

Penulis:
Bernartdous Sugiharto, Endang Sundari, Fikri Nur Ihsan, Yukasrinal, S.H.I., CSTMI., CH., CHt., CTMR., CTMTh. Fadlan Nasution, ST, MT, Maya Suherlina, Sofia Maharani Primasunovi, S.Psi., C.STMI., STHT, Sapni Alpionika, Eko Prasetiyo, Dr. Indrawati Wivina H., MBA., MM., M.Pd., M.Psi., D.Th., Psikolog. Hj. Suryani Ganefi Sa’ud. S.E., M.M, Purwanto Jawara, Rahayu Widia Utami, Ronald Yulianto, H. Eko Raharjanto, Hadi Tasman, Otty Widya, Gojali, S.TP, Kang Dhea, Abdurrahman ASW, Partini Nur Umayah, dr. Fatkhauli Salviani, M.Kes Jundyastuti, ch, qte, Muhammad Syahidin
Bersyukur Atas Nyawa Kedua
Oleh: Bernartdous Sugiharto
Hmmmm, kalau disuruh menceritakan kejadian dalam hidup yang membuat saya bersyukur, jujur sangat banyak. Tapi ada satu kejadian yang tidak akan bisa saya lupa dimana saya sangat bersyukur telah diberikan nyawa kedua oleh Tuhan. Kejadian ini saya alami sejak kecil. Ada kelainan pada jantung saya. Dari kecil, kalau saya sakit batuk, itu tidak bisa sembuh hanya dengan satu kali resep (lima hari). Akhirnya dokter menyarankan untuk periksa jantung saya, dan didapati ada kebocoran dijantung saya sehingga darah kotor dan darah bersih bercampur. Hal itu lah yang membuat saya cepat capai dan sering engap seperti sulit bernapas. Dokter saat itu berkata bahwa belum perlu dilakukan operasi jantung. Nanti juga akan menutup sendiri seiring bertambahnya umur. Orangtua saya pun setuju karena umur saya masih kecil, dan kondisi tubuh saya yang sangat kecil. Dokter juga menyarankan agar saya tidak terlalu capai. Seiring berjalannya waktu, kelainan di jantung saya seperti terlupakan. Karena saya juga jarang sakit. Akan tetapi pada saat saya kuliah semester tiga, masalah mulai muncul kembali. Karena aktivitas saya yang cukup padat, saya aktif di kegiatan kuliah dan kegiatan gereja. Saya jadi sering batuk batuk dan tidak sembuh hanya dalam satu kali putaran resep (lima hari). Orangtua pun langsung teringat, jangan-jangan karena jantung sehingga batuknya tidak sembuh-sembuh. Dokter pun menyarankan untuk periksa jantung dan ternyata hasil dari check-up jantung itu, lubang di jantung saya bukan nya menutup tapi menjadi semakin lebar, seukuran diameter dua cm. Ini kejadian dibulan September 2003. Tidak ada jalan lain, dokter berkata saya harus operasi jantung untuk menutup lubang yang ada. Jujur saat itu orangtua saya pun sedih. Mereka pun langsung mencari referensi untuk operasi jantung. Mulai dari mau operasinya dimana, dokternya siapa, butuh dana berapa. Semua jadi pertimbangan. Setelah mengumpulkan informasi, dan data. Akhirnya kami memutuskan untuk menuju RS Jantung Harapan Kita di Jakarta. Singkat cerita kami langsung diskusi dengan dokter spesialis jantung, tentang berbagai hal, dan diputuskan tanggal 2 Desember 2003 untuk dilakukan operasi. Sebelumnya, kondisi saya dicheck ulang. Ternyata lubang yang tadinya dibulan September berukuran diameter dua cm, sekarang sudah semakin terbuka menjadi tiga cm. Hanya dalam waktu dua sampai tiga bulan, bertambah satu cm. Sebelum operasi, saya diharuskan masuk RS dua hari sebelumnya untuk dilakukan check ulang secara menyeluruh. Disaat ini kondisi saya masih seger, bisa ketawa-ketawa. Yang sangat khawatir adalah ibu saya. Saya hanya bilang semua harus dijalankan, saya bisa melewati operasi jantung ini. Setelah dicek semuanya saya diantar oleh suster RS untuk melakukan survey lokasi. Jadi dijelaskan nanti setelah pasien di operasi akan di pindahkan ke ruang ICU, dengan kondisi satu perawat menangani satu pasien. Apabila kondisi pasien sudah membaik, akan dipindah kan ke ruang semi ICU, dimana boleh di besuk tapi terbatas, maksimal dua orang dan sepuluh menit. Kalau sudah baik kondisinya, pasien baru dipindahkan ke ruang perawatan untuk tahap observasi pemulihan. Pada saat survey lokasi tersebut, jujur itulah yang membuat saya sangat down. Di ruang ICU saya diperlihatkan kepada pasien yang baru selesai operasi, dengan kondisi tubuhnya penuh dengan kabel-kabel dan selang selang. Saya melihat, ya Tuhan, nanti saya yang akan seperti itu loooh. Saya merasa nyawa saya bukan ditangan saya, tetapi di tangan alat- alat tersebut. Saya kembali ke kamar perawatan dengan tubuh lemas. Ibu saya menguatkan saya, dan mengajak saya berdoa untuk membuat saya sedikit tenang. Jujur itu malam terpanjang dalam hidup saya. Malam itu saya tidak bisa tidur. Saya terus kepikiran mengenai operasi jantung yang besok akan saya jalankan. Akhirnya hari yang dijadwalkan pun tiba. Jam enam pagi saya di antar oleh perawat menuju ruang operasi. Operasi pun berlangsung. Saya mulai sadar dari pengaruh obat bius itu sekitar jam empat sore. Pada saat sadar, saya merasakan sakit yang sangat luar biasa di dada saya. Rasanya seperti remuk badan saya. Setelah kondisi saya agak stabil, saya dipindahkan ke ruang semi ICU. Disitu ibu saya bertanya apa yang saya alami. Saya bilang saya tidak merasakan apa apa. Akhirnya ibu saya bercerita. Kemarin sekitar jam sebelas ibu saya dipanggil masuk ke ruang ICU. Disitu ibu saya melihat saya sudah dikelilingi dokter dan perawat. Dokter sudah memegang alat kejut jantung. Perawat juga memanggil-manggil nama saya, mencoba membangunkan saya. Melihat kondisi itu ibu saya menjadi lemas dan hanya terduduk pasrah. Waaaah, operasinya gagal nih. Itulah pendapat ibu saya. Akhirnya ibu saya disuruh tunggu kembali di ruang tunggu untuk menenangkan diri. Jam dua siang dokter utama yang mengoperasi saya pun keluar untuk menemui ibu saya. Dokter itu menjelaskan bahwa tadi saya mengalami gangguan pernapasan dan sempat gagal napas. Tapi sekarang kondisi saya sudah stabil. Puji Tuhan itu semua berkat campur tangan Tuhan yang berkarya melalui tangan-tangan dokter dan perawat. Akhirnya saya pun diperbolehkan untuk pindah ke ruang perawatan. Dokter dan perawat pun cukup kagum atas proses pemulihan saya. Proses pemulihan yang terbilang cepat dimana rata-rata pasien yang operasi jantung butuh pemulihan lebih dari satu bulan, sedangkan saya dalam waktu kurang dari tiga minggu sudah bisa keluar dari RS dan hanya melakukan rawat jalan. Saya sangat bersyukur bahwa saya diberikan nyawa kedua ini. Saya merasa masih diberi kesempatan untuk melanjutkan hidup ini. Saya percaya bahwa semua ini pasti ada di dalam rencana-Nya. Sekian pengalaman saya, semoga bisa memberi kekuatan dan motivasi bagi anda yang membacanya.Bersyukur
Oleh: Endang Sundari
Pagi ini, pagi yang sibuk seperti pagi- pagi sebelumnya. Jam sudah menunjukkan pukul 07.10 wib, sementara aku harus datang ke tempat kerja pukul 07.30 wib . Cukuplah ada sisa waktu karena waktu tempuh ke tempatku kerja biasanya 15 menit. Ku keluarkan motor setelah pamit pada suami, untuk berangkat lebih dulu. Tapi aduh, ada apa lagi ini, motorku tak mau hidup meski di stater berkali- kali. Ah, aku baru ingat sudah tiga hari motor ini tak dipakai, karna ada libur di hari jum’at dan sabtu kemarin. Okelah, memang harus lebih sabar memakai motor yang sudah sepuluh tahun menemaniku dan aku belum bisa ganti yang baru, meski seringkali diejek teman-teman kerja. Disenyumin saja, karena mereka teman2 terbaik untukku.. Canda diantara kami memang kadang sampe kelewatan, tapi tak mengurangi keakraban & persaudaraan diantara kami. Dan akhirnya Alhamdulillah, mesin motor ku bisa mengerti aku. Hidup juga meski dijam yang seharusnya aku sudah sampai ditempat kerja dan sudah terlambat untuk hitungan masuk tepat waktu bagi kayawan sepertiku. Tapi tak apa, atasanku sudah maklum dengan alasanku terlambat karena motorku. Aku sangat berterimakasih, karena Beliau sudah sangat mengerti keadaan tiap karyawannya. Beliau tak pernah pelit soal ijin, selama ijinnya dengan jujur dan pekerjaan inti tetep bisa dipertanggung jawabkan. Kunikmati perjalanan pagi ini, perjalanan rutinku yang enam hari kerja dalam seminggu, ditemani motor spacy merah bututku. Hei hei… Aku teringat lagi, sepuluh tahun motor ini menemaniku, Alhamdulillah ada banyak cerita dengan nya. Juli 2010. Kuingat betul perjalanan awal aku daftar kuliah D3 Kebidanan, motorku masih honda astrea. Aku kuliah dimasa- masa akhir ultimatum pemerintah bahwa 2015 semua bidan harus sudah Diploma 3. Terpaksa aku harus sekolah lagi. Karena 90% teman-temanku D1 tahun 1991 sudah lulus D3. Aku ambil kuliah kelas karyawan yang mengharuskan hadir hanya tiga hari dalam seminggu, Kamis, Jum’at, Sabtu. Ternyata kuliah ini pun begitu kunikmati, aku suka sekolah lagi meski harus lebih kerja keras membagi waktu. Kunikmati perjalanan dari rumah ke kampus, dengan motor astrea kesayanganku, menyusuri jalan dengan medan yang masih sulit. Saat itu, jalan dari desa ke kota Karawang belum sebaik sekarang. Aku harus menyusuri jalan sepanjang irigasi yang katanya dibangun sejak zaman Belanda dengan lubang-lubang besar disana sini. Sungguh sebuah perjalanan yang cukup melelahkan . Jalan yang penuh debu dari tanah berpasir yang membuat sesak nafas sepanjang musim kemarau, dan kubangan lumpur yang hampir setiap meter saat musim hujan. Seolah menunggu pengendara motor yang kurang lihai saat melewati jalan itu tergelincir ataupun terjatuh di kubangannya. Lucu saat mengingatnya, aku sendiri sudah empat kali tergelincir jatuh dan harus balik ganti baju karenanya. Dan hari-hari sibuk itupun berlalu, minggu demi minggu, sebulan, dua bulan, aku tenggelam dalam kesibukan membagi waktu antara rumah, kerja dan kuliah. Sebagai ibu, sebagai tenaga kesehatan, sebagai mahasiswa. Terimakasihku untuk suamiku, yang tak bosan mengalah menemani anak-anakku dan mengurus rumah tanggaku. September 2010. Jam 03.00 wib, malam itu tidur pulas kami terusik oleh suara alarm mobil kami yg memang terparkir tepat di samping kamar tidurku. Mobil yg memang baru dua bulan, sehingga alarmnya masih sangat sensitif terhadap gerakan atau suara yang tiba tiba. Reflek aku turun mengikuti langkah suamiku, membuka gorden jendela kamar, tak ada yang terlihat selain lampu mobil yang berkedip seiring suara alarmnya yang begitu mengganggu. Lalu kudengar suara kentongan dari tetanggaku, dan suara beberapa orang berteriak, “Maling … !” Suamiku bergegas keluar, ku ikuti sambil mencari jilbabku dan daster panjang sedapatnya. Dan kami pun terkejut, karpet di ruang tengah tergulung padahal aku hanya akan menggulung karpet itu dipagi hari saat hendak membersihkan rumah. Aku semakin terkejut melihat pintu belakang rumah kami terbuka lebar dan terlihat ada seorang yg berlalu membawa motor honda astreaku, digas begitu kencang nya melewati kebun belakang. Aku terkesima, tak bisa berteriak atau berkata apapun, ku hanya sanggup memanggil suamiku sambil berlari keluar pintu belakang mengikuti arah sepeda motorku dibawa. Huhhh, tapi aku malah terjatuh di tangga yang cuma tiga undak itu, aku gemetar dan berkeringat dingin, tak tahu harus bagaimana. Kulihat suamiku berlari kedepan, yang ternyata pintu garasi yang bersebelahan dengan ruang tamu pun terbuka lebar.Allahu Akbar. Ternyata motor mio milik mahasiswa kebidanan kharisma yang sedang praktek dan menginap di rumahku pun tak ada. Rupanya dibawa keluar lewat garasi depan. Aku bangkit dari jatuhku, suamiku berteriak menyebut nama kedua anakku, aku segera sadar dan berharap mereka tak apa. Aku berlari bergantian ke kamar anak-anak ku, Subhanallah, Alhamdulillah kudapati anak-anakku terbangun dengan ketakutan karena kegaduhan ini, tapi mereka baik baik saja . Lalu kegaduhan itupun berlanjut dengan berdatangannya tetangga-tetangga, sebagian berlarian mengejar, sebagian menemani ku, sebagian mengitari rumahku. Lemas sudah, suamiku sibuk dgn beberapa tetanggaku, aku sendiri berusaha tenang menemani anak-anakku Adnan dan Wida, Sementara Suci dan Anissa (mahasiswa kebidanan kharisma) pun bergabung ditengah kegaduhan dini hari itu hingga tiba adzan subuh, hingga tetanggaku pun berpamitan satu persatu. Pagi itu kusiapkan sarapan seadanya, meski terlihat tak seorang pun yang berselera. Satu dua masih ada tetangga yang datang silih berganti, mengira-ngira dan menceritakan kecurigaan mereka. Polisi datang bertiga, memeriksa setiap jengkal rumahku dan bertanya tentang sesuatu yang berkaitan dengan kejadian semalam yang kami jawab seadanya. Sehari dua hari keadaan masih kurasa mencekam, aku masih trauma, apalagi membayangkan kalau aja mereka mencederai anak-anakku. Astagfirullahaladzim, hamba berserah pada-Mu yaa Rabb … Oktober 2010. Hari hari berikutnya suamiku harus extra lelah mengantar dan menjemput aku untuk bekerja dan kuliah disela kesibukannya, kami harus bisa melewati ini semua, mencoba mengatasi kesulitan baru. Hingga suatu hari, saat kami memutuskan untuk membeli satu lagi motor pengganti, pilihan ku jatuh pada motor Honda Spacy. Agustus 2020 Alhamdulillah, Honda spacy itu dua bulan lagi genap 10 tahun menemaniku, bahkan kini sudah menjadi bahan ejekan karena sudah termasuk motor jadul. Kejadian itu menjadi sebuah moment yang takkan terlupa, bukan karena ganti motornya, tapi karena itulah titik hijrahku dalam menyempurnakan hijabku. Dulu sebelum menikah, aku tidak berhijab meski mau sesekali memakainya di acara tertentu. Lalu segalanya berubah saat aku menikah dan suami memaksaku berhijab panjang. Meski kuturuti aku masih memakai hijab yang simpel saja dengan alasan ribet dan sebagainya, alasanku yang paling ku andalkan adalah kesulitanku jika tak memakai celana panjang saat harus mengendari motor untuk pergi ke posyandu atau kunjungan pasien, apalagi pas aku mulai kuliah yang otomatis kesibukanku bertambah dan harus serba cepat mengejar waktu. Allahu Akbar, Allah membantu suamiku untuk menegurku, dengan mengirimkan pencuri motor Honda Astrea ku. Lalu aku memilih motor baru yang memungkinkan aku mengendarinya dengan rok lebar sekalipun. Setelah kejadian itu, satu persatu pakaianku beralih lebih sar’i, Jilbabku lebih lebar, aku sudah tak punya lagi celana panjang yang asal ikut mode trendy . Tak ada alasan untukku untuk tidak taat pada suami yang tak lelah mengingatkanku berbenah diri dalam takwa. Maka nikmat mana lagi yang kamu dustakan ? Sekian banyak kejadian yang pada saatnya terasa menyesakkan dada dan menguras emosi serta airmata, ternyata adalah cara terbaik Allah untuk menyelamatkan hidup hamba- Nya untuk selamat dunia akhirat. Kini aku bersyukur tiada henti atas kejadian itu, kejaadian yang menjadi jalan perubahan besar dalam diri, perubahan menuju perbaikan untukku, sebagai perempuan dan sebagai istri.Bersyukur Menikmati Senyummu
Oleh: Fikri Nur Ihsan
“Senyummu pagi ini indah walaupun hanya ekspetasi yang tak seindah realita namun aku tak jenuh untuk berangan angan.’’ Pagi yang indah aku memulai hari seperti biasa dengan perasaan gembira dan canda tawa, entah apa yang terjadi ketika aku lewat Jl.Sudirman mataku melihat akan kehadiran bidadari yang tersesat di kota pelajar aku bertanya dengan gaya yang sok cool. “Mbak tahu gak hari ini hari apa?” “Hari Senin ya.” “Bukan” “Terus apa?” “Hari ini kamu cantik.” “Mas bisa aja.” Setelah kejadian itu aku mulai sadar kalau dia juga menuntut ilmu di sekolah yang sama yaitu Stembayo, walaupun beda jurusan ada saja yang membuat aku penasaran untuk lebih jauh mengenal dia, tapi pikiranku mengatakan untuk berbincang dengan Mr.Bucin terlebih dahulu. Untung saja strategi skak mat diturunkan kepadaku walaupun aku harus menuruti kemauannya yang aneh, tidak menyurutkan semangatku untuk terus mengejar dia sampai janur kuning belum melengkung. Hari berikutnya aku langsung praktek tepat saat hari ulang tahunku, katanya akan lebih baik jika menjalankan cara yang pertama, harus di coba pemula adalah aku menatap dia ketika berpapasan di teras depan kelas dengan tatapan yang lembut seperti memberi kode, alhamdulillah tak lama caraku mulai mendapat respon dari dia namun aku tetap berusaha puasa Senin -Kamis, sholat dhuha, tahajud dan stay cool biar gak kepedean. Cintaku berlanjut bukannya chat biasa tapi sekedar memberikan kode pada dia, namun aku tetap mengalir seperti air sungai agar tidak terlalu dalam mengenal dia atau malah tersakiti. Karena tingkahku semua sudah berjalan seperti jarum jam yang ku perkirakan lembut di dalam agresif diluar, hanya sebagian orang belum bisa menjaga hati dia dengan baik tanpa meneteskan air mata bahkan hilang di tengah jalan mungkin pejuang cinta belum bisa menjadi apa yang dia ingika. Perlu diingat perkataanku terdapat rayuan maut yang siap melesat ke hati dia sewaktu waktu kalau momen berpihak dan ada kesempatan dengan prinsip ATM yaitu amati, tiru dan modifikasi. Memang menciptakan sebuah suasana unik mengundang tawa dan cadaan seperti orang humoris tidaklah mudah ferguso, tetaplah berpegang pada prinsip lakukan step by step yakinkan niat untuk selalu berdoa di setiap langkahku. Jika ada orang memberikan saran yang baik lakukanlah dengan logika jangan sia siakan ilmu yang ku beri karena usaha tanpa doa hanya akan percuma jangan kita pandang dia dari kalangan orang gak bener atau gimana tapi ambilah hikmahnya. Waktu terus berganti, tapi senyummu tak memudar sama seperti saat aku bertemu diawal, apa mungkin ini pertanda baik untuk pejuang cinta? Mungkinkah dia membuka pintu hatinya sekali lagi? Dan membuka lembaran baru? Ternyata bukan mimpi atau kebetulan, terima kasih sang pencipta telah memberikan nikmat indah untuk melihat senyumnya dan menjaga dia. Tapi perjuangan tak sampai di sini saja kisah cinta berlanjut di kota istimewa yang penuh rindu di setiap sudut bangunan bersejarah, berhati ramah dan sultan sebagai penguasa Jogja menambah nilai tersendiri bagi millenials maupun pelancong yang berkunjung atau sekedar memanjakan lidah berburu angkringan di sepanjang malioboro. Ternyata aku terlambat untuk meproklamasikan surat cinta untuk dia bukan hanya itu pejuang cinta lain telah menarik hatinya dan berhasil mendapatkan dia. Setelah kalah perang aku menyusun strategi cadangan, yang berguna saat kondisi darurat sebelum cinta bertepuk sebelah tangan yang berisi agar aku memperbanyak ilmu, relasi, tawakal dan yang paling penting bangkit dari zona nyaman untuk merintis pemikiran baru demi masa depan yang indah. Tidaklah mudah berubah dari yang sudah menjadi kebiasaan menjadi berbeda dari orang lain, namun itu perlu aku lakukan untuk membentuk mental baja dan menjadi pribadi yang baik dalam hal dunia maupun akhirat nanti. Selang 5 tahun aku komitmen melakukan perubahan dengan rasa optimis. Akhirnya aku mulai merasakan energi positif yang datang di setiap hariku dan orang tua yang bangga melihat sikapku semakin dewasa dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan. Juga ujian dari sang pencipta membuat aku sadar bahwa berhijrah tidaklah mudah, banyak bisikan setan, teman yang tidak suka dan lingkungan yang memaksa aku berubah 180 derajat bukan hanya dari segi fisik tetapi juga sikap. Sang pencipta menghadirkan dia dalam kehidupanku membuat setiap hari menjadi indah, tak lupa aku selalu bersyukur atas nikmat yang kau berikan. Semoga dengan kehadiran dia dapat membawa dampak positif dalam diriku. Dunia harus tahu betapa indah senyummu sedap di pandang setiap saat untuk mengembalikan semangatku. Cukup membayangkan dia saat tersenyum sambil menatapku dengan lembut di hari yang penuh cerita kala itu. Membuatku tersadar bahwa Allah swt menciptakan kita berpasang-pasangan, bersuku-suku dan berbangsa, menjadikan laki laki sebagai imam sedangkan perempuan sebagai makmum yang siap di lamar kapan pun asalkan pejuang cinta sudah memenuhi kriteria seperti mapan, sholeh, setia dan tanggung jawab. Menjadi manusia yang terbaik untuk dia tidaklah mudah karena sejuta permintaan terkadang harusku turuti, walaupun berkorban kartu kredit dan dompet bokek yang setiap ada cinta pasti ada pergorbanan yang mungkin dia pandang sebelah mata padahal semua untuk kebahagiaanya. Jika semua yang telah aku lakukan di atas sia-sia mungkin aku akan semakin mengerti kalau dia yang setia adalah yang mengerti aku apa adanya dan bukan menyatakan cinta tapi langsung ta’aruf atau lamaran bukan hanya gombalan sesaat tapi belum mempunyai kepastianapa dia hanya sekedar main main apa serius tidak ada yang tahu karena di setiap perkenalan pasti ada perpisahan sedangkan masalah muncul pasti ada ending yang berbeda. Semua kembali kepada diri kita bagaimana menyikapinya mau dengan pikiran dingin apa pikiran yang panas terserah pembaca sekalian karena aku hanya memberikan saran bukanlah professor yang ahli dalam setiap bidang atau Mr.Suhu kalian. Yang ku punya hanyalah inspirasi belaka yang kutuangkan ke dalam secarik kertas dan menjadi buku yang penuh ungkapan perasaan, mungkin dapat menjadi pelajaran bagi kalian yang sedang galau karena hidup tanpa cinta bukanlah masalah. Berbahagialah para jomblo yang masih di akui entah skill, peran dalam kehidupan social dan karya karena setiap cemoohan orang jadikanlah itu sebagai motivasi hidup jangalah menegok kebelakang tetaplah menatap masa depan dengan rasa optimis dan tawakal kelak kau akan menjadi pemuda yang hebat. Terima kasih sang pencipta telah mempersembahkan kelopak bunga yang indah di setiap tetesnya.Tanpa dukungan kalian mungkin buku ini tidak akan terbit karena penulis yang malas mencari inspirasi di tengah pandemik covid-19 namun tidak menyurutkan semangat millennials untuk berkarya. Jangan salahkan keadaan tetapi koreksilah setiap tindakanmu dan sikap seseorang kepada kamu karena waktu tidak dapat di ulangi seperti dalam doraemon bukan hanya kalian yang bisa merubah masa depan tetapi Teknologi Industry 4.0 juga bisa berpengaruh, walaupun tidak begitu besar dalam merubah mental kita kalau di telusuri dengan motif halus tapi efektif di setiap bagian seperti air yang meresap ke dalam tanah, hiduplah seperti kopi karena di setiap tetes akhirnya memiliki rasa pahit yang mengambarkan kehidupan di dunia hanyalah sementara tidaklah kekal seperti akhirat, bahkan kita tidak tahu bagimana kehidupan kita ke depan setelah semua orang dapat masuk ke Indonesia dengan bebas tanpa persyaratan yang rumit mungkinkah millennials bisa menghadapi budaya luar yang masuk dengan kejam dan melunturkan nilai sopan santun seperti sayur yang kurang penyedap rasa atau garam, pasti rasanya ada yang kurang atau tidak sedap seperti makanan mewah karena kunci dari makanan terdapat dalam cara pengolahan dan penyajiannya. Cukup sekian yang dapat aku tuangkan inspirasi melalui buku ini semoga dapat menjadi pelajaran bagi generasi selanjutnya kalau hidup perlu bersyukur bukan hanya berkhayal terus tanpa action semoga mimpimu segera segera terwujud.Bersyukur “Road to Jannah”
Oleh: Yukasrinal, S.H.I., CSTMI., CH., CHt., CTMR., CTMTh.
