri mereka sendiri.
Empati
Empati merupakan bentuk respon perasaan yang ditunjukkan kepada sesama yang merupakan dasar dari suatu moralitas. Empati merupakan rasa yang lebih besar dari simpati. Karena melalui empati, seseorang akan merasakan hal yang sama seperti orang lain. dengan rasa empati tersebut terhadap orang lain, muncul tanggung jawab untuk menjaga perasaan atau menghargai orang lain. dengan hilangnya rasa empati, maka akan tercipta perasaan negatif sehingga mengarah pada moral disengagement
Locus of Control
Locus of control dibagi menjadi dua jenis, yaitu internal dan eksternal. Individu yang mencirikan prestasi dan kegagalan mereka terhadap pengaruh internal seperti usaha dan kemampuan serta merasa benar-benar bertanggung jawab atas hal-hal yang terjadi pada mereka disebut internal locus of control. Sedangkan individu yang mencirikan kesuksesan dan kegagalan mereka untuk kekuatan eksternal di luar kendali mereka, seperti kekuatan orang lain atau kondisi tertentu dan kesempatan atau keberuntungan dinamakan external locus of control.

Sumber literature
Diana Annisa, (2019) : “Moral Disengagement Ditinjau Dari Peran Yang Berpartisipasi Dalam Bullying Di Sma Negeri ‘X’”
Sarbini, Et al, (2019) : “Faktor-Faktor yang Memengaruhi Moral Disengagement Siswa SMA di Provinsi Jawa Barat”
St. Hadjarawati, (2020) : Pengaruh Moral Disengagement Terhadap Perilaku Cyberbullying Remaja Pengguna Media Sosial Di Kota Makassar
Zukhrufi Aprilia & Solicha, (2013) : “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Moral Disengagement Remaja”
oxford-review.com