Bismillah… Alhamdulillah… Allahumma sholli ‘ala Muhammad.. “Sesungguhnya Jika Kamu Bersyukur, Pasti Allah Akan Menambah Rezeki Kepadamu..” (QS. Ibrahim, 14:07). “Jadilah Orang Yang Selalu Puas Dengan Rezeki Allah, Niscaya Engkau Akan Jadi Orang Yang Paling Bersyukur” (HR. Ibnu Majah, No.4217) “Lihatlah Ke Atas Agar Kamu Selalu TERMOTIVASI… Namun Jangan Lupa Untuk Menegok Ke Bawah Agar Kamu Bisa BERSYUKUR” BERSYUKUR > REZEKI + > BAHAGIA > JANNAHA. Bersyukur
Syukur secara bahasa: Berterima kasih. Istilah syukur dalam agama: Menunjukkan adanya nikmat Allah pada dirinya. Dengan lisan berupa pujian, dengan hati berupa persaksian & kecintaan kepada Allah dan dengan anggota badan berupa Kepatuhan & ketaatan kepada Allah. Bersyukur dengan mengucapkan: Alhamdulillah.. Terimakasih Allah atas segalanya, seperti rezeki, kehidupan, pekerjaan, keluarga, kesehatan, cinta, dst. Dan syukur kita yang paling besar adalah syukur atas iman, islam & istiqamah. Apapun yang terjadi, dimanapun berada, setiap saat, wajib kita bersyukur, bahkan orang yang selalu mengeluh seharusnya bersyukur, kenapa? Karena ketika dia mengeluh, dia masih diberi Allah nyawa untuk hidup, udara untuk dihirup dst. Bukti kita bersyukur itu hanya satu: “LAKSANAKAN SEMUA PERINTAH ALLAH TINGGALKAN SEMUA LARANGAN-NYA” >>>Ketika ini dilaksanakan, maka janji Allah akan didapat, yaitu Allah akan cukupkan REZEKI kamu <<< BERSYUKUR > REZEKI + > BAHAGIA > JANNAH-
Rezeki Bertambah
- Rezeki yang telah dijamin (QS. Hud, 11:06)
- Rezeki tak terduga (QS. Ath Thalaq, 65:02)
- Rezeki karena usaha (QS. An Najm, 53:39)
- Rezeki karena menikah (QS. An Nur, 24:32)
- Rezeki karena anak (QS. Al Isra, 17:31)
- Rezeki karena sedekah (QS. Al Baqarah, 02:245)
- Rezeki karena istigfar (QS. Nuh, 71:10-11)
- Dan rezeki karena bersyukur (QS. Ibrahim, 14:07)
-
Bahagia Dunia Akhirat
- Pasti orang yang sudah dicukupkan oleh Allah rezekinya, dialah orang yang paling bahagia dunia akhirat. Orang ini lah yang selalu ada dalam do’a nya Rasul (do’a sapu jagat) :
D. Jannah
Road to jannah itu gampang kok. Hanya dengan bersyukur tiket jannah akan didapat. “Tidaklah seseorang masuk kedalam jannah kecuali diperlihatkan kepadanya tempat duduknya dineraka jika dia berbuat buruk, agar bertambah rasa syukurnya.” (HR. Al Bukhari, No.6084). BERSYUKUR > REZEKI + > BAHAGIA > JANNAH Demikian tulisan ini kami sampaikan. Tentu banyak kekurangan. Hanya kepada Allah mohon ampun & kepada manusia saling memberi maaf . Terimakasih kepada sahabat & rekan-rekan semua, terkhusus Coach Syahidin sebagai mentor kami Salam sukses buat kita semua…The Power of “SYUKUR” di Tengah Pandemi Covid-19
Oleh: Fadlan Nasution, ST, MT
Masa pandemi ini tentunya ada hikmah tersendiri bagi setiap orang khususnya bagi saya dan keluarga. Karena saya yakin segala sesuatu yang terjadi di bumi Allah SWT ini pasti ada hikmah dan pelajaran yang bisa kita petik. Boleh jadi dengan adanya Covid-19 ini membuat sebagian orang merasa was-was, tidak menyukainya atau merasa tidak nyaman, tapi bagi sebagian yang lain justru dengan adanya Covid-19 ini mereka bersyukur karena membawa perubahan positif bagi diri dan kehidupannya serta membuatnya justru makin bangkit ditengah-tengah keterpurukan. Sebagaimana Firman Allah SWT yang berbunyi: “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216). Ya benar Allah Maha Mengetahui sedangkan kita tidak. Benar ya sahabat? Banyak hikmah bagi saya pribadi dengan latar belakang seorang PNS yang tinggal berjauhan dari anak-anak dan istri. Saya bekerja di kota yang berjarak waktu tempuh 5 jam dengan kota tempat tinggal istri dan anak-anak saya karena istri juga berprofesi sebagai PNS. Biasanya saya bekerja dari hari Senin sampai dengan hari Jum’at setelah itu baru saya menempuh perjalanan darat selama 5 jam untuk bertemu sama istri dan anak-anak. Waktu berkumpul bersama keluarga hanya 2 hari dalam seminggu yaitu hari Sabtu dan hari Minggu. Dengan adanya pandemi saat ini, ada kebijakan dari pemerintah/kantor tempat saya bekerja yaitu work from home (bekerja dari rumah). Pekerjaan kantor bisa dikerjakan di rumah dan juga bisa mengikuti zoom meeting di rumah serta absensi dengan menggunakan sistem presensi online. Dengan begitu saya sangat bersyukur karena waktu berkumpul saya dengan keluarga lebih banyak dan keluarga juga sangat senang karena waktu saya lebih banyak dengan mereka, inilah salah satu The Power Of “Syukur” yang saya rasakan di masa pandemi ini yaitu waktu berkumpul saya dengan keluarga lebih banyak. Selanjutnya The Power Of “Syukur” saya lainnya dimasa pandemi saat ini adalah waktu saya untuk belajar, membaca buku, menulis serta meningkatkan kapasitas dan skill lebih banyak/lebih produktif jika dibandingkan saat sebelum pandemi. Dalam sebulan saya bisa menyelesaikan membaca rata-rata 5 buku bahkan bisa lebih, yang tentunya tidak tercapai dimasa sebelum pandemi. Dimasa covid-19 ini saya bersyukur bisa menambah ilmu dengan mengikuti berbagai seminar, webinar, workshop maupun pelatihan/training online setiap harinya baik yang free ataupun berbayar termasuk training online pengembangan diri dan peningkatan skill juga banyak saya ikuti termasuk ikut komunitas menulis. Saya jadi banyak belajar karena efek #diRumahAja. The Power Of “Syukur” lainnya yang saya rasakan dimasa pandemi ini yaitu banyaknya mendapat ilmu-ilmu gratis. Di tengah pandemi, sumber ilmu berseliweran di mana-mana. Banyak orang yang mau berbagi pengetahuan secara gratis melalui webinar dan training online atau memberikan materi e- book gratis. Lembaga atau instansi banyak melakukan webinar. Padahal sebelum pandemi, training tersebut terbilang cukup merobek kantong tapi saat pandemi free alias gratis dan bersertifikasi. He…he…Tentu ini merupakan hal yang harus kita syukuri juga ya. The power of “Syukur” dengan meyakini dalam hati kita bahwa Allah SWT adalah dzat yang maha memberi nikmat yang wajib disyukuri, lalu bersyukur dengan ucapan (mengucap “alhamdulillah”), serta bersyukur dengan meningkatkan ibadah sunnah dan memperbanyak sedekah untuk mensyukuri nikmat yang Allah berikan kepada kita. Sebagaimana Firman Allah SWT: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambahkan nikmat-Ku kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangatlah pedih”. (Q.S Ibrahim: 7). The power of “Syukur” bisa menjadi pangkal dari semua perasaan bahagia yang tersembunyi. Mulai hari ini awali hari dengan mengucap syukur sesering mungkin dan rutinkan setiap hari, mulai ketika kita bangun tidur ucapkan: “Alhamdulilllah ya Allah Engkau telah memberikan hamba keberkahan dalam hidup” dan ucapan syukur lainnya begitu juga ketika kita akan tidur kembali ucapkan syukur agar kita tetap bahagia di masa pandemi ini. Dalam kajian psikologi, rasa syukur merupakan gambaran psikologis internal individu yang positif yang terbukti secara signifikan dapat memunculkan perasaan bahagia, tenang, dan damai. Perasaan tersebut dalam perspektif medis dapat meningkatkan imunitas tubuh sehingga tubuh lebih kuat dalam melawan virus/penyakit. Dengan menerapkan The power of “Syukur”, rasakan berbagai keajaiban rasa syukur yang akan kita alami. Allah pasti akan mendatangkan rezeki dari arah yang tidak kita sangka- sangka. Allah pasti akan memberikan jalan dan solusi bagi setiap permasalahan kita. Penulis merasakan begitu banyak kemudahan dan rezeki yang diberikan Allah pada masa pandemi ini, pada suatu hari tiba-tiba saja ada 2 orang yang menelpon memberikan 2 ‘proyek’ berbeda yang nilainya lumayan besar, esok harinya ada lagi menelpon memberikan job sampingan yang menarik dan beberapa waktu kemudian ada yang menawari kerjaan sampingan yang nilainya lumayan fantastis serta banjirnya orderan (dari orang-orang yang tidak dikenal) dari bisnis yang penulis jalankan. Penulis merasakan rezeki yang bertubi-tubi alhamdulillah. Ini saya rasakan karena bersyukur atas rezeki yang telah Allah berikan sebelumnya. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?(QS. Ar-Rahman Ayat 13). Untuk menjadi hamba yang bersyukur dan dapat melihat kebaikan-kebaikan Allah walau dalam keadaan sulit saat ini adalah dengan husnuzhon (berprasangka baik) kepada Allah SWT. Dengan meyakini bahwa Allah memiliki sifat Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, meyakini bahwa semua terjadi atas izin dan kuasa Allah dan Ia tidak akan membebani hamba- Nya melebihi batas kemampuan mereka, dan meyakini segala kejadian pasti ada hikmah kebaikan di dalamnya. Jika kita mampu demikian, maka janji Allah yang berfirman dalam sebuah hadis qudsi “Aku sesuai prasangka hambaku kepada- Ku” akan menjadi kenyataan. The power of “Syukur” benar-benar kekuatan yang dahsyat jika diterapkan oleh setiap orang yang meyakininya. Pernahkah sahabat ingin sesuatu tiba-tiba ada yang mengantarkannya ke rumah? Saya beberapa kali mengalaminya salah satunya ketika pada saat hari Raya Idhul Fitri yang lalu saya ingin sekali makan ketupat, kebetulan saat itu kami tidak masak ketupat dirumah. Lantas tanpa diminta tiba-tiba pagi itu juga ada teman istri saya mengantarkan ketupat ke rumah. He…he…”Alhamdulillah ya Allah…..” Saya Ucapkan… Pernah di masa Covid-19 ini saya merasakan sakit, badan saya terasa demam, sakit kepala, flu, batuk dan sesak. Dari ciri-ciri yang saya ketahui (kebetulan istri seorang dokter) adalah gejala Covid-19. Kemudian saya minum habbatussauda dan madu kemudian saya berbaring sambil mengusap dada dan membaca do’a; “Ya Allah…sembuhkan penyakit hamba ini…jauhkan hamba dari virus Covid-19 dengan seizin Engkau ya Allah”, lantas apa yang terjadi sahabat? Alhamdulillah Puji Syukur kepada Allah yang Maha Penyembuh segala macam penyakit. Tiba-tiba penyakit saya hilang seketika. Sahabat, dengan The power of “Syukur” bila Allah berkehendak serta menghendakinya adalah mudah bagi-Nya dan terjadilah hanya dengan kehendak-Nya. Misalnya ketika Allah memberikan rezeki ke kita maka tidak ada seorangpun yang dapat menghalangi rezeki itu sampai ke kita, begitu juga sebaliknya jika Allah tidak berkehendak maka bagaimanapun caranya kita meraihnya tidak akan tercapai. Dengan The power of “Syukur” tidak ada alasan bagi setiap makhluk Allah di muka bumi ini untuk tidak bersyukur kepada Allah, meskipun dirinya mendapat berbagai kesulitan hidup atau kekurangan hidup. The power of “Syukur” yang dirasakan oleh mereka yang bersyukur adalah akan merasakan ketenangan dan kebahagiaan hidup. Tidak sibuk memikirkan apa yang menjadi milik orang lain, berbahagia dengan karunia yang telah diberikan Allah kepadanya. Orang yang selalu pusing iri hati memikirkan hak milik orang lain justru akan rentan mengalami penyakit. Orang yang syukur dalam kehidupannya akan mengalami ketenangan hidup dan berujung pada kesehatan fisiknya Insya Allah. Semoga bermanfaat ya sahabat khusus bagi saya pribadi.The Power of Celengan
Oleh: Maya Suherlina
Sebuah celengan kecil bergambar mickey mouse aku membelinya dari sebuah toko dekat rumah kos, celengan yang terbuat berbahan dasar material dari kaleng. Aku sendiri memang menyukai kartun berkarakter mickey mouse. Sejak kecil kartun mickey mouse sudah menjadi favorite dimasanya. Semua pernak-pernik barang di rumah bernuansakan motif karakter mickey mouse. Celengan baru itu, aku menaruhnya di rak lemari susun, disitu terpampang manis berdiri tegak, tepat posisinya menghadap bad kasurku, semanis senyuman mickey mouse jika bertemu dengan mini mouse. Celengan sengaja aku isi uang koin Rp.500 dan tidak diisi dengan uang puluhan ribu, tidak pula uang ratusan ribu, cukuplah hanya uang Rp.500 saja. Terlalu kecil bukan uang Rp.500? Uang Rp.500 ini sering ku dapatinya dari pengembalian uang sehabis membeli makanan, uang belanja di warung atau di mini market. Maksud tujuan menabung di celengan adalah agar uang receh tidak berantakan di rumah. Selama itu, aku menyimpan uang koin hanya asal menaruh dan kadang kugeletakan begitu saja, dimana ada tempat nyaman buat menyimpan uang koin, pastinya uang koin mendarat transit tersimpan lama ditempatnya. Bahkan bekas botol air mineral pun pernah beralih fungsi menjadi wadah penyimpanan uang koin. Mulailah aku menabung dari hari ke hari, tanpa target dan tanpa punya misi goal apapun, sehingga asal menaruh uang koin kedalam celengan. Pada suatu ketika aku memegangi celengan dan memperhatikan secara detail, lalu kupandanginya dengan jelas gambar mickey mousenya. Celengannya aku kocok-kocok dan kubolak-balik dengan tangan sampai berbunyi “kencling- kencling”. Jika dihitung volume celengan kira-kira baru terisi 1/4 dari total isi volume celengan. Dari sinilah aku memutuskan dalam bathin & terucap “Jika celengan ini penuh, kelak aku akan pergi berumroh.” Entah kenapa aku berbisik seperti itu, entahlah…. Tepatnya sekitar tahun 2011 yang lalu. Ini menjadi kick of goal pertama kali aku mengucapkan ingin menunaikan ibadah umroh. Hari telah terlewati, tahun telah berlalu seiring waktu berjalan. Pada akhirnya celengan mickey mouse sudah berisi penuh uang koin, puncaknya diakhir Desember tahun 2013. Sebenarnya sempat terlupakan dengan celengan ini, namun ada satu hal lagi yang tidak terlupakan bahwa aku telah berjanji “Jika kelak celengan ini penuh, maka aku akan pergi berumroh”. Aku terngiang-ngiang mengingat akan janjinya. Aku merasakan takut sama janjiku sendiri jikamana tidak ditepatinya. Padahal hati kecilku bergejolak ingin sekali berangkat umroh ke tanah suci. Bagaimana dengan biaya umroh? Mindset aku bahwa biaya umroh pasti mahal harganya, rata-rata diatas > 25 juta. Terkadang aku jadi ciut nyalinya jika mendengar biaya umroh mahal. Kondisi aku sendiri saat itu memang statusnya masih single dan dana tabunganku sangat minim, tidak mencukupi untuk biaya umroh, sebab semua dana di tabungan sudah aku alokasikan untuk pembelian mobil baru. Bilamana teringat biaya umroh, rasanya sangat berat. Actually I don’t know what to do, hanya soal waktu yang akan menjawabnya atas sebuah penantian umroh. Disuatu hari tepatnya disertiga malam aku mencoba mengetuk-ketuk pintu langit, membentangkan sajadah mungilku, memohon dan bersujud pada Allah untuk mencurhatkan apa isi hatiku tentang keinginannya berumroh. Disitulah nawaetu pertama meminta umroh, niat menunaikan ibadah umroh semata-mata karena Allah. Hari kehari sebuah untaian doa selalu dipanjatkan, terus teralir disetiap sujud. Berprasangka baik pada Allah dengan yakin-seyakinnya bahwa Allah akan mengabulkan hazatku, entah kapan waktunya tiba, entah bagaimana metode Allah memberangkatkan umroh. Pastinya kelak nanti, Allah akan memanggilnya jika Allah sudah berkehendak. Bisa esok datangnya umroh, bisa tahun depan dan bahkan bisa puluhan tahun datangnya tiba. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar segala doa permintaan hambanya, sekecil apapun itu. Teringat seperti yang dikatakan oleh HR. Tirmidzi No. 3479 bahwa “Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkann doa dari hati yang lalai.” Pada bulan pertama Allah belum menjawab atas doa- doanya, bulan kedua masih nihil, bulan ketiga zero point dan pada akhirnya di bulan keempat, tepatnya dibulan April 2014 Allah mendengarkan doa impian hajatku. Allah memberikan sebuah isyarat melalui perantara manager marketing kami di kantor bernama bapak. Wismanto Saputra, kebetulan beliau sedang menunaikan ibadah umroh. Disiang hari sekitar jam 11.00 wib ada sms masuk melalui layar hp. “Ting” nada sms hp berbunyi “Ada umroh biaya murah Rp.12.850.000, seat terbatas hanya 30 saja untuk tahun 2015 & 100 seat untuk tahun 2016, dikasih waktu dp hanya 2 hari dari hari sekarang. Nikmatnya merasakan umroh di tanah suci.” Gemetar serasa seluruh tubuh membaca smsnya, aku memperhatikan dan membaca sms-nya secara berulang-ulang.” Apakah benar ini jawaban Tuhan atas doa-doaku.” “Benarkah biaya umroh seharga inikah Rp.12.850.000?” Aah… aku mencoba menjawab balik smsnya “Terimakasih informasinya pak, berapa uang DP dan nama travelnya apa”. “Ting” bunyi sms masuk kembali tanpa menunggu lama. “DP umroh Rp.3.500.00 sisanya dilunasi sebelum pelaksanaan umroh, daftar segera waktunya terbatas”. Lalu aku menjawab kembali SMSnya ‘Insyaallah Pak”. Bingung diantara terharu mendapat pemberitahuan umroh dengan biaya murah. Seketika dada aku terasa sesak, serasa seluruh tubuh merasakan lemas atas ketidakpercayaan hal ini. Lalu aku mencoba searching di internet mengenai travel umroh, keluarlah nama Travelnya dan beberapa foto aktivitas perjalanan umroh serta biaya umrohnya. Yes, berarti betul mengenai informasi umrohnya. Seketika itu aku sampai girang sekali, saking girangnya ingin loncat setinggi-tingginya sambil membayangkan thawaf mengelilingi kabah, berlari-lari kecil mengelilingi bukit Shafa dan Marwah. It is amazing the beauty of god’s greatness. Sesampainya di rumah kos setelah seharian bekerja, aku masih berpikir ulang “Mendaftar umroh apa tidak mendaftar umroh, ” teringat bahwa kesempatan datangnya cuman sekali. Aku masih ragu untuk memutuskan hal ini, sungguh berat. Semalaman aku tidurnya tidak nyenyak, memikirkan bahwa batas waktu pendaftaran tinggal 1 hari lagi, hari besok. Keesok harinya aku masuk kembali bekerja di kantor, aku datang ke kantor lebih awal dari hari sebelumnya karena masih ada sisa pekerjaan report presentasi yang belum terselesaikan. Sesuai dengan schedule bahwa jam 13:30 wib aku ditugaskan presentasi di customer. Pikiran aku ambyar setengah bingung memikirkan urusan pendaftaran umroh, sehingga report presentasi yang sedang aku buatnya seolah buntu, tidak ada ide jitu bersliweran menjadi sebuah report yang bagus dan mengena sesuai tema presentasinya. Padahal reportnya akan aku presentasikan nanti didepan head Dept. QA/QC mengenai temuan quality problem pada produk (Analisa countermeasure report & improvement problem). Tepat jam 13:00 wib aku berangkat menuju ke customer diantar seorang driver kantor, berharap ada sesuatu keajaiban. “Bismillah ya Allah, mudahkanlah dan lancarkanlah urusanku hari ini.” Sepanjang perjalanan, aku lebih cenderung diam dan tidak banyak ngobrol dengan driver karena lebih focus berdoa dalam bathin, aku mengharapkan presentasinya diterima, meskipun analisa reportnya belum fix sempurna dan jika Allah berkehendak bisa mendaftar umroh hari ini juga. Waktu telah tepat dijam 13:30 wib aku sudah sampai di customer, seorang staff QC dari PT. Chaolong Motor Part memasuki ruang dimana aku duduk sendirian. Dia mengatakan “bahwa head QA/QC Dept. belum bisa joint meeting untuk presentasi karena beliau sedang ada meeting internal”. Tidak membutuhkan waktu lama aku meng explain reportnya, kurang lebih sekitar tigapuluh menit hanya ke staffnya saja. Alhamdulillah bahwa satu urusan telah terlewatinya dengan mudah. Mungkin jika aku bertemu dengan head QA/QC membutuhkan waktu berjam-jam untuk presentasi, bahkan lebih waktunya hanya untuk satu report presentasi saja. Hari ini, Allah telah memudahkan satu step urusanku. Dalam perjalanan menuju kembali ke kantor, niatan aku mendaftar umroh menjadi fix. Aku langsung menuju bank Mandiri membayar DP umroh dengan mengejar waktu yang mepet karena sebentar lagi bank tutup. Aku masih cemas di bank karena masih dalam no antrian panjang nasabah, meski akhirnya terealisasi bisa mentransfer uang DP umroh dengan limited time, nyaris saja bank akan tutup saat itu. Panggilan dari yang diatas untuk pergi ke tanah suci memang misteri Illahi. Mungkin ini jalan Allah telah mengatur skenarioku untuk rentetan aktivitas pada hari itu. Penuh kecemasan, penuh keraguan dan penuh kepasrahan semata. Hanya berserah diri ikhlas kepada Allah, dan telah tiba saatnya manasik umroh ditanggal 1 November 2014, aku menghadiri manasik umroh di Gelora Bung Karno. Ditengah para jamaah manasik yang berjumlah ribuan jamaah. Aku mencoba menahan airmata tapi tak sanggup, rasa rindu yang selama ini bertahan, akhirnya akan segera datang. Aku bersyukur penuh haru yang tidak bisa didiskripsikan secara nalar, dimana aku bisa duduk ditengah para calon jamaah. Satu hari sebelum pemberangkatan umroh, aku membongkar celengan mickey mouse. Aku mengeluarkan semua isi celengan, aku menghitung satu persatu koinnya. Hasilnya didapat yaitu uang koin 500 berjumlah Rp.198.000 & terdapat uang koin 200 berjumlah Rp.400 (dua keping). Jadi total keseluruhan isi celengan berjumlah Rp 198.400. Uang koin hasil celengan aku tukarkan ke Alfamart, kubawa satu kantong plastik kresek. Aku menerima uang cash lembaran dari cashier Alfamart setelah penukaran selesai. Terkecuali uang koin Rp 400 tidak ditukar. Hasil penukaran uang, uangnya aku masukkan kedalam dompet, aku pisahkan uangnya agar tidak tercampur dengan uang saku umroh. Esok harinya ditanggal 30 April 2015, aku berangkat ke tanah suci. Serasa tidak percaya bahwasanya aku bisa berangkat umroh dengan celengan uang Rp 500. Meskipun hasil celengan berjumlah sedikit, namun telah menghantarkan misi goalku. Andai saja tidak menabung uang koin, sepertinya aku masih jauh berangkat umroh, mungkin masih di awang-awang atau di langit sana. Aku menepuk pipi cantikku dengan tangan berkali-kali, inikah aku sedang bermimpi? Langkah kaki saat menuju bandara seakan ragu memijaknya, padahal ini nyata. “Labbaika Allohumma Labbaik, Labbaika Laa Syariika Laka Labbaik Innal Hamda Wanni’mata Laka Walmulk Laa Syariika Lak.” Kusambut panggilan-Mu ya Allah, tiada sekutu bagimu, kusambut panggilan-Mu, Sesuangguhnya segala puji, segala nikmat dan kekuasaan hanyalah bagi-Mu, tidak sekutu bagi-Mu. Menghadap ka’bah, menempelkan kedua telapak tangan pada ka’bah, mencium ka’bah. Berderai air mata jatuh di pipi tak terbendung, Sebentar-sebentar ku usap air mataku. Sungguh rinduku telah terobati atas sebuah penantian umroh, seakan tak yakin bahwa raga ini telah sampai di tanah suci, bersujud di depan ka’bah. Hanya panggilan dan kuasa Illahi yang telah mewujudkan sebuah keinginanku berumroh terlaksana. Allahu Akbar! Tidak ada yang tak mungkin jika Allah sudah berkehendak. Indah sekali skenario Tuhan. Indah sekali pengalaman spiritual yang tidak terlupakan, bahkan dalam waktu lama. Terpatri direlung hati. Finally, aku membeli tiga buah Alquran dari hasil uang tabungan celengan yang aku bawanya saat Umroh. Alqurannya aku wakafkan di Mekkah bagi yang membutuhkannya, kutitipkan Al-quran tersebut ke petugas Masjidil Muharram. Sungguh rasa syukur yang tak bisa aku ungkapan dengan kata- kata. It’s my “GRATEFUL OF LIFE”.Bersyukur untuk Jiwa yang Sehat
Oleh: Sofia Maharani Primasunovi, S.Psi., C.STMI., STHT
Sejak awal bulan Februari 2020, sudah banyak berita- berita penyebaran virus Corona dari sebuah kota bernama Wuhan di Tiongkok yang telah berubah menjadi pandemi global. Warga Indonesia panik dan tidak siap menghadapi bahaya kesehatan dan bahaya goyahnya ekonomi setiap keluarga terutama rakyat kecil di Indonesia. Dimulai dari ibukota DKI Jakarta mengadakan karantina wilayah, diikuti kota-kota besar lain di Indonesia. Wajib pakai masker diberlakukan, bahkan wajib melakukan protokol social distancing untuk menjaga jarak aman antar sesama manusia dan juga melakukan protokol cuci tangan. Mulai 3 bulan pertama dari Maret, April, sampai masuk bulan puasa di bulan Mei adalah bulan-bulan kepanikan dan tanggap darurat bencana nasional. Seluruh keluarga di Indonesia ramai-ramai menjaga diri dengan tidak keluar rumah kecuali ada keperluan penting. Saya dan keluarga juga mengalami kepanikan saat tiga bulan pertama diberlakukan protokol- protokol bekerja, belajar, beribadah di rumah. Saya sendiri yang mulai awal tahun ini ada banyak rencana akhirnya pasrah dan tidak siap membuat sistem online-nya, mencoba melihat kebersyukuran lebih dalam di masa-masa karantina pendemi virus Corona ini meskipun saya juga sempat stres dan depresi. Banyak hal-hal yang dulu hilang berubah berkah di masa-masa pandemi ini. Di awal bulan Maret saya mencoba untuk jualan masker medis dan handsanitizer. Alhamdulillah hanya handsanitizer yang laku walau stok barang sedikit. Tak sampai disitu saya juga merasakan ketenangan batin karena berkurang bising kendaraan lalu-lalang di wilayah rumah saya. Saya juga bisa mengikuti pelatihan online SEFT untuk mengatasi virus Corona secara psikologis. Alhamdulillah berkah belajar dan jualan online. Namun, rasa stres dan depresi masih tetap ada karena menatap masa depan yang sudah berbeda. Saya dan keluarga alhamdulillah selama pandemi cukup berdonasi uang dan makanan, bahkan mengajarkan ilmu SEFT melalui media Whatsapp. Tak disangka kami bisa tetap aktivitas meski di tengah kepanikan dan tekanan. Kondisi ekonomi kami alhamdulillah mencukupi untuk makan sehari-hari. Kami sekeluarga juga bisa berdekatan satu sama lain dan menjalin komunikasi baik di masa-masa pandemi ini. Tapi ada bahaya lebih besar daripada kenyataan yang terlihat adalah media berita dan media sosial yang banyak menebar info-info tidak benar atau hoax yang membuat saya sampai di bulan Juni-Agustus saya mulai mengalami masa kebosanan bahkan depresi. Di masa-masa ini saya mencoba untuk lebih banyak lagi melihat kebersyukuran, paling mudahnya adalah bernapas yang masih bisa dilakukan daripada banyaknya pasien virus Corona yang meninggal karena serangan pada organ paru- parunya. Malah di tengah-tengah masa-masa depresi itu, saya masih bisa berbagi ide dan memberikan saran kepada orang lain melalui media whatsapp. Saya bilang ini adalah keajaiban alam bawah sadar dari rasa syukur yang tidak bisa dipungkiri bahwa syukur itu membuat kita menjadi lebih kuat padahal saya berada di kondisi terlemah. Awal bulan Juni, saya mampu merekrut orang lain di tengah kondisi keuangan saya yang minim. Mereka mau ikut dalam bentuk kegiatan sosial yang saya lakukan melalui media online tanpa dibayar sepeserpun. Saya sangat bersyukur masih ada orang yang mau bekerjasama dengan saya di masa-masa sulit ini. Cerita saya tentang kebersyukuran tidak sampai disini. Awal Agustus 2020 ini, saya mendapat kabar dari eyang tercinta saya satu-satunya yang masih hidup di Lampung berusia 77 tahun (semoga beliau diberikan kesehatan dan berkah usianya, amiin) sedang mengalami susah tidur, sesak napas, dan muntah tidak bisa makan sudah 1 minggu lamanya. Saya, papa, dan adik perempuan saya, bergegas pergi ke Lampung. Selama perjalanan, ajaibnya tidak pernah ada lampu hijau, bahkan jalanan yang memang tidak banyak kendaraan lewat menjadi lebih leluasa dan bebas hambatan. Saat naik kapal juga demikian kosong, kami merasa bersyukur, apakah mungkin Allah SWT memberikan kemudahan pada kami karena ada niat baik untuk bersilahturahmi, meskipun saat lebaran tahun ini tidak bisa mudik. Luar biasa perjalanan kami menuju rumah eyang dimudahkan. Sampai disana, saya melihat eyang dalam keadaan kritis tanpa dibawa ke rumah sakit. Akhirnya kami inisiatif untuk menginfus dan membeli tabung oksigen untuk melakukan homecare karena kondisi rumah sakit di Lampung yang juga masih dalam keadaan panik banyak merawat pasien rujukan virus Corona. Saya bersama semua orang di rumah eyang bergantian merawat eyang. Mulai dari menjaganya, mendoakan, bersholawat, melakukan terapi SEFT dan Loving Kindess Therapy, memijat, memandikan, menyuapi, dan mengantarkan untuk buang air. Kondisi kritis ini eyang tidak bisa tidur, bahkan mambuka matanya karena merasakan sekujur tubuh sakit semua, bahkan makan muntah terus, dan sesak napas. Pemeriksaan dokter membuktikan tidak ada penyakit kritis apapun, semua organ berfungsi dengan baik hanya asam lambung yang naik dan sesak napas, bahkan ingatan eyang masih baik. Saya menjaganya sembari melakukan terapi-terapi yang saya pelajari dan eyang mulai membaik. Bahkan di hari pagi pertama saya datang, saya coba terapi syukur ke eyang. Saya bisikkan lembut untuk mencoba tarik napas sambil mengucap alhamdulillah dan mengingat kebaikan-kebaikan Allah SWT kepada eyang. Di saat yang bersamaan itu, saya juga mengalami depresi luar biasa. Tapi saya seketika sembuh dan bisa berpikir jernih setelah menerapi eyang. Bayangkan usia eyang 77 tahun masih sehat fisik dan masih kuat ingatannya. Sudah menjadi single mom selama lebih dari 40 tahun dan membesarkan 7 anak yatim sendirian tanpa banyak bantuan saudara-saudaranya yang juga ekonominya berkecukupan, masyaalloh. Atas dasar cinta dan syukur dapat menyembuhkan jiwa dan fisik antar manusia. Bahkan dalam banyak penelitian Psikologi, bagi orang yang depresi akan lebih baik bila melakukan banyak bersyukur. Syukur tidak hanya diucapkan saja tapi juga didasari dengan tindakan nyata. Satu hal lagi dari keajaiban bersyukur di masa pendemi tahun 2020 ini. Mama saya yang masih keluar rumah untuk melakukan wirausaha kuliner di kantin suatu kantor di Jakarta Selatan dengan usianya hampir 60 tahun, bisa dibayangkan naik motor juga bolak-balik sendirian, mama saya tetap sehat wal afiyat padahal berinteraksi dengan banyak orang di kantor itu. Bahkan jualan masakan mama saya paling banyak ditunggu dan dibeli oleh orang-orang kantor disana dibandingkan stand kuliner lainnya. Inilah cerita berkah syukur saya dan keluarga dari hari-hari pandemi di tahun 2020, semoga bisa menjadi inspirasi untuk banyak orang.Nikmat Manakah yang Kamu Dustakan
Oleh: Sapni Alpionika
Sebuah kebahagiaan tersendiri bagiku, saat aku dinyatakan diterima untuk melanjutkan pendidikan di salah satu perguruan tinggi Islam. Namun, disisi lain aku sempat bimbang, karena aku tahu, untuk kuliah di perguruan tinggi itu membutuhkan biaya yang lumayan banyak. Sementara, ekonomi keluargaku hanya pas-pasan. Dilema pun bermunculan menghiasi hari-hariku. Jika aku tetap memilih untuk melanjutkan studi, aku harus siap dengan segala resiko dan tantangan yang ada. Sementara, jika aku tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, bagaimana mungkin aku bisa merubah kehidupan keluargaku menjadi lebih baik. Aku percaya, memang pendidikan tidak menjamin seseorang untuk sukses, namun dengan berpendidikan tinggi peluang untuk meraih sukses itu banyak. Di balik kebimbangan itu, aku terus bersyukur atas segala kondisi yang Allah SWT hadirkan untukku. Hingga suatu malam, aku bermunajat kepada Allah SWT untuk meminta jalan keluar dari semua permasalahan yang ada. Alhamdulillah, keesokan harinya, aku menemui orangtuaku untuk memberitahu bahwa aku ingin melanjutkan studi di perguruan tinggi. Suasana hening, yang menandakan kalau orangtuaku agak berat hati atas keputusan yang telah aku pilih. Namun, aku berusaha untuk terus meyakinkan orangtuaku kalau aku bisa melewati rintangan dalam melanjutkan studi tersebut. Aku percaya bahwa, pasti akan selalu ada kemudahan dibalik kesulitan yang membelenggu. Alhamdulillah, akhirnya orangtuaku merestuinya. Bermodal sebuah keyakinan, dan atas restu dari kedua orangtua, tentunya juga izin dari Allah SWT, aku melangkah untuk melanjutkan pendidikan ke salah satu perguruan tinggi Islam yang ada di Sumatera Barat. Hari demi hari, bulan demi bulan pun silih berganti. Aku merasakan bagaimana sejatinya kehidupan di dunia kampus. Dunia kampus mengajarkanku banyak hal, baik tentang kemandirian, keberanian, serta tanggung jawab atas semua keputusan. Hingga suatu hari, saat aku melihat hasil dari proses pembelajaranku selama ini, Alhamdulillah aku sempat terharu, karena meraih indeks prestasi 4, 0. Aku sangat bersyukur, karena aku yakin, jika nilai prestasiku tinggi, aku memiliki peluang untuk mendapatkan beasiswa di kampusku. Ternyata benar, keesokan harinya, ketua program studi memanggilku ke ruangannya. Karena aku di rekomendasikan untuk mendapatkan sebuah beasiswa prestasi, yang sangat berguna bagiku untuk menunjang kelangsungan proses studi. Lagi dan lagi, aku bersyukur. Impian dan keinginanku selama ini, Allah SWT jawab dan kabulkan. Aku semakin percaya, di balik semua kesulitan pasti ada kemudahan, selama kita yakin atas semua rencana terindah yang Allah SWT hadirkan dalam kehidupan kita. Kehidupan dunia kampus terus aku jalani. Sebagai bentuk rasa syukurku yang mendalam, aku semakin bertekad dan bersemangat dalam meraih prestasi. Di dunia kampus, aku juga berusaha untuk menyeimbangkan antara hard-skill dan soft- skill. Selain fokus mencapai keberhasilan akademik, aku juga berusaha menyeimbangkan skill lain, salah satunya dengan berorganisasi. Banyak sekali manfaat berorganisasi. Kita diajarkan tentang kepemimpinan, menghargai perbedaan pendapat, berani bertanggung jawab, mengendalikan diri, bersikap jujur atas diri sendiri, amanah dengan kepercayaan yang telah diberi, membangun relasi sehingga visi dan misi dari sebuah organisasi dapat tercapai dengan baik. Soft-skill ini juga yang akan bermanfaat kala kita sudah memasuki dunia pasca kampus selain nilai akademik yang bagus, pikirku kala itu. Aku memberanikan diri, terjun di dunia organisasi. Meskipun berbagai anggapan dari teman-temanku tentang kehidupan mahasiswa yang memfokuskan dirinya dengan berorganisasi, juga pernah aku dengar. Memang, banyak contohnya, saat mahasiswa terlalu fokus dengan organisasi, banyak yang nilai akademiknya turun, bahkan bisa berujung drop-out. Tetapi aku yakin, semua kembali kepada individu masing-masing. Jika kita mampu memanajemen diri dan waktu dengan baik, kita pasti bisa mengatasinya. Berorganisasi itu penting, dengan berorganisasi kita bisa mengaktualisasikan diri. Kita bisa lebih peka dengan lingkungan sekitar. Setidaknya kita belajar, agar tidak hanya mementingkan diri sendiri, namun juga bagaimana bisa bermanfaat untuk orang banyak. Inilah impianku kala itu, aku ingin membuktikan bahwa tidak semuanya mahasiswa seperti itu. Aku percaya, aku bisa berprestasi disamping berorganisasi. Dengan penuh keyakinan, aku terpacu untuk berusaha sungguh-sungguh, sembari melangitkan do’a kepada Allah SWT, dan tentu juga atas ridho dari kedua orangtua, aku bisa membuktikannya. Pada saat prosesi wisuda, aku berhasil menjadi wisudawati terbaik di program studiku sekaligus menggandeng penghargaan bintang aktivis kampus dari pimpinan kampus. Alhamdulillah, ucapku. Usaha tidak akan pernah sia-sia, niat baik tidak akan pernah berakhir celaka, selama kita yakin atas kebesaran Yang Maha Kuasa. Mari kita manfaatkan semua potensi kekuatan pikiran yang telah Allah SWT berikan untuk meraih cita-cita, sehingga kita bisa menjadi manusia yang bermanfaat untuk sesama. Dari semua peristiwa yang terjadi, aku belajar banyak hal. Belajar untuk tegar, sabar, plus dibarengi spirit hidup yang tak pernah pudar. Kita tak boleh kalah dengan arus kehidupan yang melenakan. Hiduplah dengan segala impian besar. Jadikan dunia dalam genggaman, dan akhirat di hati. Buatlah diri bahagia, apapun rasa yang ada. Jadilah para pemilik masa depan dengan senantiasa berpikir secara matang. Buatlah perubahan dan kemajuan dalam hidup. Roda kehidupan pasti berputar. Jika saat ini kehidupanmu tak seindah rencanamu. Ingat! Pasti ada rencana terbaik yang akan dihadirkan oleh Tuhan. Tugasmu hanyalah terus berusaha tanpa mengeluh. Terus bergerak tanpa kenal lelah. Karena tak ada satupun yang abadi. Dunia ini memang penuh misteri. Hal yang terkadang kita harapkan terjadi, akhirnya hanya sekedar imajinasi. Terkadang yang tidak diinginkan berbicara, malah datang beraksi dan mempesona. Takdir hidup memang sudah di atur oleh Yang Maha Kuasa sebagai Sutradara terbaik di Alam Semesta. Sebagai aktor, kita hanya bisa memainkan segala posisi yang telah di beri tanpa harus mengutuk setiap jendela peran yang terbuka. “Tuhan…terimakasih atas semua lautan nikmat yang telah engkau berikan kepadaku hingga detik ini. Rasa syukurku tak mampu menggambarkan betapa banyaknya nikmat yang Engkau anugerahkan kepadaku.”Bekerja Sepenuh Hati
Oleh: Eko Prasetiyo
“Succes is not the key to happiness. Happiness is the key to success. If you love what you are doing. You will be successful.” (Albert Schweitzer).1 Kisah berikut ini akan menginspirasi dan membekas dalam hati sanubari kita. Tentang seorang tukang bangunan yang sangat mahir, setiap rumah yang dia bangun pasti laku terjual. Bahkan, beberapa orang rela mengantre untuk dibangunkan rumah. Suatu ketika, dia mendengar dari tukang lainnya bahwa dia akan diberhentikan oleh bosnya. Dua hari kemudian dia dipanggil oleh bosnya, dengan perasaan malas dan hati resah dia menemui bosnya. Dia menunggu apa yang akan disampaikan oleh bosnya, apakah akan diberhentikan atau masih terus bekerja. 1 “Kesuksesan bukanlah kunci kebahagiaan. Kebahagiaan adalah kunci kesuksesan. Jika kamu menyukai apa yang kamu lakukan, kamu akan sukses.” (Albert Schweitzer). Dia keheranan, ternyata dia masih diminta bekerja oleh bosnya. Namun, kali ini dia hanya diminta untuk membangun sebuah rumah. Akhirnya, dia bangun rumah tersebut dengan perasaan galau, dibangunnya rumah itu dengan asal-asalan, asal jadi, yang penting selesai, dia tidak berpikir lagi tentang rumah berkualitas sebagaimana yang biasa dia kerjakan. Setelah rumah itu selesai, dia menemui bosnya dan memberikan kunci rumah itu: “Bos, ini kunci rumahnya, sudah saya selesaikan tugas yang anda berikan.” Katanya. Bosnya dengan tenang menerima kunci rumah tersebut, lalu mengajak bicara tukang tadi. Setelah basa basi dan bicara sana sini, akhirnya bosnya mengatakan “Wahai Bapak, terima kasih atas jasamu selama ini, mungkin engkau telah mendegar bahwa aku akan memberhentikanmu. Tetapi tidak usah khawatir, aku sudah siapkan uang yang lebih dari cukup sebagai pesangon. Engkau bisa mandiri dengan uang sebanyak itu. Bisa menjadi pemborong atau kontraktor seperti aku, tidak lagi terikat dengan gaji dariku.” Ucapnya. Tukang bangunan mulai heran, berkecamuk perasaan dalam dirinya. “Waduh saya salah paham ini, saya kira saya cuma diberhentikan. Ternyata, bos saya luar biasa baik, bos memberi pesangon yang lebih dari cukup agar saya bisa mandiri dan tidak terikat lagi menjadi karyawan disini.” Belum selesai kecamuk yang ada dipikiranya, bosnya berkata: “Wahai Bapak, ambil saja kunci rumah ini, rumah yang baru saja kamu bangun itu aku hadiahkan untukmu. “Maksud bos apa?” tanya dia keheranan. “Rumah yang baru saja kamu bangun bukan untuk aku jual. Rumah itu aku hadiahkan untukmu”. “Kenapa rumah itu yang dihadiahkan ke saya?” ucapnya, Bosnya sekarang yang heran. Lalu bosnya bertanya: “Memangnya kenapa?” Tukang bangunan itu menjawab: “Maaf bos, karena saya resah dan galau, terus terang saja rumah yang saya bangun terakhir itu saya kerjakan asal-asalan, asal jadi, asal selesai, dengan kualitas yang jauh dari biasanya.” “Kenapa begitu?” tanya bosnya. “Karena saya berpikir negatif kepada Anda.” jawabnya dengan perasaan yang sangat bersalah. Kisah di atas menggambarkan kehidupan kita dalam bekerja sehari-hari. Bagaimana kegiatan hari demi hari yang kita lakukan selama ini di kantor, dikehidupan rumah tangga dan di masyarakat kita. Apakah kita kerjakan dengan sungguh-sungguh sepenuh hati, sebagai bentuk syukur dan ibadah pada ilahi atau hanya asal-asalan saja? Bekerja dengan sepenuh hati sering menjadi kata-kata yang manis. Cukup sulit untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kebanyakan orang melakukan pekerjaan dengan berhitung untung rugi. Berapa yang diberikan, berapa yang akan didapat? Seperti orang berdagang, kalau tidak menguntungkan, mundur saja. Kalau bukan bagian saya biarkan saja, apa pedulinya. Apalagi jaman sekarang semua ingin instan, karyawan cepat-cepat ingin sukses, pengusaha juga ingin cepat berhasil. Terkait dengan rasa bersyukur ini, JobsDB Indonesia pada tahun 2015 yang dilansir oleh Bisnis.com melakukan survei terhadap 2.323 responden yang tersebar di tanah air dengan hasil menunjukkan bahwa 73 persen karyawan di Indonesia merasa tidak bahagia dengan pekerjaannya. Sebagian besar alasan ketidakbahagiaan disebabkan oleh gaji, fasilitas, dan bonus yang diterima tidak sesuai dengan beban kerja. Selain itu, jenjang karir yang lambat, minimnya program pengembangan karyawan, dan sistem kerja perusahaan yang dinilai kurang baik. Survei tersebut merupakan bagian dari kampanye Jobs DB bertajuk “Happy is a Better Job” yang dilaksanakan pada Mei 2015. Hasil riset juga menunjukkan bahwa 80 persen responden berkeinginan untuk berganti pekerjaan dalam 12 bulan ke depan dengan motivasi untuk mendapatkan gaji, insentif, dan bonus yang lebih besar. Lalu, apakah kita sudah bekerja sepenuh hati? Untuk bisa menjawab pertanyaan tersebut, mari kita introspeksi diri menggunakan beberapa indikator sebagai berikut: Pertama, seberapa sering kita mengeluh dalam bekerja?. Jika kita sering mengeluh dalam bekerja dapat dipastikan pekerjaan kita tidak cepat selesai dan hasilnya tidak maksimal. Seringnya mengeluh itulah merupakan wujud kita tidak bersyukur atas pekerjaan yang kita lakukan. Mengungkapkan kekesalan adalah hal yang wajar, tapi jangan terlalu sering apalagi sampai terdengar oleh teman kerja. Akan menjadi masalah dan menyusahkan diri kita jika atasan mengetahuinya. Kedua, apakah kita menyukai pekerjaan sekarang? Jika kita berupaya menghindari pekerjaan dan menundanya boleh jadi kita tidak menyukai pekerjaan itu. Alasannya bisa bermacam-macam, misalnya bosan dengan pekerjaan yang rutin, jenuh dengan kondisi kantor dan lain sebagainya. Kalaupun kita tidak bisa menghindari, kita akan menyelesaikannya dengan cepat tanpa memperhatikan hasilnya. Ketiga, apakah kita menikmati proses dalam bekerja?. Jika kita menyukai pekerjaan, kita juga akan menyukai proses dalam bekerja sehingga kita mengerjakannya dengan detail. Sejak mulai bekerja, kita akan merencanakan, menyusun jadwal, melakukan riset dan persiapan, serta memasang target yang harus capai. Proses tersebut dilakukan dengan antusias, menikmati, dan memperoleh kesenangan dalam menjalani proses tersebut dan berusaha menghasilkan hasil yang terbaik. Keempat, apakah kita terbuka terhadap koreksi atas pekerjaan yang kita lakukan?. Jika kita menginginkan hasil terbaik, maka kita akan terbuka terhadap masukan dan gagasan baru dari orang lain. Mau mendengarkan, bersedia belajar, dan berusaha memperbaiki hasilnya sehingga kita menjadi lebih kreatif dan produktif. Apabila sebagian besar jawaban tadi adalah tidak, hal itu menunjukkan bahwa selama ini kita bekerja belum tulus ikhlas sepenuh hati. Oleh karena itu, setelah mengetahuinya mari kita segera memperbaikinya. Bekerja sepenuh hati harus disengaja dan dibiasakan. Bersyukur dengan bekerja sepenuh hati memang mudah kalau situasinya menyenangkan, gajinya cukup, fasilitasnya memadai dan lain sebagainya. Namun, bagaimana jika kita berada dalam kondisi yang tidak menyenangkan? Pekerjaan menumpuk, atasan tidak menyenangkan, rekan kerja yang iri dan kondisi lainnya yang membuat tidak nyaman dalam bekerja. Sesuatu yang kita anggap beban dan penderitaan dalam bekerja, sebenarnya merupakan ujian dari Tuhan, Apakah kita bisa melalui dan menikmatinya. Jika kita bisa belajar menikmatinya, lalu bersyukur, perasaan dan nasib kita pun akan berubah. Sayangnya, kita sudah terlanjur memiliki mind set bahwa apabila sekali menderita dalam bekerja maka akan menderita selamanya sehingga akan berusaha untuk pindah kerja. Kita bekerja di manapun tempatnya selalu saja akan bertemu dengan permasalahan serupa. Kondisi seperti itulah yang sebenarnya harus kita sadari. Agar bisa bekerja sepenuh hati maka kita harus berlatih terus menerus dan akhirnya akan menjadi kebiasaan yang tidak kita sadari. Bagaimana caranya? Langkah pertama, menerima kondisi yang tidak ideal dengan tulus ikhlas, jangan membandingkan pekerjaan yang satu dengan pekerjaan yang lain. Jangan pula membandingkan perusahaan tempat kita bekerja dengan perusahaan lain. Yakinlah bahwa setiap pekerjaan dan setiap perusahaan memiliki permasalahan pekerjaan yang relatif sama. Langkah kedua, jangan terfokus pada hal-hal negatif yang akan memecah konsentrasi kita dalam bekerja dan tidak perlu terus menerus memikirkannya. Ambillah sisi positifnya dan cobalah untuk membangun semangat atas hal positif tersebut. Langkah ketiga, ubahlah kondisi ketidaknyamanan tersebut secara perlahan, melakukan pekerjaan tahap demi tahap dan yakinilah bahwa akan ada hasil yang baik apabila kita melakukan pekerjaan dengan baik, benar dan bersungguh- sungguh. Langkah keempat, dijalani saja pekerjaan yang sudah dipercayakan kepada kita tanpa mengeluh. Apabila kondisi tidak ideal tersebut tidak bisa diubah, maka bertemanlah dengan kondisi tersebut, lama kelamaan akan menjadi biasa dan kita akan menerimanya dengan sepenuh hati.Keajaiban bekerja sepenuh hati
Jika saat ini kita sudah bekerja sepenuh hati maka bersiaplah menerima keajaiban dari Tuhan yang datang tanpa disangka-sangka. Bekerja dengan totalitas ketika semua pikiran, fisik, mental dan hati menjadi satu maka akan menghasilkan daya yang luar biasa. Selain menyelesaikan pekerjaan dengan cepat dan tuntas juga memberikan kepuasan yang sulit diuraikan dengan kata-kata. Hanya pelaku sendiri yang bisa merasakannya. Apakah kita siap merasakannya? Jika sudah siap, maka mulai sekarang perbaiki diri kita masing-masing, mulailah bekerja dengan sepenuh hati dan segenap pikiran.Selalu Ada Pertolongan
Oleh: Dr. Indrawati Wivina H., MBA., MM., M.Pd., M.Psi., D.Th., Psikolog.
Tidak ada satu manusia pun yang tidak pernah mengalami kesulitan, sekali pun orang kaya raya. Saya dibesarkan oleh orang tua dengan ekonomi tergolong cukup. Orang tua saya memiliki toko serba ada yang dikelola oleh kedua orang tua dengan melibatkan banyak saudara- saudara yang membutuhkan pekerjaan. Tidak heran jika di rumah orang tua saya, ada banyak orang. Mereka bukan hanya bebas tinggal tapi juga bebas makan apa saja yang diinginkan. Bersyukur orang tua saya bukan tergolong orang yang pelit (kikir). Saya anak ketiga dari lima bersaudara, kami anak-anaknya menikmati kekayaan orang tua, terbiasa dengan makan banyak dan enak serta pakaian yang bagus-bagus. Sejak SMP saya sudah bisa membawa mobil sendiri, pakai baju mengikuti model yang lagi trend, pokoknya semua keperluan dicukupi oleh orang tua. Namun, ketika menginjak SMP suasana berubah. Saya harus tinggal di asrama dan taat pada peraturan yang berlaku di asrama. Saya tidak bisa lagi makan sesuka hati, baik dari jumlah makanan maupun jenis yang akan dimakan. Bukan hanya itu saya harus juga belajar menyesuaikan berbagai macam karakter teman dari berbagai latar belakang. Terlebih saya harus berpisah dengan kedua orang tua, hanya waktu-waktu tertentu saja bisa bertemu dengan mereka. Ada banyak pelajaran yang dapat saya ambil selama di asrama. Saya tinggal di asrama, banyak suka duka kehidupan yang membekali saya memasuki masa dewasa. Kemandirian saya menghantar saya menimba ilmu ke Bandung dengan tinggal bersama saudara. Di tempat tersebut saya juga dituntut harus dapat beradaptasi dengan orang yang saya ikuti. Kemandirian itu pula yang membuat saya segan untuk meminta bantuan siapun jika saya mengalami kesulitan, dan menjadikan saya wanita yang tangguh terhadap berbagai kesulitan hidup sekalipun saya tidak harus mengalaminya karena orang tua mampu mencukupi. Kegigihan yang terlatih sejak kecil dan keinginan untuk terus menimba ilmu melekat pada diri saya hingga saat ini. Itu sebab, tidak heran jika kuriositas saya mempelajari banyak hal di berbagai jenjang sejak kecil hingga saat sudah berkeluarga pun, masih bisa ambil MBA di California State University Fulerton USA dengan biaya sendiri, sekalipun saat itu secara ekonomi tidak mungkin, namun Tuhan ijinkan saya belajar ke luar negeri (dan dengan se-ijin suami) saya dapat menyelesaikan dengan nilai yang tergolong memuaskan. Saya bersyukur dan Puji Tuhan untuk semua hal yang Tuhan sudah berikan. Menjelas dewasa dimana saya memutuskan untuk berumah tangga dengan seorang anggota TNI-AD lulusan AKABRI 1974 yang waktu itu masih berpangkat Letnan Satu, bukan hal mudah bagi saya karena semua harus mulai dari nol (dari tidak punya apa-apa). Awal kami menikah di Bajubang di rumah orang tua, (Komplek Pertamina Pusat Jambi), setelah menikah saya ikut suami tinggal di Jambi tidak jauh dari tempat tinggal orang tua, kurang lebih 56 km. Sehingga orang tua banyak membantu meringankan kebutuhan rumah tangga kami, dengan mengirimkan telor ayam, daging ayam yang sangat banyak, sehingga hampir setiap hari kami sekeluarga makan telor maupun daging ayam. Kami sangat bersyukur atas pertolongan Tuhan melalui orang tua kami. Suatu ketika, merupakan kebiasaan dalam angkatan jika selesai pendidikan, biasanya akan dipindahkan dari tempat yang lama. Suami ditugaskan harus pindah dari Jambi, mulai kami mereka-reka dan saling menentukan tempat dengan dua pilihan tempat, Suami ingin dekat keluarganya dan saya berharap tetap dekat orang tua saya. Kami berdoa dimana Tuhan tempatkan itulah pilihan Tuhan, bukan pilihan kami dan Tuhan akan menyediakan tempat buat kami. Suami memilih pindah ke Surabaya dengan harapan dapat tinggal dekat dengan orang tua dan sudara-saudaranya yang tinggal di Sidorejo Jatim. Penempatan diberitahu bahwa kami pindah ke Jakarta. Setelah saya telusuri, itu adalah keajaiban yang tidak pernah terbesit dalam pikiran saya terjadi, yaitu tiket pesawat Jambi – Jakarta, dan biaya tiket pesawat Surabaya – Jakarta harganya persis sama. Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya pindah dan tinggal di Jakarta. Jauh dari orang tua yang sangat membantu mencukupkan kebutuhan ekonomi di tambah biaya kepindahan. Untuk sementara suami tinggal di kantor, sebulan kemudian saya baru menyusul. Semua ini membuat kami harus melakukan penyesuaian lagi. Bersyukur, saat belum lama tinggal di kantor, ada teman suami menanyakan keberadaan atau tempat tinggal kami di Jakarta. Tanpa terpikirkan anugerah Tuhan datang menolong kami. Teman tersebut membelikan rumah untuk kami tempati (tanpa keluar biaya sedikitpun/ semua biaya ditanggung orang tersebut). Di Villa Kapuk Mas (tempat tinggal sekarang), waktu itu masih tergolong perumahan elit. Akhirnya kami bisa tinggal di tempat tersebut hingga saat ini. Perjalanan panjang, bagaimana orang tua berusaha memberikan yang terbaik bagi masa depan anaknya. Jika saat itu saya tidak mau taat kepada orang tua, mungkin sejarah hidup saya tidak seperti saat ini. Suami saya bukan hanya mengijinkan saya menimba ilmu sebanyak mungkin di lanjut usia, tetapi juga menemani dan mendukung saya ditengah – tengah kesibukan dengan menemani belajar atau seminar serta kegiatan lainnya. Saya sering dikategorikan sebagai wanita tangguh yang harus dapat membagi waktu antara belajar, menjadi pengajar dan menjadi seorang istri serta ibu bagi anak-anak. Puji Tuhan atas semua pemeliharaan-Nya. Bersyukur untuk suami tercinta yang sudah banyak mensupport saya, demikian juga dengan anak-anak yang mungkin jarang bertemu dengan kami orang tuanya tetapi mereka dapat menyelesaikan studinya dengan baik dan dua orang sudah menikah. Tinggal satu anak yang mau masuk kuliah. Bersyukur di tengah-tengah banyak kesulitan selalu ada pertolongan. Cerita di atas hanyalah sebagian kecil dari sekaian banyaknya pertolongan Tuhan yang membuat saya pribadi dan keluarga bersyukur yang tidak ada habis-habisnya atas pertolongan Tuhan.Keajaiban Nyata Hidupku di 1/3 Malamku
Oleh: Hj. Suryani Ganefi Saud,S.E., M.M
Ada sebuah keluarga yang hidup sederhana, mereka menikah pada bulan Januari di tahun 1989, dikala sang istri berusia 25 tahun dan suami berusia 28 tahun. Saat sebelum berkeluarga, pasangan tersebut masing- masing bekerja dengan penghasilan yang cukup sederhana pada masanya.da sebuah keluarga yang hidup sederhana, mereka menikah pada bulan Januari di tahun 1989, dikala sang istri berusia 25 tahun dan suami berusia 28 Sebelum menikah mereka berjanji akan sehidup semati, dikala susah dan senang. Dan mereka bersepakat membeli rumah BTN (Bank Tabungan Negara) sebelum mereka menikah dan rumah yang dibeli dengan angsuran untuk membangun kehidupan berumah tangganya, yang mereka beli di daerah Bekasi. Pak Rudi orang-orang memanggil suami ku, dan aku biasa dipanggil dengan sebutan Bu Rudi, sebenarnya aku bernama “Yani”. Kami hidup bahagia pada tahun pertama dipernikahan, kami diberikan momongan seorang putra yang diberi nama “Andi”. Kini lengkaplah kebahagiaan kami dalam berumah tangga. Satu minggu sudah suamiku menjalankan cuti, dan harus kembali bekerja. Aku dirumah bersama anak dan seorang asisten rumah tangga (ART), sesudah Isya suamiku baru sampai dirumah sepulang dari kantor. Sampai saat tiga bulan Yani menjalankan cuti melahirkannya dan sudah harus bekerja kembali. Mulailah timbul sedikit kendala karena Yani tak tega meninggalkan anaknya seorang diri bersama asisten rumah tangganya. Kesepakatan pembicaraan antara Yani dan suami, untuk berangkat kerja pada pagi hari jam 4.30, dan mengantarkan anaknya untuk dititipkan pada orang tua Yani yang tinggal di daerah Tebet. Sampai Tebet jam 5.30 masih pagi, Yani berusaha main terlebih dahulu bersama anaknya, dan bincang-bincang dengan ibu dan anggota keluarga yang ada di Tebet. Sore harinya sepulang kantor Yani kembali lagi ke Tebet bersama suami untuk mengambil anaknya dan ART, sesudah sholat Isya barulah kami pulang ke rumah di Bekasi. Itu berlangsung hampir setiap hari dikala Yani dan suami nya harus bekerja. Pada saat arisan keluarga yang bertepatan di rumah Yani, kami mengundang keluarga, kakak, abang, ponakan, ipar dan ibu serta ayah Yani. Kami sadar rumah kami jauh dan kecil, tapi itulah kemampuan kami pada saat itu, asalkan kami bahagia. Untuk beberapa minggu kemudian ibu bilang sama Yani “Nak jauh banget rumah kamu, capek badan ibu nak, jalan yang rusak, melewati kuburan pula, masih banyak sawahnya dan mungkin gelap kalau kamu pulang malam dari rumah ibu nak”. Sedih memang mendengarkan ibu bicara seperti itu, mungkin ibu juga kasihan melihat Yani, suami dan anak berjuang hidup yang harus dilakukan dengan keras dan kuat. Tapi itulah hidup dan kemampuan kami hanya bisa untuk rumah kecil dan jauh. Yani menabung sedikit demi sedikit, istri harus pandai-pandai mengatur keuangan rumah tangga, gaji suami untuk kebutuhan bayar angsuran rumah, listrik, telpon, uang sekolah, sedangkan gaji Yani untuk membantu kekurangan biaya rumah tangga dan sisanya untuk menabung. Disetiap sepertiga malam, Yani sudah bangun untuk salat Tahajud, zikir, mengaji dan doa yang selalu dipanjatkan agar diberikan rezeki yang lebih. Yani tak pernah tidur lagi, langsung membereskan baju dan makanan yang dimasak untuk kebutuhan anak yang dititipkan pada ibunya, begitulah kehidupan Yani berlangsung hampir kurang lebih 5 tahun. dan tahun ke Sembilan Yani diberikan momongan ke dua, diberi nama Dinda, lengkaplah sudah keluarga kecil ini. Tahun berjalan, Andi yang sudah mulai besar dan kini sudah SMP, Dinda yang baru berusia 3 tahun, ART yang sudah berganti, Yani dan suami baru pulang kerja, naik kereta dan sampai rumah kira-kira jam 20.00. Mulailah hal ini menganggu pemikiran hidup, hati mulai menjerit dan menangis dikala salat, merintih meminta pertolongan sama Allah SWT “Ya Rabb tolonglah hamba-Mu ini, apa yang harus aku lakukan, sementara kalau Aku berhenti kerja apakah ini mencukupi”. Linangan air mata sudah mulai terasa hampir di setiap malam dan disetiap salat tahajud-ku, “Ya Rabb Aku ingin rumahku pindah dan dekat dengan tempat aku bekerja, cepat pulang untuk mengawasi anak-anakku belajar, sementara aku tidak punya uang untuk Aku pindah atau membeli rumah.” “Ya Rabb Aku ingin rumah yang dekat dengan kedua orang tuaku, tapi Aku tidak punya keuangan yang besar untuk aku beli rumah.” Semua hanya ku tuangkan dalam tangisan dan doa pada sepertiga malam, kalau dipikir dari gaji kami berdua tidak memungkinkan untuk itu semua. Ya Rabb ini semua nya kehendak Allah SWT. Hingga pada suatu saat pada tahun 2002 ada pinjaman pegawai khusus karyawan dengan bunga pinjaman yang rendah dan Yani mengambilnya. Mulailah berpikir uang ini bisakah untuk beli rumah. Rejeki itu ternyata tidak selalu berupa uang, Yani berusaha mencari-cari rumah yang harganya bisa dijangkau, hingga ketemu dengan seorang bapak-bapak tua, yang orang-orang memanggilnya dengan sebutan “Pak Aki” dan bilang kalau tanah depan rumahnya itu akan dijual, karena yang punya seorang bapak tua yang istrinya sudah wafat, kini bapak tersebut tinggal dengan anaknya. Berkat pertolongan Pak Aki, nego pembelian sebidang tanah dengan luas 150 meter persegi, di daerah Jakarta Timur akhirnya bisa terlaksana. Keuangan Yani pun kurang untuk membeli sebidang tanah tersebut, kekurangannya dipinjamkan dari kakak Yani yang paling tua. Hingga pembelian tanah tersebut Pak Aki lah yang membantu semuanya. Suatu saat tanah itu harus dibangun untuk menjadi rumah, sementara Yani sudah tidak punya uang lagi untuk membangunnya. Kembali mengadu kepada sang pencipta Alam Semesta, ”Ya Rabb, Aku tidak punya uang untuk membangun rumah, yang aku punya hanyalah rumah ini yang aku tempati di Bekasi dan sedikit perhiasan sebagai tabungan”. Hingga suatu saat, ibu menyarankan untuk menjual semua perhiasan, sedih banget memang, dan itu pun tidak seberapa, hingga Pak Aki jugalah yang membantu Yani, menawarkan untuk pinjam keuangan ke anak nya, dengan jaminan rumah Bekasi. Pembangunan rumah di wilayah Jakarta timur bisa berjalan sesuai rencana, semua Pak Aki yang mengurusnya, luar biasa Pak Aki, mencatat semua pengeluaran keuangan dengan detail. Keuangan Yani tabungan berkurang terus dan habis, hingga saya harus pinjam lagi dengan kantor suami. Semuanya aku serahkan sama Allah SWT, aku mengadu kepada-Nya, aku meminta pertolongan, entah yang keberapa ribu kali aku memohon di setiap salat dan doa ku. Untuk diselesaikan rumah ini kebangun. Ternyata matematik Allah beda dengan matematiknya manusia, jika dihitung-hitung dari gaji dan pendapatan suami, tidak menungkinkan aku membangun rumah sebesar ini, dan tidak masuk akal, tapi pada kenyataannya rumah ini terbangun dengan besar dan megah, ini seperti keajaiban yang aku rasakan, Ya Rabb Alhamdulillah, untuk semuanya. Rumah besar sudah jadi, seperti mimpi tapi nyata, aku dan anak-anak pindah rumah dan mereka bisa menempati kamar masing-masing. Yani berangkat ke kantor bisa lebih siang, pulang kantor bisa lebih cepat dan anak-anak bisa dikontrol belajarnya serta salatnya. Hutang-hutang perlahan bisa aku lunasi, rumah di Bekasi aku jual dan uangnya langsung dibayarkan kepada anaknya Pak Aki, hutang pada kakak pun sudah aku bayarkan, semuanya sudah teratasi dan lunas. Intinya, “Teruslah berdoa dan berusaha, tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah SWT, jika Allah sudah berkehendak, manusia hanya bisa memohon dan berdoa”. Alhamdulillah.Menyikapi Covid-19 Dengan Bersyukur
Oleh: Purwanto Jawara
Wabah Pandemi Indonesia dilanda wabah pandemi covid-19 bernama virus corona. virus corona tidak dapat dilihat dengan mata telanjang kecuali dengan mikroskop canggih. virus corona merajalela di Indonesia sejak bulan Maret 2020. Petugas gugus covid-19 hampir setiap hari mengumumkan perkembangan penyebaran covid 19. Pejabat negara, tenaga medis, hingga rakyat biasa telah banyak yang menjadi korban covid 19. Korban yang terserang covid-19 memiliki ciri-ciri, diantaranya demam tinggi, flu, batuk, dan sesak nafas. Rapid tes dan Swab dilakukan untuk memastikan seseorang terkena tidaknya. Pasien positif kena diharuskan isolasi mandiri dan perawatan intensif dirumah sakit. Korban yang meninggal karena covid-19 harus dimakamkan dengan pengawasan ketat oleh petugas covid dengan penggunaan APD lengkap. Pemerintah mengambil beberapa langkah untuk memutus mata rantai covid-19 seperti penyemprotan desinfektan, jaga jarak, hindari kerumunan, pembatasan wilayah. Orang yang beraktifitas diluar rumah disarankan memakai masker, selalu mencuci tangan, menjaga jarak. Orang yang memiliki riwayat penyakit komorbid (penyerta) seperti sakit jantung, darah tinggi, kencing manis rawan tertular virus. Orang dengan ciri tersebut, disarankan untuk lebih berhati-hati saat beraktifitas dan harus menerapkan protokol kesehatan 3 M yaitu Menggunakan masker, mencuci tangan dan menjaga jarak.Ekonomi Lumpuh
Covid-19 tidak hanya melumpuhkan manusia, namun sendi-sendi ekonomi juga lumpuh. Pemerintah membuat kebijakan lockdown untuk memutus mata rantai penyebaran covid-19. Hal ini untuk menyelamatkan jiwa manusia.Namun Kebijakan ini justru membuat perekonomian hancur. Sektor transportasi, pariwisata, perhotelan, kampus, sekolah harus diliburkan guna menghindari adanya klaster baru. Home industri banyak yang gulung tikar. Pengganguran semakin meningkat. Kejahatan semakin tinggi. Pendapatan menurun disemua sektor. Penulis mengumpulkan beberapa info profesi yang terdampak lockdown karena covid-19, diantaranya adalah fotografer, perias, penyewaan sound system, pekerja seni, kuliner, klinik pijat, pemilik usaha kos-kosan dan usaha perhotelan. Adapun beberapa usaha yang bisa dikembangkan ditengah wabah pandemi adalah pembuatan handsanitizer, masker, herbal, handpone, sepeda pancal untuk gowes, dll.Sikapi dengan Bersyukur
Covid-19 adalah wabah pandemi yang harus tetap disikapi dengan bersyukur. Terlepas dari sebuah konspirasi atau bukan, hendaknya tetap disikapi dengan bijak. Pasalnya, semua yang terjadi didunia tentunya tidak lepas dari ketentuan Allah. Manusia harus tetap bersyukur dan bersabar atas semua ketentuan Allah. Berpikir positif, menjaga pola hidup sehat, mencukupi kebutuhan vitamin, hindari pemberitaan negatif dari media sosial adalah upaya untuk meningkatkan imun. Imun yang kuat niscaya tidak mudah terpapar virus. Petugas medis harus jeli dalam diagnosa pasien. Media apapun, baik cetak atau elektrolik harus jujur dalam menyampaikan pemberitaan. Bersyukur dan bersabar dalam setiap ujian hendaknya ditingkatkan. Karena setiap ujian pasti ada hikmahnya. Percayalah dengan bersyukur dapat menambah keberkahan.Adapun hikmah bersyukur, diantaranya adalah :
- Allah akan hilangkan segala kesusahan. Al-Qur’an surat Al- Baqarah ayat 152 menjelaskan yang artinya, “Maka ingatlah kepadaku, akupun akan ingat kepadamu, bersyukurlah kepadaku dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku”.
- Akan menambah rezeki dan menangkal azab seperti dijelaskan dalam Al-Quran surat al-baqarah ayat 7 Sesungguhnya jika kamu bersyukur niscaya aku akan menambah nikmat kepadamu tetapi jika kamu mengingkari nikmat-ku maka sesungguhnya azab-ku sangat pedih.
Cara Bersyukur
Bersyukur menjadi solusi ketenangan dalam menyikapi ujian. Lantas bagaimana cara bersyukur yang benar.Ulama membagi syukur dengan 3 cara, yaitu :- Bersyukur dengan
- Bersyukur dengan
- Bersyukur dengan
Tingkatkan Imunitas
Para ahli belum bisa memastikan, kapan wabah pandemi akan berakhir. Untuk itulah mari tingkatkan imun kita agar tidak mudah terpapar covid-19. “Lebih baik mencegah dari pada mengobati.” Demikian ungkap para ahli kesehatan. Adapun beberapa ikhtiyar dalam menjaga imunitas tubuh, agar tidak terpapar covid-19, selain melindungi tubuh dengan masker, cuci tangan dan jaga jarak adalah menjaga pola hidup sehat dan menjaga pola makan sehat.Menjaga pola hidup sehat adalah dengan:
Selalu berpikir Menghindari info-info negatif dari medsos.- Menghindari ketegangan fikiran, sedih, stres dan bingung.
- Istirahat dan bekerja harus
- Makan teratur dan hindari
- Hindari marah, sakit hati ataupun berfikir yang negatif.
- Olahraga secara teratur minimal 2 kali dalam seminggu.
- Minum air putih minimal 2-2, 5 liter per 24
- Biasakan makan / minum jus buah dan
- Hindari makan nasi lebih dari 2 kali setiap
- Konsumsi vitamin/nutrisi/suplemen sesuai dengan kebutuhan.
- Istikomahkan zikir dan
- Makanan berlemak, bersantan, berbumbu pekat, goreng- gorengan, kaldu, kluwek, kemiri, masakan yang dipanasi berulang, dll.
- Sea food: cumi cumi, udang, kepiting, kerang dan lain- lain termasuk petis dan terasi
- Fast food, Junk food
- Jeroan kulit, unggas
- Minuman dan makanan kalengan hasil olahan produksi pabrik yang menggunakan bahan-bahan kimia tambahan pangan.
- Asinnya garam dan turunannya(telur asin, iksn asin, dll)
- Pedas, kecut,
- MSG pewarna perasa pengawet dan lain-lain
- Manisnya Gula dan turunannya
- Kopi manis dan rokok
- Sate kambing /ikan yang dibakar-bakar.
- Jamu
Tidak Semua Hal Berjalan dengan “Harusnya”
Oleh: Rahayu Widia Utami
Semesta selalu menyuguhkan banyak rasa. Seperti kopi dengan racikan manis atau pahit. Semua tergantung dari pesanan dan sudut pandang kita dalam meraciknya. Begitupula dengan kehidupan. Sang Pencipta telah menyuguhkan banyak rasa dan kejutan. Rasa sedih, senang, marah, kecewa, dan sebagainya. Namun lagi-lagi hanya kitalah yang bisa mengelola rasa tersebut. Dari hal tersebut kita belajar, bahwa kita boleh saja berlari, menanjak, berbelok, diam, dan bahkan berjalan santai. Namun satu hal yang harus tetap terjaga adalah jangan pernah menyerah. Apalagi kehidupan punya beragam teka-teki yang harus kita pecahkan. Ketika segalanya tak berjalan sesuai dengan harapan, maka yakinlah bahwa Allah punya cara terbaik untuk memberikan butuhnya kita, bukan inginnya kita. Terkabulnya pun bisa saja bukan saat ini, namun suatu saat nanti. Seperti wanita yang bernama Syalabi Afaniah. Ia adalah gadis remaja yang kini berusia 20 tahun. Masa kecilnya tidaklah mudah. Ketika dirinya berumur 2 tahun, ia sudah dihadapkan pada permasalahan keluarga yang membuat keluarganya harus pindah rumah. Dikarenakan ada saudaranya yang ingin menguasai harta warisan keluarga tersebut. Hari demi hari tak terasa, Syalabi sudah duduk di bangku sekolah dasar, seketika itu pula melayang kabar bahwa ayahnya di PHK oleh pihak kantornya. Waktu itu ia belum mengerti sepenuhnya apa yang telah terjadi. Namun ibunya berusaha untuk memberitahukan dirinya. Ia yang pada saat itu bingung harus berbuat apa, hanya dapat menenangkan ibunya saja. Semoga isak tangisnya segera usai. Lambat laun Syalabi yang dulunya hidup serba ada, akhirnya mulai belajar untuk prihatin dan mandiri. Walaupun memang tak mudah pada usianya yang masih belum dewasa. Mengingat dulu keluarganya dihargai oleh tetangga, akan tetapi setelah kejadian itu semuanya berubah. Banyak teman, dan tetangga yang mencibir keluarganya, namun hal itu tak membuat keluarganya minder. Bersamaan dengan ujian tersebut, ternyata ibunya pun sedang mengandung calon adik bayinya. Mau tidak mau Syalabi harus menerima kenyataan itu. Walau ia sadari kasih sayangnya akan terbagi. Beberapa bulan kemudian, setelah mempersiapkan segala keperluan persalinan, akhirnya hari bahagia itupun tiba. Lahirlah ke dunia sosok bayi laki-laki. Akan tetapi, tak nampak raut wajah bahagia dari Syalabi. “Mah, Pah, harusnya kan adik bayinya itu perempuan bukan laki-laki.” Gerutu Syalabi. “Hussss, kamu gak boleh bicara seperti itu nak. Adikmu ini sudah rezeki dari Allah.” Jelas ibunya. Mau tidak mau ia pun mengalah. Berbagi kisah dan kasih sayangnya. Lalu tidak lama setelah kelahiran adik pertamanya itu, ibunya kemudian mengandung calon adik bayinya lagi. Kali ini ia berharap agar adiknya perempuan. Harapannya hanya satu yaitu ia ingin mempunyai saudara kandung perempuan. Itu saja. Namun tak disangka ternyata adik keduanya pun laki-laki. Hingga lahir pula adik ketiga dari rahim ibunya. Semuanya laki-laki. Jadi jelas hanya ia perempuan satu-satunya. Miris hati dibuatnya. Ia berusaha untuk menerima semuanya. Syalabi mulai belajar untuk bisa mengalah, mengayomi, dan membimbing adik-adiknya tersebut. Terlebih ketika kejadian waktu itu, yang membuatnya harus selalu melindungi adik-adiknya. Hal itu bermula ketika ibu dan ayahnya sedang pusing tidak mempunyai sepeser pun uang, lalu salah satu adiknya merengek untuk meminta uang jajan. Alhasil ayahnya yang melihat perbuatan itupun langsung saja memukuli anaknya dengan sapu lidi dan sandal. Seketika naluri seorang kakak itupun muncul. Ia melindungi dan melerai perbuatan ayahnya, lalu membawa adiknya ke kamar, dan mengobati luka disekujur tubunya. Di sana ia pun menangis, tak tega melihat adiknya diperlakukan seperti itu. Haruskah begitu? Sejak kejadian tersebut ia akhirnya memutuskan untuk membantu perekonimian keluarganya. Dengan cara berjualan di sekolah. Jatuh bangun kehidupan yang dialami oleh keluarganya, lantas tak membuat Syalabi menyerah begitu saja. Meskipun gagal masuk ke sekolah yang ia inginkan, dibully teman-temannya, sampai harus berpuasa karena tidak memiliki uang. Semuanya ia jalani dengan hati yang tegar. Akhirnya ia bertekad untuk bisa aktif di sekolah dan mendapatkan beasiswa di sana. Seketika keajaiban pun hadir. Sesuai dengan janji-Nya, bahwa Dia selalu memberikan kemudahan bagi orang-orang yang selalu berusaha lebih giat. Dengan niat ingin membanggakan kedua orang tua, ia pun mulai mengikuti berbagai lomba keagamaan. Salah satu yang berhasil diraihnya adalah Juara 3 Lomba Da’i tingkat Kota. Dari pengalaman tersebut, Syalabi bertambah yakin bahwa konsistensi mengalahkan ketidakmungkinan. Ia pun aktif di remaja masjid dan ekstrakulikuler jurnalistik di sekolahnya. Segala hal baik senantiasa datang kepada dirinya. Setelah usaha yang ia lakukan semua hasil pun mengikuti. Hingga ia dipertemukan dengan sebuah wadah organisasi islam. Dengan segala kegiatan sosial, dan keagamaan di dalamnya. Segala usaha dan doa terus ia upayakan. Rasa lelah, jenuh, bosan ia peluk erat dalam dekapnya. Berusaha untuk tetap bersahabat walau nyatanya menyakitkan. Hingga akhirnya ketika ia berhasil melanjutkan pendidikannya ke jenjang perkuliahan, ia pun sangat bangga sekali. Orang tuanya pun bersyukur kala putrinya sudah berjuang sejauh ini dengan kerja kerasnya sendiri. Awal perkuliahan ia berhasil menemukan teman-teman dengan visi dan misi yang sama. Mereka pun bersahabat. Kala ujian tengah semester ingin dilaksanakan, ia hampir saja tidak bisa ikut karena biaya tunggakan yang masih cukup banyak. Namun lagi-lagi pertolongan Allah itu datang. Ia pun bisa ikut ujian. Mendengar kabar tersebut, ia tak henti-hentinya mengucap syukur. Harusnya banyak kesenangan yang ia dapatkan kala masa kecilnya. Hingga beranjak dewasa kesukaran itu masih saja terasa. Harusnya ia bisa terlahir di keluarga yang berada serta hidup tenang dan nyaman dengan berbagai materi yang ada. Namun lagi-lagi ia sangat mengucapkan syukur kepada Sang Pencipta. Bahwa tidak semua hal berjalan dengan harusnya. Justru dengan itu semua dirinya dapat mendewasa dan menempa diri lebih sabar. Kuat seperti baja. Tahan banting seperti besi. Jadilah sabar wahai diri terhadap apapun ujian yang menghampiri.Keajaiban Rasa Syukur
Oleh: Ronald Yulianto, SE, M.Si
Allah berfirman dalam ayat suci Al Quran yang berbunyi: Dan ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambahkan nikmat-Ku kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangatlah pedih”. (Q.S Ibrahim: 7) Ayat tersebut menjelaskan bahwasannya kita diperintahkan Allah SWT tuhan semesta alam untuk senantiasa bersyukur. Apabila kita bersyukur, maka Allah akan menambahkan nikmat-Nya. Sebaliknya bila kita mengingkari-Nya maka akan mendapatkan azab yang pedih. Jadi, senantiasa kita harus selalau bersyukur kepada tuhan yang maha kuasa. Atas segala nikmat yang telah tuhan berikan. Bayangkan kalau kita hitung salah satu nikmat-Nya, maka kalkulator tercanggih pun tidak sanggup menghitungnya. Contoh udara yang kita hirup. Ini salah satu nikmat tuhan yang luar biasa yang kita peroleh secara gratis. Anda kalau berkunjung ke rumah sakit pasti tahu bahwa oksigen itu ternyata dijual dan ada harganya. Itupun terkadang persediaanya terbatas. Saya menyadari bahwa betapa bersyukurnya saya atas rezeki yang Allah telah berikan. Allah SWT maha baik kepada setiap hambanya. Apapun masalah dan musibah yang menimpa kita, selalulah berpikir positif dan pasti ada hikmah dibalik semua itu . Kenapa saya katakan itu kepada Anda bahwa kita harus banyak bersyukur. Karena dengan banyak beryukur maka hidup kita menjadi tenang. Hal inilah yang saya alami. Saya anak ke-3 dari 4 bersaudara. Lahir dan besar di Jakarta. Kedua orang tua saya berasal dari Pariaman Sumatera Barat. Beliau merantau dari Pekanbaru ke Jakarta sekitar tahun 70-an. Dapat dikatakan merantau dengan modal nekat. Karena dengan bekal dan uang seadanya. Tapi, karena tekadnya yang sudah bulat ingin merubah nasib sehingga memiliki keberanian untuk datang ke Ibukota. Satu hal yang saya kagumi dari beliau adalah kegigihan dan semangat beliau dalam berdagang. Karena impian beliau ingin merubah nasib keluarga menjadi lebih baik. Orang tua kami memulai usaha dari berjualan lontong di pinggir jalan di dekat pasar. Alhamdulillah barang dagangan selalu habis. Awalnya orang tua saya mengontrak rumah dan selalu pindah-pindah. Singkat cerita atas kegigihan dan semangat beliau. Dari yang awalnya memulai dagang lontong sayur di emperan jalan. Akhirnya orang tua saya bisa buka usaha rumah makan padang dan juga memiliki toko pakaian. Tidak hanya di kota Jakarta, bahkan sampai membuka toko pakaian di Surabaya. Sehingga tidak heran dalam waktu singkat impian orang tua saya satu persatu terwujud. Beliau sudah bisa membeli rumah sendiri, memiliki beberapa toko, mobil, bahkan bisa memberangkatkan nenek saya naik haji. Itu cerita manisnya, cerita pahitnya juga banyak. Kami juga mengalami titik terendah dalam kehidupan ini dimana toko habis terbakar, orang tua pernah mengalami stress berat banyak termenung karena ditipu pelanggan dengan nilai kerugian milyaran rupiah bila diukur dengan nilai uang sekarang, toko ditutup karena merugi, dll. Kami ikhlaskan semua itu. Pesan orang tua ketika itu, bahwa kita haruslah selalu bersyukur apapun musibah yang menimpa kita. Kita masih bisa bernafas, makan, minum dan memiliki iman kepada Allah SWT. Itu merupakan bentuk kasih sayang Allah SWT kepada kita. Setelah musibah itu, kami merantau ke Pekanbaru untuk merintis usaha dan saya melanjutkan kuliah disana. Pada tahun 2017, akhirnya saya lulus kuliah dengan nilai IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) tertinggi di tingkat jurusan. Orang tua bangga ketika tahu saya lulus dengan IPK tertinggi. Kemudian tidak lama setelah lulus kuliah, saya melamar kerja di indrustri perbankan. Ternyata saya diterima kerja. Alhamdullillah di tahun yang sama, orang tua saya juga berangkat haji yang merupakan impiannya sejak lama. Satu hal yang orang tua saya selalu katakan dan masih ingat di benak saya sampai saat ini adalah “onank kita harus banyak bersyukur. Karena saat kita lahir di dunia tidak membawa apa-apa alias telanjang. Saat kembali keharibaan tuhan yang maha kuasa, kita hanya memakai selembar kain. Jadi syukuri yang kita miliki saat ini karena itu hanya titipan.” Jadi pesan itu berguna bagi diri saya untuk refleksi dan intropeksi diri. Itulah kehidupan kadang diatas kadang dibawah seperti roda yang berputar.Arti Syukur
Kehidupan ini laksana seperti mengangkat beban. Akan ada selalu datang masalah silih berganti. Baik berat maupun ringan. Karena memang Allah telah sampaikan dalam firmannya bahwa manusia akan selalu diuji. Sesuai batas kemampuannya. Namun beban akan terasa ringan bila Anda lepaskan satu persatu. Bagaimana caranya melepas satu persatu yaitu dengan selalu banyak bersyukur. Berikut yang saya lakukan untuk meningkatkan rasa syukur:- Ucapkan dalam hati rasa syukur ketika Anda mau tidur. Bayangkan rutinitas Anda sepanjang hari dari pagi saat bangun tidur sampai saat Anda mau tidur. Ucapkan rasa syukur Anda kepada tuhan yang maha kuasa.
- Setiap menghadapi masalah anggap itu tandanya tuhan sayang kepada kita Biasanya orang kalau mengalami musibah selalu menyalahkan orang lain, bahkan menyalahkan tuhan. Nauduzubillah min dzalik…
- Selalu berzikir mengucapkan hamdalah dan bayangkan atas nikmat yang allah berikan. Selalu perbanyaklah berzikir bila Anda ingin hidup tenang. Seperti dalam
Keajaiban dan Cerita Perjalanan Haji ke Mekkah dan Madinah pada Tahun 2000
Oleh: H. Eko Raharjanto SE.,MM.,C.IM.,CF.NLP.,C.PS.,C.HLC
Pagi yang ceria, di Medio Januari tahun 2000, sekitar pukul 6 pagi, kami bersiap-siap untuk berangkat ke alun-alun kota Jember, tempat berkumpul para calon jama’ah haji. Beberapa tetangga dan kerabat telah mulai berdatangan, di rumah. Untuk menyaksikan dan mengantarkan kami (berdua dengan istri). Dengan dibimbing ulama, yaitu Kyai Haerul dan Kyai Ahmad kami berdoa agar diberikan kelancaran dan keselamatan sampai Kembali ke rumah. Pesawat take off sekitar jam 9 pagi, dan landing di Bandara King Abdul Azis, Jeddah sekitar jam 4 sore, waktu salat Asar. Alhamdulillah…. Setibanya di bandara King Abdul Azis, kami segera melaksanakan sholat Ashar. Setelah itu kami mengontrol barang-barang bawaan kami, agar tidak ada yang tertinggal, untuk persiapan berangkat menuju kota Madinah. Di Madinah, kami menuju hotel tempat menginap dan karena terlalu lelah kami langsung tidur, dan masing-masing jama’ah haji menempati kamar/maktab yang sudah disediakan. Kami sendiri telah ditentukan bersama, berlima dalam satu maktab. Yaitu Kami beserta istri (Hj. Kus Anggraini), H. Umar Effendy, dan H. Mochammad Rifa’i beserta istri. Di Madinah, kami tinggal selama delapan hari, untuk melaksanakan sholat arba’in, yaitu sholat yang dilakukan Nabi Muhammad sewaktu berhaji, sebanyak 40x sholat berjama’ah di masjid Nabawi. Nabi bersabda, “Barang siapa sholat di Masjidku 40 kali tanpa terputus maka ia pasti selamat dari neraka dan selamat dari sifat munafik.” Sambil menunggu sholat maghrib, setelah menunaikan sholat ashar kami berkeliling Di Al Baqi, yang terletak 30 m di sebelah Timur Masjid Nabawi, merupakan tempat pemakaman umum yang sudah ada sejak zaman Nabi Muhammmad belum menetap di Kota Madinah. Di sini banyak berkeliaran burung dara, dan ada kepercayaan, jika ingin keturunan banyak dapat memberi makan burung-burung dara di sana. Di Madinah, kami dibawa ziarah/keliling ke tempat-tempat yang bersejarah, yaitu Masjid Quba, Masjid Jum’ah, Masjid Qiblatain (masjid dua kiblat), Jabal Nur (tempat Nabi Muhammad berkhalwat, di dalam Gua Hira’ dan memperoleh wahyu pertama kalinya dan Jabal Rahma (tempat bertemunya Nabi Adam AS dengan Ibu Siti Hawa), dan ziarah berakhir di Madinah Dates Market (Pasar Kurma). Pada hari kesembilan, kami bersiap untuk berangkat menuju Kota Mekkah, yang berjarak 450 km dari Kota Madinah. Barang-barang sudah kami kemasi pada malam harinya agar tidak ada yang tertinggal. Termasuk kain ihram yang besok pagi harus dipakai, karena akan miqot/niat melakukan umroh dan berhaji sekaligus di masjid Bir Ali yang terletak di antara Madinah dan Mekkah. Setelah beberapa hari di Mekkah, sewaktu berjalan dr hotel menuju Masjidil Haram, Adapun kami saat itu membicarakan tentang cara mencium Hajar Aswad, yang konon jika dapat mencium batu tersebut pertanda dapat masuk surga Allah, karena konon batu tersebut berasal dari surga. Sehingga saya berniat untuk menciumnya. Lantas timbul dalam benak pikiran penulis waktu itu, “Seandainya kita diberi undangan masing-masing dan dibuat antrian, kan enak yaa gak usah berebutan…” Alhamdulillah ternyata kata-kata tersebut menjadi kenyataan dan sebuah keajaiban terjadi penulis dapat mencium tepat setelah salat zuhur karena posisi pas satu meter di depannya Hajar Aswad sehingga setelah salam langsung mendapat menciumnya tanpa berebutan dengan jama’ah haji lainnya. Setelah kurang lebih sepuluh hari di Mekkah, kami bersiap untuk melakukan wukuf di Arafah, yaitu pada tanggal 9 Dzulhijjah. Cuaca di Madinah hampir sama dengan di Mekkah atau di Arafah saat itu, yang tidak terlalu panas, bahkan kadang ada hujan rintik-rintik. Arafah terletak di sebelah tenggara kota Mekkah dan berjarak 21 km, dan merupakan tanah lapang yang sangat luas di bagian belakang dikelilingi bukit. Di tengah perjalanan dari Arafah dan Mina kami bermalam di Muzdalifah yang merupakan bukit-bukit dan di sanalah kami mengumpukan batu kerikil yang akan kami bawa ke Mina untuk melempar jumroh. Setelah sampai di kota Mina, yang terletak 9 km sebelah timur Masjidil Haram, kami beristirahat di tenda-tenda yg telah disediakan. Pagi keesokan harinya kami berangkat melewati terowongan Muaisim sejauh 2 km menuju Jamarat. Hari pertama, tanggal 10 Zulhijjah melempar jumroh Aqobah, keesokan harinya, tgl 11 Zulhijjah dan begitu pula tanggal 12 zulhijjah, melempar jumroh Ula, Wustho, Aqobah. Setelah itu kami bertiga pulang mengendarai bus yang sudah disediakan menuju Masjidil Haram di kota Mekkah, karena kami mengambil nafar awal, sedangkan jamah haji yang lain ada yang mengambil nafartsani, yang melempar jumroh lagi yaitu Ula, Wustha, Aqobah pada tgl 13 Zulhijjah. Alhamdulillah, berkat menolong teman yang sakit diberi kelancaran, setelah itu kami segera bersiap untuk melakukan thawaf ifadhoh, yang merupakan rangkaian rukun haji. Setelah itu sa’i dan terakhir yaitu tahalul, sebagai pertanda akhir rukun haji. Sesudah ibadah thawaf ifadhoh ini (dan Sa’i serta tahalul) ini bagi yang suami istri bisa mencari berkah tanah suci mendapatkan keturunan yang sholeh, ini petunjuk ulama Kyai Saiful Bahri, Silo-Jember. Sambil menunggu saat kepulangan, kami habiskan waktu hanya untuk bersholat jama’ah di Masjdil haram, karena pahalanya 100.000 x dari Sholat di masjid Iain. Di samping itu kami juga mengumrohkan kakek dan nenek kami, dimana niatnya berihrom serta miqot diambil di Masjid Jikranah, yang tidak jauh dari Masjidil Harram, dan menggunakan taxi ke sana. Selama di Mekkah kami sewaktu berjalan ke Masjidil Harram kebetulan melewati Pasar seng yang sangat ramai di kanan kiri sepanjang jalan orang berjualan. Pasar ini sekarang sudah tidak ada. Menjelang akhir hari-hari di Mekkah, kami sempatkan untuk menelusuri semua pintu-pintu di Masjidil Harram, Sholat sunnat di Hijir Ismail. Selanjunya melakukan thawaf wada’ atau thawaf perpisahan. Tidak terasa sudah 40 hari kami jalani ibadah di tanah suci dan harus pulang ke tanah air Indonesia tercinta. Dihari itupun kami berkemas-kemas untuk pulang. Di Jeddah ada tambahan ziarah ke laut merah dan keliling kota Jeddah, dan kami pun sempat menunggang unta bersama istri yang ada di laut merah, yang memang disediakan untuk berfoto. Esok hari, merupakan pagi yang cerah ketika kami telah berada di Bandara King Abdul Aziz untuk take off /lepas landas meninggalkan tanah jazirah arab dengan menggunakan Saudi Arabia Airline. Dan alhamdulillah penerbangan mulus dan lancar tanpa hambatan. Demikianlah tulisan kami, semoga bermanfaat.Dua Kata Sejuta Makna
Oleh: Hadi Tasman
Sesekali saya memandang kelangit yang begitu indah berwarna biru dan aneka bentuk awan putih yang berserakan. Suara serpihan udara yang menggoyangkan tumbuhan dan menyejukkan diri. Hijaunya daratan bumi seakan membawa lamunan saya tentang perjalanan hidup semakin dalam. Jarum jam terus berputar sehingga waktu pun terus ikut berjalan, tanpa disadari telah melewati apa yang telah kita lakukan dan tak pernah bertanya mengenai kesiapan kita dalam melewatinya. Saya ingat persis sejak tahun 2003 memiliki pribadi yang introvert dan hanya sedikit yang mau berteman dengan saya. Hal tersebut dialami oleh saya selama 10 tahun yaitu sampai tahun 2013, saat itu saya berada di usia 15 tahun. Selepas tahun 2013 dan masuk tahun 2014 atau usia 16 tahun, ketika itu saya berpikir bahwa saya harus berubah ke arah yang lebih baik. Lalu mulai memberanikan diri untuk aktif mengikuti beberapa wadah organisasi di SMA yang menjadikan diri saya aktif dan banyak teman. Sambil menikmati roda kehidupan, saya dan keluarga mengalami krisis ekonomi yang menurun dratis pada tahun 2014 sehingga saya berpikir harus melakukan usaha. Akhirnya, saya mengucapkan kata “Bismillaah” dan memutuskan untuk berjualan JASUKE sendiri yang di jual setiap hari pada tahun 2015 ke tiap kelas di SMA. Jualan tersebut saya lakukan selama satu tahun dan hasil dari jualan tersebut saya mempunyai pemasukan yang lumayan bisa di pakai untuk bekal sehari-hari dan memenuhi kebutuhan perlengkapan sekolah sampai akhirnya saya menikmati dengan mengucapkan “Alhamdulillah”. Kalau sejak tahun 2003 saya menjadi seorang yang introvert, tahun 2016 saya mulai memberanikan diri untuk berbicara di depan umum sedang berbagi ilmu dan motivasi kepada siswa dan teman-teman di kelas maupun sekolah. Kabar barunya, saya pun dipercayai oleh salah satu ekskul di SMA untuk mengisi materi rutin tiap seminggu sekali. Sungguh hal tersebut merupakan pengalaman yang paling berharga karena bisa menjadikan diri saya berubah ke arah yang lebih baik. Masih tahun 2016 saatnya saya akan menentukan pilihan antara melanjutkan pedidikan atau bekerja. Di satu sisi, orang tua saya menginginkan saya melanjutkan pendidikan ke jenjang perkuliahan, tapi di sisi yang lain saya pribadi inginnya bekerja dengan alasan ingin sekali membantu meringankan perekonomian keluarga yang sedang krisis. Singkatnya, saya coba mendaftar ke beberapa perguruan tinggi di Indonesia, ternyata saya diterima di salah satu universitas yang ada di Yogyakarta dari sekian perguruan tinggi yang saya daftarkan. Lalu, saya pun musyawarah dengan orang tua mengenai pilihan di ambil atau tidak untuk kuliah di Yogyakarta. Saya memikirkan beberapa pertimbangan, karna kampusnya jauh sekali dari tempat tinggal saya. Kalau saya ambil, nanti bagaimana dengan uang pendaftaran ulang, uang transportasi, menginap, biaya sehari-hari, biaya tempat tinggal, dan lain-lain. Nah, dari pertimbangan tersebut saya menjadi bingung untuk membuat keputusan untuk diri sendiri. Tapi, terucaplah kalimat yang menyejukkan dari orang tua berkata “nak, bismillaah kuliah kamu ambil saja, lanjutkan pendidikannya. Urusan uang dan biaya lainnya biar Ayah dan Ibu pikirkan, kamu tidak perlu banyak pikiran. Ayah dan Ibu sangat bangga karena kamu bisa diterima di perguruan tinggi negeri yang ada di Yogyakarta, kamu hebat sekali nak”. Mendengar kalimat seperti itu otomatis saya langsung menangis karna begitu dahsyatnya aliran pikiran dan ucapan orang tua yang tersampaikan kepada saya. Saat itu saya belum bisa menanggapi langsung karna tersesak menangis dan tidak kuat bibir ini melantunkan jawabannya. Akhirnya, saya pun bisa menanggapi ucapan orang tua dengan lirih “iya ayah..ibu.. bismillah saya akan nurut sama ayah..ibu.. makasih sudah mempercayai saya, saya janji dan yakin suatu saat saya akan membahagiakan ayah dan ibu.” Sambil tersenyum dan mengucap bismillaah, saya berangkat ke tanah Yogyakarta untuk melanjutkan pendidikan kejenjang perkuliahan. Saat di Jogja sementara saya tinggal di rumah saudara sembari saya memikirkan dan mencari tempat yang cocok. Awalnya saya ingin tinggal di kosan, tapi melihat uang yang saya miliki saat itu tidak cukup untuk membayar di awal. Akhirnya, saya memutuskan untuk mencari tempat tinggal gratis yaitu Masjid yang biasanya disebut sebagai Marbot artinya penjaga Masjid. Ternyata banyak sekali mahasiswa-mahasiswa yang tinggal di beberapa Masjid yang ada di Yogyakarta. Singkat cerita, saya mendapatkan Masjid yang cocok untuk tempat tinggal saya di Yogyakarta sambil menempuh perkuliahan. Walaupun sebelumnya saya ragu apakah bisa tinggal di Masjid dan setelah mengikuti proses test dan interview, Alhamdulillah saya diterima untuk tinggal di Masjid tersebut dan tinggal bersama teman-teman mahasiswa lainnya. Memiliki uang secukupnya dan barang yang dimiliki seadanya, ternyata bisa menghidupkan di tanah Yogyakrta sehingga bisa bertahan dengan kenikmatan yang ada. Setiap yang saya lakukan di Yogyakarta selalu saya hadapi dengan senyuman dan kebahagiaan. Pada tahun 2017 sampai 2018 dengan mengucap Bismillaah saya bekerja serabutan apa saja yang bisa menghasilan uang untuk kebutuhan sehari-hari, karena kalau hanya memakai uang yang diberikan oleh orang tua tidak akan cukup untuk sebulan. Saat itu saya bekerja apa yang bisa saya lakukan, seperti mencuci mobil, cathering, dan freelance guru. Singkat cerita, Alhamdulillah saya bisa mendapatkan pemasukan untuk kedepannya bisa membeli atau memiliki apa yang akan menjadi kebutuhan saya. Ketika disela waktu yang terus berjalan tanpa henti, saya mulai mengalami kondisi yang padat dalam kegiatan dari pagi hingga malam. Padahal, saya punya tanggung jawab yang dilakukan di tempat yang saya tinggal yaitu Masjid. Terkadang ada aktivitas yang saya tinggalkan di Masjid karna saya memiliki kegiatan di luar. Tapi di sisi lain pun saya harus melakukan kegiatan di luar karna ada sesuatu hal yang bisa membantu kebutuhan saya sehari-hari. Hal tersebut yang menjadikan diri saya hari bisa mengelola waktu yang baik dan benar. Saya berpikir dan merenung di ketenangan pagi hari dan malam hari tentang keberadaan saya di kehidupan yang singkat ini membuat saya ingin mengalami perubahan. Perubahan yang benar-benar saya lebih bahagia dan bisa membahagiakan orang lain. Akhirnya saya memutuskan untuk harus mengikuti pelatihan-pelatihan yang dapat melejitkan kemampuan dan kesuksesan agar hidup lebih bermakna. Dengan melantukan Bismillaah, pada tahun 2019 saya mulai ikut pelatihan soft skill dan hard skill di tanah Yogyakarta. Bermula terjun saya mengikuti pelatihan Human Resource Officer (HRO) yang diselenggarakan oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) pada tahun 2019 di Yogyakarta. Alasan saya mengikuti pelatihan tersebut karena menyesuaikan dengan Program Studi saya di Perkuliahan. Saat itu sumber keuangan nya sebagian dari tabungan saya dan minjam ke saudara sehingga Alhamdulillah saya bisa melaksanakan pelatihan tersebut. Masih di tahun 2019 saya ikut pelatihan Public Speaking yang merupakan salah satu ilmu di bidang soft skill. Karna saya menemukan info bahwa sangatlah penting dan berpengaruh sekali ketika memiliki soft skill karena bisa melejitkan nilai seseorang untuk mencapai kesuksesan. Saya sangat tertarik sekali terhadap keilmuwan tersebut sehingga ikut kembali pelatihan Public Speaking yang sertifikasi. Ada suatu kabar kurang baik yang hadir tiba-tiba di keluarga saya mengenai ekonomi dan hubungan keluarga sehingga saat itulah saya mulai mendapatkan uang bulanan yang seadanya atau sangat sedikit yang orang tua berikan. Atas kejadian tersebut saya berpikir lebih luas lagi mencari cara menambah keuangan karena untuk bekal sehari-hari saya di Yogyakarta. Disaat orang lain sedang beraktivitas di kota Yogyakarta, saya beraktivitas seperti biasanya juga di kota istimewa Yogyakarta sambil kuliah, bekerja, dan kegiatan lainnya. Maka datanglah ide yang hadir di dalam pikiran saya bahwa saya harus melakukan yang ada hasil positif nya terkhusus di keuangan yaitu investasi leher ke atas. Masih ingat betul ada kalimat yang berbunyi bahwa dengan memiliki keilmuan maka akan bisa mengendalikan atau menguasai keadaan. Diawali dengan ucapan Bismillaah, masih di tahun 2019 saya ikut acara seminar di Malang dan Jakarta dimana saat itu keuangan yang saya miliki kurang untuk ikut acara tersebut sampai pada akhirnya saya pun meminjam uang lagi ke saudara. Karna uang yang saya pinjam akan di pakai untuk mambayar acara, penginapan, makan, dan yakin sekali saya bisa mengembalikan semua uang yang telah saya pinjam. Kesempatan selanjutnya sama persis dari sebelumnya, saya pun ikut lagi acara pelatihan yang diadakan di Yogyakarta pada tahun 2019 yang dilaksanakan 4 hari dan memakan biaya lumayan banyak. Hal tersebut membuat saya semangat dan akhirnya sumber biayanya dari hasil pinjaman saya ke saudara. Sangat nekad yang saya lakukan, namun bagi saya hal itulah yang membuat saya memulai titik awal atau batu loncatan untuk mencapai perubahan atau kesuksesan. Saya mengalami kondisi yang benar-benar krisis sekali yang terjadi tahun 2018-2019, walaupun ditahun sebelumnya krisis juga. Pada dua tahun tersebut sampai saya hampir memutuskan untuk berhenti kuliah karena keadaan yang krisis ekonomi dan hubungan keluarga. Tapi saya pribadi tidak ingin mundur atau jatuh hanya dengan tabrakan yang tidak akan terjadi lama sampai akhirnya saya berpikir dan melakukan tindakan untuk berubah dan lebih baik lagi. Singkat cerita, pada tahun 2019 saya pun mengucapkan Bismillaah dan melaksanakan pernikahan diusia saya masih 21 tahun. Seiring berjalannya waktu banyak sekali tantangan yang bertubi hadir dalam hidup saya, tapi Alhamdulillah semuanya bisa teratasi dan terlewati satu persatu. Akhirnya di tahun 2020 saya bisa menjadi seorang Trainer, Coach, Therapist, dan Motivator. Semua yang telah saya dapatkan sampai saat ini adalah dari dua kata ajaib yaitu Bismillaah dan Alhamdulillah yang bisa menghasilkan sejuta makna.Syukur Tiada Bertepi
Oleh: Otty Widya
Saya tulis kisah ini sebagai salah satu ungkapan rasa syukur yang tiada terhingga kepada Robbul Izzati Alloh Subhanahu Wata’ala. Dialog mesraku dengan-Nya saat melewati masa-masa sulit kehidupan. Dalam kesedihan, dalam kegundahan, dalam kenestapaan, dalam duka, dalam luka, dalam diam tak bertepi….Syukur. Sholawat serta salam kepada Rosululloh SAW, . Dalam kisah hidup Beliau yang mengajarkanku tentang rasa syukur yang tiada bertepi tanpa batas walaupun hidup dalam keterbatasan. Ayahku, R. Nono Soetopo Wahyoehadi (Alm). Yang telah melatihku, membimbingku, mengajarkanku tentang syukur dalam segala keadaan. Sekecil apapun. Menyenangkan atau menyedihkan. Tetap rasa syukur yang senantiasa terpatri. Bekal mengarungi kehidupan yang maha luas dan terkadang ganas. Ibundaku tercinta, Sri Utami. Guru terbaik bagi putra putri tercinta serta anak murid di seantero negeri. Praktik rasa syukur tidak terbatas pada dimensi kebahagiaan, kenyamanan dan kekayaan. Namun, rasa syukur terhadap segala karunia Alloh dalam keterbatasan, ketiadaan dan kekurangan. Adik pertamaku, Anang Budyo Utomo, S.T. Jazakumulloh telah membersamai, merasakan nikmatnya rasa syukur dalam segala kondisi. Berpikir zigzag untuk menyelesaikan semua tantangan kehidupan. Adik keduaku, Yulliharto Rezki Baroto (Alm). Jazakumulloh telah menunjukkan rasa syukur meski diuji dengan sakit yang panjang dan harus pulang kepada Yang Maha Rohman dan Rohim. Dalam remgkuhan ridho-Nya. Semoga husnul khotimah. Aamiin Semua guruku terutama Abi Ihya’ Ulumiddin. Dengan keilmuan Beliau dan teladan Beliau mengajarkanku tentang Makna Syukur yang tiada bertepi dalam segala kondisi. Penuh khidmah dan hikmah berbingkai syukur. Yang semakin bertambah. Suamiku tercinta, Dimas Aditya Raharjo. Jazakumulloh telah membersamai setiap langkahku untuk lebih memaknai syukur dalam setiap labuhan mahligai kita. Mendidik dan membesarkan kelima buah hati kita.Ahmad Arif Hatim Abu Royyan, Amiroh Qurba Ummi Aflaha, Ahmad Hizamul Haq Abu ‘Asyrin, Ahmad Akhlis Dinan Abu Ya’la, dan Muhammad Dalil Birri Abu Fa’idl. Bersama meraih ridloNya. Dalam rengkuhan rahmat-Nya. Berkumpul di jannah-Nya. Abadi. AamiinBerdamai dengan Sakit
Bermula ketika saya di bangku SMP kelas dua. Saya sering sekali merasa sakit kepala. Terkadang pusing yang berkepanjangan. Hampir setiap hari, kepala saya sakit. Cenut- cenut. Kadang seperti ditekan. Kadang pusing. Kadang terasa berat di bagian belakang. Nyeri separuh. Macam-macamlah. Untuk meredakan rasa sakit tersebut…saya selalu membawa minyak Cap Kapak. Saya oles di kening, di leher hingga terasa hangat. Alhamdulillah lebih enakan. Karena saya merasa nyaman dan cocok dengan minyak Cap Kapak, jadi ketergantungan. Setiap hari, minyak tersebut menjadi “parfum” favorit. Kemana-mana selalu saya bawa. Tidak lengkap rasanya apabila pergi tanpa membawa minyak Cap Kapak. Meskipun keluar sebentar membeli gula di warung, kaki bisa berbalik arah jika belum membawa serta sang minyak kapak. Teman sebangku saya adalah teman yang tidak terganggu dengan bau khas minyak kapak. Kebayang kan bagaimana baunya diriku saat itu?. Bau pesakitan…He..he… Saya pun menjadi kolektor botol minyak Kapak. Mulai botol kecil seukuran kelingking seorang gadis hingga ukuran jumbo-separuh telapak tangan…ada semua. Saya simpan rapi dalam kardus.Koleksi ini berlanjut selama bertahun-tahun hingga menginjak bangku kuliah. Rasa sakit kepala yang berkepanjangan. Karena hampir setiap hari kepalaku terasa sakit. Pernah saking sakitnya, rambut saya raba sakitnya luaarrrr biasa. Terkadang bunyi “kretek- kretek”. Terkadang disertai bau seperti bau nanah yang ada di dalam saluran hidungku. Terkadang kepala terasa seperti ditindih batu besar dan berat. Mata lebih sensitif terhadap pencahayaan. Memerlukan penyesuaian apabila harus keluar rumah. Terkadang perlu dituntun sambil memejamkan mata. Untuk mengurangi ketidaknyamanan karena silau. Sengaja saya tidak minum obat yang beredar di pasaran. Saya lebih memilih untuk beristirahat yang cukup. Asupan gizi yang memadai. Apabila sakit, saya lebih memilih herbal. Madu, habbatussauda, bekam, puasa, tahajud. Saya pernah memeriksakan diri kedokter, katanya kecapekan, banyak pikiran atau kadar HBnya rendah. Tekanan darah juga rendah. Biasanya teman-teman saya selalu menyarankan agar segera minum obat. “Kok betah sekali sih, menahan sakit kepala?”. Namun…Saya selalu berusaha meredakannya dengan hal-hal yang alami. Sakit kepala tidaklah menghalangi saya untuk beraktifitas. Biasanya orang jika sakit, tiduran tidak masuk sekolah. Sedangkan saya…lebih memilih untuk tetap masuk sekolah, masuk kuliah hingga masuk kerja. Meskipun dalam kondisi sakit. Berdiam diri sakit. Beraktifitas juga sakit. Lebih baik memilih untuk tetap beraktifitas meski dalam kondisi sakit. Biasanya kalau sakitnya sampai batas anggota tubuh lemah sekali. Untuk bergerak sudah teramat lambat sekali, badan panas sekali. Saking panas dan lemahnya, seolah malam itu malam terakhir saya di dunia dan seolah tidak akan bertemu pagi. Dengan indikasi seperti itu barulah istirahat. Ijin tidak masuk karena sakit. Namun demikian, terkadang ketika pagi menjelang….teringat wajah-wajah mungil tak berdosa….wajah ceria murid-muridku….wajah polos anak-anakku….membuat diri bangkit. Melaksanakan rutinitas sebagai ibu sekaligus guru…. Menikmati rasa sakit, membuat diri ini bersyukur betapa nikmatnya sakit. Dengan sakit kita bersyukur karena dapat menikmati kemesraan dengan Sang Pencipta. Menikmati setiap detik waktu, setiap detak jantung, setiap hembusan nafas, setiap kedipan mata, setiap lambaian tangan, setiap ayunan langkah, setiap kata yang terucap meski sebatas gumaman, semua benar- benar kenikmatan yang patut disyukuri. Karena sakit pula dan beberapa alasan lain, saya perlu cuti beberapa semester. Padahal waktu itu tinggal skripsi yang sudah berjalan 40%. Tapi alhamdulillah ‘ala kulli hal. Dengan kondisi demikian saya bisa bertemu dan bersama dengan Abi Ihya’. Berinteraksi dan mengabdi pada komunitas religius di sebuah pondok pesantren pegunungan. Kini setelah berdamai dengan sakit kepala selama 30 tahun lebih…Alhamdulillah atas ijin Alloh. Saya tidak merasakan sakit kepala lagi. Semakin usia bertambah saya semakin sehat. Sakit bukanlah alasan untuk berpangku tangan dan bermalasa-malasan. Meskipun sakit tetap bisa beraktifitas seperti pada umumnya. Banyak orang yang tidak mengetahui bahwa kita sebenarnya sedang sakit. Karena sakit yang tak nampak. Tidak semua orang bisa memahami rasa sakit yang kita derita. Hatta orang terdekat kita. Orangtua kita. Sahabat kita. Bahkan suami kita. Namun kembalikanlah semua rasa sakit kita kepada Allah Sang Pencipta sakit. Karena atas kehendak- Nyalah sakit bisa sembuh. Bukan karena dokter atau tabib. Bukan pula karena obat. Semua murni atas kehendak-Nya semata. Kun fa yakun. Mari, Bersyukur! Jalan terindah dari kehidupan adalah Mensyukuri apa yang telah kita jalani Setiap hari, tanpa ada penyesalan.Syukur akan membuat indah yang buruk. Syukur akan membahagiakan yang sedih Syukur akan melegakan yang sempit Syukur akan meluruskan yang bengkok Syukur akan menyembuhkan yang sakit “Syukur adalah obat bagi semua masalah hidupmu” -Ibnu Qoyyim Al Jauziah-Bersyukur Tanpa Terkecuali
Oleh: Gojali, S.TP
“Banyak orang berkeluh kesah dalam hidupnya, lantaran enggan ‘bersyukur’ atas nikmat yang Tuhan berikan. ‘Kata satu ini adalah kata ajaib’ jika dilakukan terus menerus setiap waktu dan setiap saat.” batinku. Ya, kebanyakan orang hanya mengeluh kurang bersyukur atas hidupnya. Padahal, semua orang sudah diberi rezeki, nikmat sehat dan menghirup udara segar setiap pagi dikala orang lain hanya bisa berbaring di rumah sakit. Banyak orang pula yang tidak sadar diri, mau lebih tetapi tidak mau bercukup diri, tidak merasa puas akan hal yang sudah terjadi. 2014 saya memutuskan untuk merantau di kota Purwokerto. Selesai sekolah menengah atas teman-teman ada yang bekerja, ada yang melanjutkan perguruan tinggi. Tidak sedikit teman-teman yang mendaftar di perguruan tinggi termasuk saya. Tetapi, tidak banyak juga yang diterima diperguruan tinggi. Alhamdulillah, saya termasuk orang yang diterima di dua universitas sekaligus. Kebetulan, saat itu saya mendaftar di 2 universitas untuk mengantisipasi tidak diterima. Satu mendaftar di universitas swasta dan satu lagi mendaftar di universitas negeri. Karena diterima dikeduanya, saya memutuskan untuk mengambil universitas negeri agar tidak membebankan biaya orang tua, universitas swasta lebih banyak biaya, sedangkan universitas negeri sedikit biaya kuliah. Biaya hidup menyesuaikan dengan gaya hidupnya. Selain itu, di universitas negeri ada sodara yang kuliah juga disana. Jadi, membuat orang tua lebih yakin karena ada sodara. Walaupun kenyataannya berbeda kampus dan jarang bertemu dengan sodara saya. Saya termasuk orang yang mau menerima apapun yang terjadi, dan berterimakasih atas kehidupan ini. Mempunyai prinsip yang penting ‘memulai dulu menyempurnakan kemudian.’ Terkadang saya tidak menyangka akan menjadi orang besar, dan beruntung dalam kehidupan ini. Tetapi, bagi saya bukan sekedar beruntung karena di dunia ini tidak ada yang namanya ‘keberuntungan’, yang ada hanyalah omongan orang ketika sudah mencapai keberhasilan. Tidak tahu apa yang telah dilalui oleh orang tersebut. Karena apapun itu semua harus diperjuangkan, diusahakan, diikhtiarkan oleh masing-masing orang. Setiap masalah ada solusi, setiap keputusan ada konsekuensi. Jadi, apapun yang terjadi terima saja dulu kemudian ‘berterimakasih. Sebabnya saya sering berucap “Terimakasih”, ketika bangun tidur, sebelum tidur, setiap waktu dan setiap saat. Alhasil, saya banyak diamanahi sebagai ketua panitia yang menjadikan saya terus belajar memantaskan diri. Saya yakin, layak menjadi orang besar. Tidak hanya itu, banyak hal yang terjadi dalam hidup ini dan saya bangga. Ketika kebanyakan teman hanya dapat ilmu dari bangku kuliah, saya lebih dari itu. Karena saya orang yang aktif diorganisasi dan aktif di luar kampus, banyak peluang dalam berbagai hal yang menghampiri. Dimulai diamanahkan menjadi pengurus himpunan mahasiswa, menjadi kepala bidang, ketua panitia, ketua paguyuban, staff PSDM BEM, dan menjadi leader di salah satu bisnis. Kuncinya adalah banyak terimakasih, bersyukur atas kehidupan ini. Saya terharu, ketika saya diajak bekerjasama dengan salah satu konveksi yang memang itu potensi dalam diri saya. Dengan potensi saya yang aktif bersosialisasi, mudah bergaul, punya banyak kenalan dan saya termasuk orang yang dikenal di lingkungan kampus. Karena sifat saya yang ramah, mau berteman dengan siapapun dan tetap rendah hati terhadap orang lain. Pernah saya rasakan menerima satu juta pertama dari kerjasama dengan konveksi. Saat itu, saya menawarkan jasa konveksi ke kalangan ketua panitia makrab (malam keakraban) mahasiswa baru. 1 kaos dihargai Rp.1000 x berapa yang order. Syukur Alhamdulillah saya dapat orderan 1000. Selain itu, ketika saya hendak main di tempat konveksi saya diberi makan dan minum. Diajak nongkrong ditempat kopi. Pokoknya asik banget! Bersyukur tanpa terkecuali, karena dapat Pengalaman, ilmu berbisnis, uang, dan juga kaos. Sudah seperti keluarga sendiri dengan yang punya konveksi. Bahkan sampai sekarang saya masih berkomunikasi dengan beliau. Lain cerita, ketika saya menjadi ketua panitia kunjungan industri, kala itu saya menjadi pengurus himpunan mahasiswa bidang kewirausahaan. Salah satu program kerjanya, yaitu Kunjungan Industri. Saat rapat panitia, hal yang dibicarakan adalah mengenai Biro Jasa Perjalanan. Pilihannya mau mandiri, atau pakai Jasa. Setelah merinci biaya, lebih hemat pakai Biro Jasa. Karena tidak merepotkan panitia dan juga panitia lebih mengurusi hal lainnya. Seperti keikutsertaan peserta dan Industri apa saja yang akan dikunjungi. Ohiya, ngomong-ngomong saya kuliah di jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto. Hasil rapat sepakat memakai biro jasa perjalanan. Selesai rapat saya salat ashar di masjid kampus, ada salah satu senior beda jurusan bertanya pada saya, “lagi rapat? ohiya, ini baru selesai mas.” Ucap saya. Tadi saya dengar himpunan kamu mau ada acara kunjungan industri ya? Lanjutnya. Oh iya benar mas, ucap saya. Kalau mau saya punya kenalan biro jasa perjalanan. Ini kontak nya, siapa tahu butuh. Ucapnya. Dalam hati, wah Alhamdulillah sudah ada cannel biro perjalanan. Kebetulan karena saya sebagai ketua panitianya jadi besok nya saya langsung survey beserta peserta lain ikut survey juga. Selesai survey saya adakan rapat kembali masing-masing panitia memaparkan hasil surveynya. Dan memperhitungkan mana yang paling hemat budgetnya tetapi, dapat fasilitas wah. Setelah pemaparan terpilihlah biro perjalanan yang disurvey oleh saya. Ternyata biro perjalanan saya pakai metode marketing referral, siapa yang merekomendasikan dia dapat fee. Mas senior yang mereferensikan ke saya dapat fee. Tibalah saat pertama kali rapat dengan biro perjalanan. Bersyukur kembali karena saat itu saya sebagai ketua diajak ketemuan disalah satu kafe di Purwokerto. Semua makanan dan minuman dibayar oleh biro perjalanan semua. “Maklum mahasiswa seneng banget dapat traktiran makan.” Bahkan setiap rapat selalu dibayarin, dan ternyata ini adalah salah satu ‘service excellent’ suatu bisnis. Ketika calon customer senang, nyaman, otomatis merekomendasikan kepada orang lain. Bisnispun akan terus berjalan karena order berdatangan. Saya bersyukur kembali saat waktu kunjungan industry, karena sebagai ketua panitia selalu diwawancara ketika hendak disuatu rest area restoran, Industri Sari Roti, Sidomuncul, Bakpia Pathok, Coklat Monggo, dan di tempat wisata. Untuk dokumentasi. Banyak cerita lainnya yang saya alami dan saya rasakan. Tidak hanya manisnya saja, pahitnya pun ada. Semakin banyak kegagalan maka semakin banyak kesuksesan. Jadi, jangan takut pada kegagalan. Tetapi, takutnya ketika anda takut mencoba dan tidak pernah memulai apapun dalam hidup. Kata ajaib adalah kata yang tidak semua orang mau mengucapkan setiap waktu dan setiap saat. Yaitu “Terimakasih” Bersyukur tanpa terkecuali. Salam bertumbuh, Coach Gojali Head of Marketing Public Relations Edu Learning AcademyApapun Yang Terjadi, Bersyukurlah
Oleh: Kang Dhea
Bismillaaah… Rasa syukur adalah bukti bahwa kita berterimakasih kepada Allaah subhaanallahuwataala atas karunia yang telah diberikan sampai saat ini, karena masih diberi waktu untuk taubat dan bisa taat sebelum wafat yang Insyaa Allah bisa mengantarkan kita bahagia dunia Akhirat. Itulah do’a yang selalu kita sampaikan dipenghujung setiap lantunan doa yang lain dan bahkan menjadi doa yang sangat populer bagi siapapun, sehingga orang menyebutnya do’a sapu jagat. Bersyukur adalah ungkapan karena Allaah telah memberi kepada kita kenikmatan yang tiada taranya, baik nikmat ketika mendapatkan kebahagiaan karena mempunyai anak yang sholeh bagi yang sudah berkeluarga, karena naik jabatan bagi pekerja atau apapun yang dinilai menggembirakan dilihat dari kacamata manusia dalam pandangan dunia, karena bisa jadi banyak orang yang bersyukur ketika Allaah uji dengan kurang sempurnanya panca indra, karena akan ada amanah yang tak harus dipertanggung jawabkan atas berkurangnya panca indra yang diterima. Yang tunanetra, bisa jadi mereka bersyukur karena matanya tidak akan dihisab diakhirat kelak, serta terjaga pandangannya dari hal hal kemaksiatan, sementara mata yang sempurna bisa jadi tempat terjadinya awal dosa bagi yang tidak bijak dalam menggunakannya atau mensyukuri atas nikmat kesempurnaan panca indra yang ada. Bahkan mereka bersyukur karena dengan ujian yang menurut manusia secara kasat mata adalah sebuah kekurangan, namun bisa jadi sebuah kelebihan, karena mereka bisa belajar bersabar, dan mereka yakin dengan apa yang difirmankan oleh Allaah subhanaahuwatala dalam Alquran yang artinya “Apa yang ada disisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan Kami pasti akan memberi balasan kepada orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”(Q.S.An-nahl 16:96). Banyak cara dalam bersyukur, ada seorang sahabat yang punya niat melaksanakan Ibadah Umrah dengan cara menabung bersama teman komunitasnya agar timbul semangat dalam kebersamaan dan sudah menjadi suatu keniscayaan kalau bareng-bareng semangatnya melebihi ketika sendirian, dengan berjalannya waktu, tibalah saatnya untuk menentukan keberagkatan, Alhamdulilaah sahabat yang lainya berhasil untuk bisa nabung dan memutuskan untuk berangkat pada bulan yang telah ditentukan juga, Qodarullaah seorang sahabat tersebut satu satunya yang belum jadi berangkat dengan sahabat lainnya yang tabungannya sudah memenuhi untuk kebrangkatan dari jadwal yang sudah ditentukan, beliau Alhamdulilaah baru bisa menabug senilai 5 juta sehungga belum bisa untuk berangkat pada saat itu, kalau memaksakan mungkin bisa saja dengan cara meminjam, namun memilih untuk tidak berangkat pada saat itu, bukankah hidup adalah apa yang kita jalani bukan apa yang kita inginkan Kira kira menurut anda, kalau tabungannya kurang, berrati dia harus meneruskan untuk menambah tabungannya agar bisa segera menyusul berangkat Ibadah Umrah bukan? Namun apa yang dia lakukan, dia ambil uang yang 5 juta tersebut dan dipakai buat makan makan, oh ternyata bukan sob he he…tapi dia ambil uangnya dan langsung disedekahkan ke tempat pembangunan madrasah, yang memang pada bulan tersebut ada seorang ustadz yang akan melakukan peletakan batu pertama untuk sebuah madrasah, secara logika, dia akan lama lagi untuk bisa berangkat Ibadah Umrah karena tabugannya nol kembali (dihadapan atau menurut perhitungan manusia ), namun dia yakin dengan yang telah Allah janjikan dalam Alquran yang artinya “Dan apa saja yang kamu infakkan, Allah akan menggantinya, dan Dialah pemberi Rizki yang terbaik yang akan menggantinya.” ( Q.S. Saba 34:39 ), tinggal kitanya, yakin atau tidak, mau atau tidak…dan apa yang terjadi, karena tekad niatnya untuk berangkat Ibadah Umrah sangat kuat, dan dengan keyakinan serta kemauannya yang tinggi, maka Allaah kasih Rizki beberapa bulan berikutnya dia bisa melaksanakan Ibadah Umrah sudah tidak harus menabung lagi, bahkan Allah kasih Rizki untuk bisa berangkat dengan sang istri tercinta, namun Allah belum memberi ijin, karena anaknya memerlukan pendidikan dan masih belum bisa ditinggal selama Umrah. Bersyukur telah dicontohkan oleh ibunda umat muslim bahwa Siti Asiyah ra sang istri Rasuuluaah shalallahu’alaihiwasalam mengatakan baiti jannati untuk rumahnya yang seukuran dengan makam Rasulullaah shalallahualaihiwasalam yang berada dimadinah (masjid nabawi) sekarang, dengan rasa syukur yang ia katakan bahwa Allah takan membiarkan hamba-Nya yang selalu bersyukur karena Allah subhaanahuwataala pun telah menjanjikan seperti yang termaktub dalam Alquran yang artinya “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka azabku sungguh sangat pedih ( Q.S.Ibrahim 14:7 ), karena rasa syukur yang ada itulah sehingga walaupun rumahnya sederhana padahal sang suami tercinta Rasulullaah adalah kekasih Allah, maka kenimatan yang tiada taranya justru karena dengan kondisi yang menurut manusia adalah berkekurangan, namun dengan hati yang Qonaah serta Ridha dari apa yang dijalani, tentu allaah memberikan rasa yang berkecukupan dengan apa yang ada dan karena yakin bahwa apa yang baik menurut Allaah adalah yang terbaik untuk hamba-Nya. Wujud syukur yang tak boleh dipandang sebelah mata dan sebagai contoh paripurna dari seorang hamba adalah langsung dicontohkan oleh Rasululllaah shalahualaiwasalam, beliau selalu mensyukuri apapun yang telah diberikan Allah padanya, bahkan tidak pernah sekalipun Rasulullaah mengeluhkan pemberian Allaah azzawajalla apapun situasi dan kondisi yang menimpa dirinya. Ekspresi dari sebuah rasa syukur itu bukan hanya dengan ucapan lisan, namun juga dengan perbuatan atau tindakan nyata, baik terhadap sesama terlebih dalam ibadah dengan tekun kepada allaah subhaanahuwataala dengan hebat kendati Rasuulullaah telah dijamin masuk surge, namun ‘Ibadahnya begitu dahsyat, bahkan dalam sebuah kisah disampaikan bahwa begitu tekun dan khusyunya menunaikan shalat malam, kedua telapak kaki Rasul pecah pecah bahkan bengkak bengkak, hingga menimbulkan pertanyaan para sahabatnya juga istri tercinta yang setia Sayyidah Aisyah” mengapa engkau melakukakn itu semua ya Rasulullaah? Padahal Allah telah mengampuni dosa dosamu yang telah lalu dan yang akan datang!apakah aku tidak senang menjadi hamba yang banyak bersyukur? Begitulah jawaban Rasuulullaah shalallhu’alaihi wasalam. Lantas bagaimana dengan kita yang dosa masih banyak, surga belum jelas, amalan belum tentu diterima, baca Alquran jarang, terus..lalu ingin masuk Surga firdaus, masihkah tetap tidak mau bersyukur? Sudah saatnya kita makin bisa bersyukur dengan selalu berikhtiar melaksanakan perintah-Nya serta menjauhi segala larangan-Nya, lakukanlah semua kebaikan jika Allah memberikan kesempatan, tanpa harus melihat nilai pahala dari apa yang kita lakukan, karena kita tidak tahu amalan mana yang Allaah terima, bisa jadi Allaah tidak melihat besar atau kecilnya sebuah amalan, namun sesuai perintahnya dan contoh Rasul- Nya tidak? Karena itulah dua hal yang harus kita pegang dalam sebuah ‘Ibadah (Ikhlas dan mutaba’ah/ittiba), bukankah allaah yang menciptakan mati dan hidup?dan kita diuji, siapa diantara kita yang lebih baik/benar amalnya (Q.S.Al-Mulk 67:2), maka ketika kita belum bisa beramal banyak, jangan khawatir karena Allah hanya ingin amalan kita yang benar, kalau sudah benar, baru kita berpikir bagaimana agar amalan kita lebih banyak dari orang lain untuk menunjukan rassa syukur kita pada Allah subhaanahuwata’aala, bahwasanya dengan sisa umur yang ada, kita berikhtiar untuk bisa taat serta manfaat untuk umat agar bahagia dunia Akhirat. Wujudkan rasa syukur kita dengan selalu semangat pantang mengeluh walau kadang jenuh dan tak ada kata menyerah walau kadang lelah, maka lakukanlah semua dengan lillaah agar lelahmu bernilai ‘badah. Teruslah bergerak dengan kompak agar tetap berdiri tegak dan hidup lebih layak dan tak mudah koyak walau harus merangkak. Tunjukan rasa syukur kita dengan selalu berikhtiar thalabul Ilmi untuk hidup lebih berarti hingga mambu berbagi karena semua dari Ilahi Rabbi dan suatau saat kita akan kembali, walaupun mati itu misteri namun pasti. Semangat berjuang semangat bersyukur sebelum dikubur agar hidup makin makmur. Jangan panik tetap waspada, mari berbuat baik syukuri dan nikmati apa yang ada.Syukur Kepada Allah
Oleh: Abdurrahman ASW
Lirik Nasyid Syukur – Raihan Ucaplah Alhamdulillah syukur kita kepada Allah Ucaplah Alhamdulillah syukur kita kepada Allah Shalawat ke atas Nabi, Muhammad ya Rasulallah Shalawat ke atas nabi, ya Rasulallah Tanda syukur itulah taat Setiap tempat setiap waktu Syukur itu dapat dilihat Pada sikap dan tingkah laku Marilah bersama kita bersyukur Kepada Allah kita bersyukur Syukur itu sifat mulia Hindar dari tamak dan loba Rasa cukup apa yang ada Hati tenang hidup sejahtera Mari amalkan rasa bersyukur Hidup bahagia, aman dan makmur Syukur, syukur, syukur ya Allah Syukur alhamdulillah Syukur itu banyak caranya Taat beribadah tekun berusaha Saling membantu berkasih sayang Murah senyuman tulus sedekah Marilah kita beramal bersama Rasa bersyukur kita suguhkan Itulah lirik syukur yang sering kita dengarkan lantunan nasyidnya beberapa tahun yang lalu. Kita juga sering mendengar ucapan syukur disetiap kesempatan, ada yang berindikasi kebaikan dan ada yang berindikasi kejelekan. Kalau yang berindikasi kebaikan biasanya terkait dengan kejadian yang menyenangkan dan kebahagiaan, biasanya diiringi dengan ucapan alhamdulillah contohnya seperti syukur Alhamdulillah atau hanya alhamdulillah (saja). Kalau yang berindikasi kejelekan biasanya terkait dengan mengejek karena tertimpa kesialan, biasanya diucapkan sukur loh. Menurut kamus bahasa Indonesia syukur/ syu·kur/ 1 n rasa terima kasih kepada Allah: ia mengucapkan — kepada Allah karena terlepas dari marabahaya; 2 p untunglah (pernyataan lega, senang, dan sebagainya): — suamiku tidak mengalami cedera dalam kecelakaan itu;. Namun sedikit dari kita yang memahami dan mengamalkan mengucapkan syukur (Alhamdulillah) ketika musibah, kecelakaan atau hal buruk menimpa kita. Allah SWT berfirman dalam Quran Surat Ibrahim Ayat 7: Arab-Latin: Wa iż ta`ażżana rabbukum la`in syakartum la`azīdannakum wa la`ing kafartum inna ‘ażābī lasyadīd Terjemah Arti: Dan (ingatlah juga), tatkala Allahmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” Dahulu kala, ada seorang petani miskin yang memiliki kuda bagus dan gagah yang sangat ia sayangi layaknya seorang anak. Suatu hari seorang saudagar kaya ingin membeli kudanya itu, dan menawarkan harga yang sangat tinggi. Sayang si petani miskin itu tidak menjualnya, ia terlalu sayang kepada kudanya itu. Kawan-kawan dan tetangga petani miskin itu merasa heran kepadanya mengapa ia tidak mau menjual kudanya itu dan mendapat uang banyak dan mengubah hidupnya menjadi lebih baik. Keesokan harinya, nasib buruk menimpah petani, kudanya hilang dari kandangnya, dan entah pergi kemana, maka kawan-kawannya dan tetangganya berkata, “Sungguh malang nasib kamu padahal jika kamu menjualnya semalam, kamu pasti mendapat uang yang banyak, sekarang bukankah kudamu itu sudah hilang dan engkau tidak mendapat apa apa.” Si petani miskin hanya berdiam diri; dan kemudian berkata pelan, “Janganlah kita cepat menilai bahwa kejadian itu buruk.” Beberapa hari kemudian, kuda si petani kembali bersama 5 ekor kuda lainnya dan masuk ke kandang petani. Lalu kawan-kawannya dan tetangganya berkata, “Wah kalau seperti ini, tentunya engkau sangat beruntung dan bernasib sangat baik karena kudamu kembali ditambah lima kuda yang baru.” Si petani hanya diam saja dan kemudian berkata pelan; “Janganlah cepat menilai bahwa ini nasib baik atau buruk, kita jalani hidup ini dengan bersyukur. Beberapa hari kemudian, anak si petani yang sedang melatih kuda-kuda baru mereka terjatuh dari kuda dan kakinya patah. Kawan-kawannya dan tetangganya berkata, “Rupanya kuda-kuda itu justru membawa kecelakaan dan kesialan, lihat sekarang anakmu kakinya patah karena kuda-kuda itu.” Si petani kemudian diam tanpa menjawab apa-apa. Seminggu kemudian terjadi peperangan yang hebat di wilayah itu, semua anak muda yang sehat dan kuat di kampung itu dipaksa pemerintah untuk pergi berperang, kecuali si anak petani kerana ia tidak dapat berjalan. Kawan-kawan dan tetangganya datang kepada si petani sambil menangis, “Engkau sangat beruntung, karena anakmu selamatlah karena tidak bisa pergi berperang, sementara kami kini kawatir dan takut karena kemungkinan akan kehilangan anak-anak kami dalam peperangan” Si petani kemudian berkata : “Jangan terlalu cepat menilai dan mengambil kesimpulan dengan mengatakan nasib baik atau buruk, semuanya adalah suatu proses perjalanan hidup.” Syukuri dan terima keadaan yang terjadi saat ini, apa yang kita dapat hari ini belum tentu baik untuk hari esok, apa yang buruk hari ini belum tentu buruk untuk hari esok. Anak- anak kalian yang turut pergi berperang juga ada rencana Allah dalam hidup mereka, jika mereka mati, mereka akan disebut pahlawan dan jika mereka hidup mereka juga akab di hargai dan dihormati. Mengenai hidup dan mati kita tahu, semua rencana Allah, bisa mungkin juga anakku yang tidak berperang juga bisa mati. Ingat segala sesuatu dalam rencana Allah. dan segala perkara yang terjadi diizinkan oleh Allah untuk mendatangkan kebaikan bagi kita. Kawan-kawan dan tetangga petani itu amat tersentuh dengan jawaban itu dan memahami sikap petani miskin itu yang senantiasa bersyukur dan bersabar. Beberapa tahun yang lalu saya pernah berkunjung ketoko busana Muslim dikawasan Rawamangun depan kampus IKIP namanya saat itu. Sebuah toko busana muslim yang tidak terlalu besar berada didalam gang berdempetan dengan rumah penduduk. Toko busana muslim itu termasuk yang ramai dikunjungi pembeli, mungkin karena harganya yang bersaing atau model busananya yang menarik. Suatu hari Sampailah berita yang mengabarkan kalau toko busana muslim itu terbakar habis, uniknya sumber api berasal dari rumah yang berada diseberang tokonya, rupanya api menyambar ketokonya dan hanya tokonya yang terbakar sedangkan rumah kanan kirinya tidak terkena sambaran api, seolah rumah diseberang toko busana muslimnya sebagai wasilah terbakar tokonya, sesaat itu juga setelah mendapatkan toko busana muslimnya habis terbakar, sang pemilik toko busana muslim berucap alhamdulillahirobbil’alamiin innaa lillahi wa innaa ilaihi roojiuun, tidak berapa lama setelah peristiwa kebakaran toko busana muslim, saya mendapat kabar kalau pemilik toko busana muslim yang terbakar sedang merenovasi dan memperluas bangunan toko busana muslimnya. Subhanalloh walhamdulillah, ada keberkahan dan keberuntungan bagi orang bersyukur.Patah Untuk Melangkah
Oleh: Partini Nur Umayah
Setiap kita pasti pernah merasa patah, hilang arah dan ingin menyerah. Rencana yang sering kali tak berjalan indah, pertemanan yang mulai tak searah atau kisah cinta yang juga membawa pisah. Tak jarang hal-hal ini datang bersamaan, menyapa silih berganti tanpa ada spasi. Bahkan mungkin belum sempat ku sudahi sudah tiba lagi dan lagi. Kejadian malam itu adalah titik kehancuran dalam hidup gadis mungil bernama Naraya Arsya Vardan yang kerap disapa Aya oleh teman-temannya. Gadis mungil yang selalu terlihat ceria dan aktif dalam setiap aktivitas. Saat perjuangan Aya mencapai gelar sarjana mengharuskan Aya pulang pergi ke dua kota yang berbeda. Mencari data penelitian atau hanya sekedar mengurus keperluan lainnya yang berada di kampus pusat. Wajar saja, kampus yang Aya gunakan adalah kampus cabang dengan segala keterbatasan dan kekurangan yang tak memungkinkan untuk menyelesaikan segala urusan. Hingga, salah satu dari perjalanan itu merenggut keistimewaann yang dimiliki seorang wanita. Sulit untuk dipercaya. Semua terasa seperti imajinasi belaka. Bahkan berhasil membuat Aya hampir gila. Supir mobil yang Aya tumpangi membawa pergi. Anehnya Aya tak sadarkan diri. Tak ada yang bisa Aya ingat dari kejadian gila ini. Hingga Aya tersadar dalam diri yang tak lagi bisa diselamatkan. Apa yang bisa dilakukan? Berbicara saja sudah tak dapat dilakukan. Ditinggalkan dalam kondisi yang sangat menjijikkan. Kejadian yang tak mungkin bisa dilupakan. Bahkan memaafkannya saja Aya masi enggan. Aya tak segan membunuhnya jika ia menemukan lelaki itu. Manusia serupa setan, Aya menyebutnya dalam ingatan. Bagi Aya, malam terasa selalu mencekam. Kejadian yang menimpanya itu sering lalu lalang dalam fikiran dan ingatan. “Bagaimana caranya Aku menemukan sebuah ketenangan?” Lirihnya dalam hati. Jangankan penanganan, kejadian ini juga tak pernah Aya ceritakan. “Aku seperti pecundang. Memilih diam dan ku pendam” gerutunya lagi dalam hati. Perasaan dan fikiran Aya terus bergejolak. Hingga ketakukan membuat Aya resah menjalani kehidupan ini. Resah ini membawanya pada lelah. Menghentikannya pada serah. Tak ada lagi kekuatan untuk melangkah, tertatih dan berakhir pada kata kalah. Pundaknya sudah tak lagi kuat memapah. Bahkan, kakinya tak lagi kuat untuk melangkah. Aya menangis menatap dirinya di depan kaca. Semua terhenti pada satu ruang yang disebut dengan pasrah. Terbungkam tak bersuara, habis terampas. Raganya sudah dinikmati, tak ada pilihan selain mati. Namun, Tuhan belum mengizinkannya pergi. Aya selalu terselamatkan berkali-kali dari percobaan bunuh diri. Hingga langit menjadi jingga Aya masi saja tak berdaya. Hilang dan perlahan Aya menemukan dirinya seperti raga yang tak lagi bernyawa. Mau tak mau gadis mungil itu harus menelan kepahitan ini. “Apa lagi yang harus ku pertahankan dari hidup ini?” tangisnya semakin menjadi-jadi. Entah bagian mana yang harus gadis mungil itu pahami. Karena sampai detik ini semua terasa semakin sulit untuk diajak berkompromi. Sesak rasa fikiran Aya karena dipenuhi ketakutan yang datang silih berganti. Terus mencari jalan keluar namun, tak kunjung juga ia temukan. Hampir setiap saat Aya ingin mati. Merasa tak kuat dengan hidup yang ia jalani. Mengubur sendiri dan lupa cara berbagi. Hingga ia sadari, Tuhan tak menciptakannya seorang diri. Aya meluapkan segala resah dihati. Memohon ampun pada sang ilahi sebab telah lupa bagaimana cara mensyukuri. Selalu mengeluh dan merasa tak diadili. “Aku tak bisa terus-terusan seperti ini. Tuhan, kuatan diri ini” lirihnya pelan dengan suara bergetar. Langkahnya yang tak pasti menyusuri setiap sudut kamar. Entah apa yang dicarinya. Hingga ia merebahkan diri dan terlelap dengan deraian air mata yang sudah membasahi seluruh wajahnya. Satu jam setelahnya Aya tersadar. Matanya yang sudah bengkak karena sedari tadi menangis, rambutnya yang sudah tak lagi tertata, tubuhnya yang lemah serta pandangan yang kosong membuatnya seperti orang depresi. Meski, Aya tampak lebih tenang, tapi tak bisa ia dustai luka yang ia rasakan tetap tak bisa pergi. Hingga Aya mantapkan untuk bisa berbagi. Bukan karena ingin mencari simpati dari kejadian ini. Tapi, ia sudah tak mampu menahannya seorang diri. Sebab, berdialog dengan diri sendiri juga bukan sebuah solusi. Bagaimana mungkin fikiran yang terkontaminasi dengan ketakutan menemukan sebuah solusi. Lamunannya panjang memikirkan kondisinya saat ini. Yuni, seorang wanita yang memiliki kelembutan dari tutur katannya, bijaksana dalam mengambil keputusan, serta cerdas dari cara berfikirnya. Ia adalah orang yang Aya pilih untuk berbagi segala keluh kesah yang sudah ia pendam setahun ini. Sebuah pesan singkat dari Yuni yang ia sematkan “Mungkin kamu gak sadar yang kamu lalui sekaranng, misalnya pernah kamu mengira badan kecil kamu akan dikuatkan dengan cobaan yang sangat besar. Pasti gak pernah kan? Tapi, buktinya Allah SWT masi titipkan kekuatan itu ke kamu. Kadang hal ini yang sering luput dari perhatian kita. Kita fokus kapan masalah berakhir, tapi kita gak menyadari dari mana kekuatan untuk melalui itu berasal. Allah SWT titipkan kasih sayang dihati aku, orang tua kamu dan teman-teman kamu, itu juga titipan kasih sayang Allah SWT. Semakin banyak kasih sayang orang yang kamu terima, semakin banyak juga Allah SWT menunjukkan betapa Dia menyayangi kamu”. Pesan itu seolah menjadi pengingat baginya. Aya tampak berfikir panjang setelah membaca pesan itu. “Baru ku sadari apa arti berbagi. Dengan kejadian ini aku mengerti arti sebuah kasih sayang. Segala resah yang sering membawa pasrah satu persatu mulai terarah. Melangkah untuk tak menyerah adalah awal dari segalannya. Berdamai dengan diri adalah kunci utamanya” katanya dalam hati sambil menatap layar ponsel yang sedari tadi ia pandangi. Matanya kembali berkaca-kaca. Entah kekuatan seperti apa yang Aya dapatkan. Hingga ia beranjak dari tidurnya dan meraih gunting yang ada disudut meja kamarnya. Lalu Aya berjalan menuju kaca yang ada dihadapannya. Aya menggunting rambutnya dan menghapus air mata yang masih membasahi sudut matanya. Aya menatap dirinya seraya berkata “Tuhan, maafkan aku”. Tanpa fikir panjang Aya kembali merapikan rambutnya dan membersihkan tubuhnya yang sudah tak beraturan itu. Aya seperti menemukan dirinya kembali. Aya membuka notebooknya. Sesaat ia berfikir dan memutuskan untuk menuangkan segalanya dalam tulisan. “Ada banyak hal dari hidup yang tak mungkin bisa kita lewatkan. Meski tak semua mengecewakan, aku merasa sering seperti tak bertuhan. Mudah menyerah dan menyalahkan tadir yang sudah digariskan. Padahal begitu banyak nikmat yang telah Allah SWT berikan. Aku insan yang sering lupa jalan pulang. Menganggap apa yang digariskan hanya membawa kesengsaraan. Rasanya lelah berjalan sendiri. Kehilangan harapan yang pernah diimpikan. Mencicipi jurang kematian. Segalanya terasa berantakan. Sulit diutarakan dengan sebuah lisan. Sejak itu ku putuskan, dengan sujud yang berkepanjangan disetiap malam. Tempat ku berkeluh kesah dengan segala rasa. Segalanya ku sebutkan dalam bait doa.Tuhan kirimkan orang-orang yang luar biasa dan aku merasa kembali ada. Kita hanya manusia yang sadar akan butuh. Sering lupa dan suka mengeluh. Kita diciptakan istimewa. Diberi akal yang tiada tara. Agar kita lebih peka. Untuk apa kita dicipta? Aku ataupun kalian yang ada di luar sana, mungkin sedang dalam kondisi yang sulit untuk dijabarkan. Menyimpan kesengsaraan yang tak mensejahterakan. Menyimpan keraguan dalam hati dan juga fikiran. Tapi, jangan pernah merasa bosan untuk selalu meminta kekuatan pada Tuhan. Rintangan sering kali membawa kita menuju jalan pulang. Untuk sekedar mengadu dan berserah, meskiada kata yang tak mampu diucapkan. Bahkan kesakitan yang tak terucap oleh lisan akan sangat mudah tersampaikan. Terimakasih Engkau telah kirimkan perpanjangan tangan-Mu untuk membuat ku bertahan. Untuk orang-orang yang ku sayang, terimakasih selalu menguatkan. Hanya doa yang bisa ku berikan”.Cinta Syukur
Oleh: dr. Fatkhauli Salviani, M.Kes
Cinta adalah sebuah fitrah yang dianugerahkan Allah. Rasa ini tak bisa dipaksakan, tapi muncul atas izin Allah. Cinta yang hakiki adalah cinta kepada Allah, cinta kepada makhluk Allah karena Allah. Rasa syukur merupakan sifat yang sangat di anjurkan untuk dimiliki. Kita bersyukur karena merasakan sungguh banyak nikmat dari Allah. Semakin bersyukur semakin Allah tambah nikmatnya kepada kita. Aku bersyukur dengan kondisiku hari ini, walaupun sebelumnya banyak “protes” kepada Allah. Mengapa aku belum spesialis belum memiliki kenderaan, belum memiliki rumah, kondisi rumah tangga dengan kondisi LDR, di amanahkan sebagai case manager yang yang penuh dengan tantangan serta hanya memiliki anak laki-laki. Dulu aku belum bisa menerima situasi yang ku alami, merasa tidak bahagia dan menyalahkan orang-orang di sekitar, secara tidak sadar juga menyalahkan Allah. Aku sering menangis, kesal dan menggerutu setiap hari. Seiring berjalan, Allah ingin memberikan aku berbagai masalah dengan tujuan untuk memahamkanku akan makna pesan cintaNya. Diberikan kemudahan untuk belajar ilmu agama. Saat bertamu ke rumah Allah, di sanalah aku berdoa kepada Allah agar dianugerahkan kemampuan untuk bisa menemukan dan memahami pesan cinta Allah. Perlahan-lahan aku bisa memahami setiap kondisiku sekarang. Hikmah kehidupan yang pertama sekali aku rasakan adalah ketika kuliah di bangku Fakultas Kedokteran di Provinsi Aceh, awalnya tidak mau kuliah di Fakultas ini, karena ingin merantau ke pulau Jawa, ingin bebas melihat dunia luar. Aku selalu di pantau orang tua. Alhamdulillah akhirnya aku tetap kuliah di daerahku sendiri dengan perasaan terpaksa, setelah dijalani aku dimudahkan untuk menjadi seorang dokter, aku baru merasakan hikmah mengapa aku sebagai anak perempuan tidak di ijinkan merantau, ternyata orangtua ku ingin menjaga diriku agar tidak jatuh ke dalam pergaulan bebas dan dengan menjadi dokter, aku bisa berdaya guna untuk hamba Allah lainnya. Sekarang aku masih berstatus dokter umum, yang bercita-cita ingin menjadi seorang spesialis. Sudah dua kali aku mengikuti ujian masuk untuk menjadi spesialis, tetapi belum di izinkan Allah, ada saja kendala yang dihadapi. Aku sedih, belum bisa mendapatkan ilmu spesialistik. Seiring berjalan kehidupan, aku bisa mengambil hikmah, Allah menginginkan ku untuk belajar menjadi seorang ibu dan istri secara baik dan benar terlebih dahulu. Peran sebagai ibu dan istri lah yang sebenarnya yang banyak mendapatkan pahala dari Allah. Peran membangun sebuah peradaban. Seorang wanita butuh ridha suami agar Allah ridha, sehingga bisa masuk syurga. Orang terbaik itu adalah orang yang paling banyak manfaat terhadap hamba Allah lainnya dan bisa belajar dan mengajarkan Alquran dan cita-cita tertinggi adalah menjadi ahlul quran. Itu sebabnya aku sekarang berusaha terus belajar untuk bisa mejadi hamba Allah dalam menjalankan peran di rumah tangga dengan terus memantaskan diri menjadi ahlul quran. Hikmah kedua tentang pernikahan. Setelah menikah kami di ditakdirkan dengan status LDR. Suatu kondisi yang sangat menguras emosi dan fisik. Emosi di saat rindu, aku harus bisa menahan dan menunggu saat suami datang. Secara fisik, aku di tuntut untuk mandiri dan mengerjakan segala sesuatu sendiri. Aku yang biasanya sebagai pribadi di layani menjadi seseorang yang harus melayani. Seiring berjalan aku diperkenalkan dengan ilmu STIFin, disinilah aku tahu kalau aku memiliki mesin kecerdasan Feeling ekstrovert, suamipun mesin kecerdasannya adalah Feeling ekstrovert. Ternyata energi cinta diantara kami adalah nol, untuk bisa terus membuat tangki cinta penuh, kami memang diharuskan berjarak. Inilah cara Allah sejak awal menikah sampai delapan tahun kami di buat berjarak. Pernah di kumpulkan kami serumah selama satu tahun, pada saat itu kami belajar mengenal satu sama lain dan di warnai dengan berbagai rasa, ada bahagia, kesal, marah dan menangis. Karena situasi sudah mulai banyak hal negatif nya, akhirnya Allah membuat kami berjarak kembali dengan tujuan agar kami bisa merenung kembali makna sebuah hubungan pernikahan dan rumah tangga. Dengan setiap permasalahan yang terjadi pada kami, sehingga harus lebih banyak belajar lagi untuk bisa naik maqam. Agar bisa lebih memahami. Suami yang mesin kecerdasannya sama dengan istri memiliki score pasangan 0, score of sex 0, score of friendship 4, score of love suami pada istri 0, score of love istri pada suami 0. Hanya score of friendship yang tertinggi, maka hubungan pasangan kami ini bagaikan teman. Pintu masuk keharmonisan pasangan hanya melalui pertemanan. Tipe pasangan seperti kami ini paling rawan akan kejenuhan, garing, tak mengalir. Itu sebabnya kami harus berikhtiar lebih kuat untuk belajar dan mencari peluang yang lebih besar agar mudah mencapai sakinah mawaddah wa rahmah. Kami harus berkomunikasi bagaikan teman, saling asyik mendukung, bergantian memerintah dan menurut. Menghidupkan suasana dengan mengulang masa cinta bersemi saat masih jadi teman dahulu. Tanggung jawab tetap di tangan suami, maka peranku sebagai istri yaitu menambah kekuatan suami dengan memberikan energi sesuai kekuatan nya. Selama usia pernikahan menjelang duabelas tahun pernikahan. Kehidupan rumah tanggaku dalam kondisi sederhana. Dengan profesiku sebagai dokter dan suami sebagai seorang bankir. Aku dan suami seharusnya sudah bisa memiliki rumah dan mobil pribadi. Tetapi itu tidak aku miliki, awalnya tidak bisa menerima kondisi ini. Dan ternyata aku baru bisa memahami maksud suamiku, beliau ingin mendidik kami istri dan anak-anaknya tentang nikmatnya hidup sederhana, hidup tanpa hutang, hidup dengan mengedepankan kebutuhan dan memprioritaskan sedekah dan membantu orang lain. Dengan value seperti ini, aku bisa menemukan ketenangan, kedamaian serta kebahagiaan. Aku di anugerahkan dua orang anak laki-laki. Awalnya merasa mengapa harus laki-laki keduanya. Seandainya anak sepasang, pasti lebih seru, terasa lebih sempurna. Aku baru menyadari kalau beruntung memilki dua anak laki-laki, ternyata mereka berdua merupakan teman bermain, teman beradu jotos, segala sesuatu dilakukan berdua. Apabila anakku sepasang, pastilah mereka bermain agak susah karena alat permainannya berbeda. Awalnya aku keberatan di amanahkan sebagai case manager, karena amanah tersebut penuh tantangan, tidak menjanjikan secara finansial, menguras emosi, amanah yang di hindari banyak orang. Di saat aku berdoa minta di temani Allah, dengan segala kekurangan yang aku miliki, berharap diberi kemudahan dalam menjalani amanah ini. Seiring berjalan dalam menjalani amanah ini, aku menemukan hikmah baik dari kasus yang diselesaikan dan ternyata bakat dan passionku jadi terasah di profesi ini. Aku yang bermesin kecerdasan Feeling ekstrovert, memiliki kepribadian yang berempati, mampu merasakan perasaan orang lain, memiliki toleransi, mampu menerima perbedaan, pandai berkomunikasi, pendengar yang baik, mampu bersimpati, mampu meyakinkan orang untuk melakukan sesuatu, penuh kasih sayang, penggembleng, mudah mengizinkan, penuh pertimbangan dan pandai membimbing. Dengan bakat ini, aku seperti di tempatkan Allah di amanah ini dengan tujuan bisa memaksimalkan bakat dan passion dir. Aku sangat bersyukur, aku bangga dan bahagia dengan amanah case manager ini. Dengan amanah ini, aku menyadari dengan anugerah bakat dari Allah memudahkanku untuk memahami, melakukan pendekatan serta membimbing pasien untuk mendapatkan solusi. Setiap pasien yang aku tangani, selalu aku dapat ilmu kehidupan dari mereka. Rejeki yang aku terima bukanlah materi melainkan rasa kebermanfaatan diri untuk orang lain, menemukan hikmah dan pesan cinta dari Allah melalui permasalahan yang ada pada pasien. Pasien dan keluarga pasien yang aku tangani sebagian besar selalu menjalin berkomunikasi dan silaturahim denganku. Rasanya di saat seseorang mendoakan kita tanpa diminta dan diucapkan secara tulus, rasanya sangat membahagiakan. Kualitas kita itu tergantung respon kita terhadap sesuatu.Luruh dalam Syukur
Oleh: Jundyastuti, ch, qte
Hidup ini indah, yaaa…pastinya kita sering mendengar ungkapan itu, bahkan kita pun pernah mengucapkanya. Kalimat itu terdengar indah dan membawa banyak energi positif saat di ucapkan.bahagia, semangat, tenang dan banyak rasa dalam satu ungkapan itu. Bagiku itu adalah bagian dari energi syukur.itu baru sekedar kita dengar dan kita ucapkan saja, energi nya sudah sedemikian dasyatnya, bagaimana kalo kita rasakan dengan segenap perasaan luhur dan kita terapkan dalam kehidupan sehari hari? Aku sering berfikir, seandainya saja semua manusia bisa merasakan bahwa hidup ini benar benar indah dengan penuh kesyukuran di hati terdalamnya dan selalu membawa rasa itu dalam berkehidupan, duuuhh…betapa damainya semesta ini, sayangnya belum semua orang mampu merasakan bahwa hidup ini indah, semudah saat mendengar dan mengucapkanya.Apakah kita sudah benar benar merasakan bahwa hidup kita ini indah gengs? Seperti apa sih sebenarnya bentuk keindahan dalam hidup menurut versi kita masing masing?bagaimana cara kita menikmati hidup yang kita katakan indah ini menurut kita? Bagaimana cara kita mengapresiasikan indahnya hidup kita ini dalam keseharian? Bagaimana cara kita menhidupkan hidup kita hingga benar benar terasa indah? ” secara rasa” ya gengs, bukan sekedar mendengar atau mengucapkanya saja.Apalagi kalau ucapan itu hanya di jadikan sebagai alibi untuk menutupi sampah hati saja, duuuh…jangan sampai seperti itu yaa.kegelisahan, baper, iri, galau, marah, suka sedih sedih ga jelas gitu lah, itu adalah sampah hati…perasaan negatif yang menghambat kita untuk mencapai nikmatnya keindahan hidup, sayang banget kan…nyampah kok di hati, ya kotorlah…hehehe…. Aku hanya ingin berbagi tentang caraku berproses dan mengolah rasa, hinngga mencapai rasaku saat ini.Ini adalah kisah ku di alam nyata, bukan di alam ghaib ataupun di alam mimpi.walaupun saat itu aku pernah berharap yang kualami itu adalah sebuah mimpi buruk, dan aku ingin cepat terbangun.Tapi ini semua adalah kenyataan yang harus ku hadapi.Aku tidak pernah menyangka, satu bagian kisah buruk menyinggahi kehidupanku, bahkan dalam bayangan fikiranku tak pernah setitikpun sampai di situ. Seperti apapun waktu itu posisiku, aku tetaplah seorang ibu dan perempuan biasa yang tidak memiliki kemampuan lebih, tidak pintar, hanya bisa menangis, menerima kenyataan dan bertahan menjalaninya waktu itu aku merasa hidupku benar- benar buruk, bahkan di usiaku yang waktu itu masih 30 th dengan 2orang anak.Aku hanya lulusan smk, dan tidak memiliki pengalaman yang cukup untuk menghadapi masalah yang begitu besar di usiaku saat itu.bahkan waktu itu aku merasa tidak pantas menghadapi masalah seperti itu.sampai aku protes sama Allah, Ya Rabb kenapa Engkau biarkan hamba dengan segala kekurangan hamba untuk menghadapi ini, ujianmu begitu berat ya Allah hamba tak mampu, keluhku kalaitu. Aku dan suami juga anak anak yang masih begitu polos saat itu harus menghadapi kedzoliman.Waktu itu, kami tinggal di salah satu daearah di pulau kalimantan bagian timur.sejak menikah ditahun 2003, aku dan suami hijrah dari jawa lalu menetap di sana selama 12 tahun.kami menjalani kehidupan seperti biasa, suami saya bekerja dikantor seperti pada umumnya para suami. Aku di rumah bersama anak anak seperti ibu ibu pada umumnya.untuk membantu ekonomi keluarga di tahun 2007 akupun menjalankan usaha sampingan, di tengah tengah kesibukanku sebagai irt.dan Alhamdulillah atas izin Allah usahaku perlahan lahan mulai berkembang. Aku lalui keseharianku dengan tetap berusaha menjalankan amanah dari bapakku, bahwa bagaimana hidupku kelak harus tetap menjadi orang baik, jujur dan penuh ketulusan, begitu pesan bapak yang selalu ku pegang hingga saat ini. Hingga di tahun 2012, aku dihadapkan dengan masalah yang sebenarnya belum bisa aku fahami dan tidak bisa aku terima dengan kapasitasku saat itu sungguh waktu itu seluruh energiku terkuras, dengan minimnya pengalaman hidup dan sebatas pengetahuan yang ada, aku dan hanya bisa menghadapi kedzoliman orang lain dengan ketulusan dan keluguan, seperti cerita ftv di indosiar, bahkan sebelum itu aku hanya mengira orang yang benar benar jahat itu hanya ada di serial ftv yang sering ku lihat.aku tidak pernah berfikir akan bertemu dengan orang seperti itu dikehidupan nyataku. Segala usaha perlawanan pun sudah berusaha kami lakukan, aku berfikir kejahatan itu akan kalah dengan kebaikan, tapi itu nanti dan berproses, akan tetapi saat ini kita hidup di dunia nyata, jika orang baiktidak bertindak, maka orang jahat yang akan menang.singkatcerita aku dan suami menyerah, kami kehilangan aset, yang kami bangun dari nol.kami kehilangan harta benda, dengan fisik dan psikologis yang telah lelah, aku dan keluarga masih berusahab bertahan dengan keadaan, berusaha melanjutkan usaha dengan sisa semangat yang ada, tertatih tatih dan tetap berusaha dalam senyum ketulusan, Duhai Allah, Maha besar Engkau dengan segala kuasa-Mu, aku berserah kepadaMu.ditengah badai ujian itu, Allah memberiku rezeki yang besar lagi, aku mengandung anak ke-3. MasyaAlloh, aku dan suami menangis, seluruh rasa luruh dalam syukur.ternyata dalam kondisi yang tertekanpun Allah masih mempercayaiku dengan menitipakn ruh di rahimku.aku jalani hari hari yang sebenarnya masih dengan banyak beban itu, aku tetap bertahan. Hinnga di tahun 2014 putra ke-3 kami pun lahir.Sampai akhirnya di tahun 2015, aku sudah tidak bisa lagi berkompromi dengan keadaan yang kian memburuk aku benar benar kelelahan, aku tak sanggup lagi melanjutkan usahaku yang pondasinya sudah kian rapuh. Kupandangi wajah anak-anakku yang tetap polos bahagia di tengah kondisi yang kami hadapi. Akhirnya dibulan mei 2015 aku dan suami memutuskan untuk hijrah ke jawa, memulai segalanya disini hingga saat ini.Aku bisa kembali ketanah kelahiranku, dengan sedikit lebih lega.aku merasa seperti telah lepas dari kandang macan, tapi tentunya juga dengan membawa trauma yang mendalam. Menjadi ikhlas itu memang tidak mudah, tapi kita bisa berlatih dan berpraktek dalam diri. Hingga saat ini, aku terus menggali ke dalam diri. Aku terus belajar dengan mengikuti berbagai pelatihan pengembangan diri. Owh ternyata kesyukuranku selama ini masih ala kadarnya, sebatas memikirkan rasa, lalu mengungkapkanya, tapi belum berenergi padahal apa yang kita fikirkan dan semua yang di luar diri kita itu bukanlah diri kita yang sebenarnya. Aku beruntung banget telah di berikan surat undangan dari kekasih jiwa, Allah penguasa semesta. Allah mengundangku lewat ujian, agar ku kembali kepadanya dengan sepenuh jiwa dan seluruh rasa, hingga kumerasa ternyata semua ujian itu bisa menjadi kecil dan ringan, ketika kita mampu memyelaraskan rasa. Aku memulainya dengan meditasi, selalu melibatkan Allah dalam hal apapun di kehidupan sehari hari. Apapun masalah semua jawaban ada di dalam diri, diujungnya aku menemukan kuasa Tuhan sedang bekerja pada diriku sepenuhnya. Kekuatan penyembuhanitu sudah Tuhan titipkanpadadiri kita dengan sempurna (by bunda Irma). Kubelajar menjadi meditatif, Sholat juga meditasi hening tanpa mencari, hanya menuju Allah saja. Allah hadir dalam rasa, saat ini disini pada diri terdalam, hingga menjadi damai mendalam. Belajar menjadi pendoa, mendoakan siapapun dalam kebaikan. Begitu nikmatnya luruh dalam syukur, dengan tangis bahagiaku hanya mampu mengucapan dua kata, ampun dan terima kasih allah, hanya berkata ampun namun sudah mewakili segenap hati dan rasa yang penuh dosa. Hanya terima kasih dan sudah mewakili banyak ungkapan akan segala karunia Allah selama ini. Allah maha mengetahui segala isi hati, bahkan ketika kita tak mampu berkata apapun dalam doa. Allah faham apa yang kita ingin sampaikan pada-NYA. Ayok gengs, kita sama-sama belajar bebaskan hati dan merdekakan jiwa, dengan hanya berharap pada Allah yang tidak akan pernah mengecewakan kita. Menjadi tenang dalam setiaphembusan nafas, hingga rasa bahwa hidup ini adalah benar-benar lahir dari energi diri terdalam. Keindahan hidup ini bermuara pada ketenangan batin kita gengs, ketika kita damai ikhlas dan penuh syukur, vibrasi kita naik, alam merespon dengan cepat perasaan kita, dan semuanya otomatis mengikuti kita baik kesehatan fisik maupun rezeki. Salam sehat selaras dengan alam.Di Ujung Rindu
Oleh: Muhammad Syahidin
Tujuh tahun penantian Heri mendambakan seorang anak pertama dalam pernikahan segera terwujud. Sore itu wajahnya seperti orang yang cemas. Siska istrinya, tengah berada di ruang operasi. Hal itu dikarenakan diagnosis dokter yang mengharuskan Siska menjalani operasi sesar anak pertamanya ini. Sebagai seorang calon ayah sangatlah wajar jika Heri begitu cemas. Kerinduan untuk menimang anak selama ini harus ditentukan sore itu. Pukul 17.15 genap 60 menit Heri menunggu, Namun belum ada suara tangisan bayi. Pikirannya tambah tidak karuan. Mondar-mandir di depan ruang operasi merupakan hal yang dilakukan Heri. Mulutnya tek berhenti untuk senantiasa berdoa. “ Pak Heri, silakan masuk, anaknya sudah lahir “ begitu saut seorang perawat memanggil Heri. Air matanya langsung tumpah. Heri langsung masuk ke dalam ruangan operasi. Suara pun hening. Bayi itu belum menangis. Dokter mengatakan ada sedikit masalah dalam proses kelahirannya. Dokter menyarankan Heri untuk meng azankan bayinya. Heri bergetar, air matanya tak terbendung lagi. Dengan isakan tangisan, Heri mengazankan sang bayi. Selesai azan, keajaiban terjadi. Sang Bayi pun akhirnya mengeluarkan suaranya. Tangisan pertama di bumi, menandakan sang bayi lahir sehat. Ruang operasi pun penuh haru dengan ucapan rasa syukur dari Heri, Siska, tim perawat dan dokter. Semua tersenyum bahagia. 2 hari kemudian, Heri dan istri diperbolehkan kembali. Sepasang suami istri yang sudah menunggu tujuah tahun itupun pulang dengan gembira. Tak ada rasa yang lebih melegakan kecuali menanti sang bayi yang telah lahir dengan sehat. Sambutan dari keluarga yang berada di rumahpun menambah suasana semakin bahagia. Kakek, nenek dari Sang bayi tampaknya sudah tidak sabar menanti. Setelah melakukan syukuran, jagoan itupun kemudian diberi nama Shauqi yang berarti kerinduan. 7 tahun pun berlalu, Syauqi kini sudah duduk di bangku 1 SD. Tampak raut wajahnya yang selalu menarik perhatian guru dan teman-temanya. Syauqi selalu membuat suasana kelas menjadi ramai. Ternyata Syauqi ini memang suka bernyanyi. Meskipun dia masih 1 SD, dia kerap menyanyikan lagu “ Ruang Rindu “ yang dipopulerkan oleh musisi kenamaan Indonesia, Letto Band. Hal inilah yang membuat Heri dan Siska begitu bersyukur karena penantian di ujung rindu, allah kabulkan dengan sangat indah.