IMPULSE BUYING

Impulse buying merujuk pada istilah pembelian tidak terencana karena beberapa faktor. Impulse buying biasanya terjadi saat sedang dihadapkan dengan banyak pilihan. Kadang-kadang, pelanggan mungkin membeli produk tanpa sadar/perencanaan tertentu atau pemikiran sebelumnya. Pembelian jenis ini biasa tidak memelukan waktu banya untuk memilih ataupun melakukan keputusan pembelian. Membeli barang tanpa perasaan bisa disebut membeli secara emosional. Seorang pelanggan merasa terdorong untuk membentuk koneksi sensitif dengan produk layanan/berdasarkan sesuatu yang berhubungan dengan gairah. Dan koneksi ini memotivasi pelanggan untuk membuat pembelian impuls.
Perilaku membeli instan ini disebut perilaku membeli impuls.mereka tidak melihat produk berdasarkan prioritas kebutuhan melainkan seberapa besar potongan harga yang diberikan, variasi produk yang beranekan macam, ataupun

KARAKTERISTIK IMPULSE BUYING
1. Pembelian secara tidak direncanakan direncanakan, dan yang tidak diinginkan oleh pembeli sebelumnya. Konsumen membuat keputusan pembelian produk di tempat tanpa terlebih dahulu direncanakan dan tidak menanggapi masalah yang diakui sebelumnya. Yang secara spontan dibeli produk tidak akan berada di sana dalam daftar pembelian nya.
2. Pembelian impuls ini adalah hasil dari paparan stimulus. Itu terjadi mendadak. Stimulus memicu konsumen perasaan dalam dan dapat diukur sebagai medium yang membuat konsumen terlalu menuruti kata hati. Contoh sederhana untuk stimulus ini dapat menjadi sepotong permen, bayang-bayang, perhiasan, DLL.
3. Karakter penting berikutnya adalah sifat langsung dari perilaku konsumen. Konsumen mengambil keputusan untuk membeli produk di tempat tanpa penilaian apa pun tentang konsekuensi dari membuat keputusan seperti itu.
4. Konsumen memiliki reaksi emosional dan/atau kognitif sehubungan dengan perilaku impuls, yang dapat mencakup kelalaian atau rasa bersalah untuk konsekuensi masa depan.

Dalam pembelian impuls, ada beberapa Tipe pembeli. Hal ini melibatkan:
1. Perasaan gembira atau senang;
2. Keinginan tidak terduga dan spontan untuk membeli secepatnya sesuatu yang terlihat oleh mata;
3. Tekanan motivasi intens yang cukup kuat dengan mengesampingkan semua pertimbangan;
4. Mengabaikan kemungkinan konsekuensi yang membahayakan sehingga dapat mengarah kepada penyesalan.

KLASIFIKASI IMPULSE BUYING
1. Pure impulse buying
Pembelian impulsif murni berarti barang-barang tidak dibawa untuk biasa, tetapi dibeli untuk kebaruan dan diprakarsai oleh daya tarik emosional. Ini adalah pembelian, yang berbeda dari pola normal dan perilaku pembelian pelanggan. seseorang dengan santai menelusuri toko Kerajinan dan membeli patung kayu Sandal yang lebih disukainya
2. Suggestive impulse purchase
Ketika konsumen melihat produk dan memvisualisasikan kebutuhan / aplikasi untuk itu, itu mengarah pada keputusan pembelian dan disebut sebagai pembelian impulsif sugestif. Karena pembeli harus menentukan tujuan rasional dari produk, itu bukan pembelian impulsif murni. Misalnya. ketika seseorang berkeliling toko dan membeli Tie, setelah melihat pengumuman/penawaran di iklan.
3. Reminder impulse purchase
Meskipun produk tidak ada dibenak pelanggan, tetap saja dia membeli produk berdasarkan sesuatu yang mengingatkan pelanggan terbuat dengan produk atau layanan tersebut. Biasanya produk rutin yang tidak diingat oleh pelanggan saat bersiap untuk berbelanja. Saat berbelanja, tampilan di dalam toko mengingatkan pelanggan tentang produk.
4. Planned impulse purchase
Dalam pembelian impulsif terencana, konsumen mengenali kebutuhan produk, pembelian tidak akan terjadi sampai kondisi pasar tertentu, Pembelian dilakukan berdasarkan penawaran diskon, diskon kupon khusus, poin loyalitas dan promosi penjualan lainnya yang ditawarkan oleh pemasar

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPULSE BUYING
impulse buying dapat dipengaruhi oleh faktor‐faktor sebagai berikut :
1. Shopping lifestyle, Merupakan perilaku yang ditunjukkan oleh pembeli sehubungan dengan serangkaian tanggapan dan pendapat peribadi tentang pembelian produk. Shopping Lifestyle atau gaya hidup dalam berbelanja didefinisikan secara sederhana sebagaimana konsumen hidup, bagaimana mereka membelanjakan uangnya dan bagaimana mereka mengalokasikan waktu mereka
2. Fashion involvement, Merupakan karakteristik pribadi dan pengetahuan mode yang dapat mempengaruhi kepercayaan diri konsumen dalam memuat keputusan pembelian. Fashion involvement menjelaskan seberapa tinggi konsumen menganggap penting terhadap kategori produk fashion (pakaian) yang meliputi : keterlibatan produk, perilaku pembelian dan karakteristik konsumen yang terbukti meningkatkan tendensi pengkonsumsian yang bisa menumbuhkan emosi yang positif dan perilaku pembelian tanpa perencanaan, khususnya produk pakaian. Maksudnya bahwa Fashion involvement merupakan rasa ketertarikan konsumen untuk terlibat lebih dalam terhadap berbagai hal yang berhubungan dengan produk fashion dan konsumen merasa senang atas keterlibatan tersebut sehingga akhirnya mendorong dalam pembelian produk fashion.
3. Pre‐decision stage, Merupakan evaluasi alternative pada tahap proses keputusan pembelian. merupakan serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh konsumen untuk mendapatkan berbagai informasi atau hal lainnya terkait dengan produk yang menjadi referensi untuk melakukan pembelian melalui serangkaian informasi yang didapatkan tersebut memberikan implikasi terhadap emosi konsumen terhadap produk. Pengukuran Pre‐decision stage didasarkan pada tinggi rendahnya emosi positif yang didapatkan konsumen ketika konsumen melakukan evaluasi atas produk yang dibelinya.
4. Post decision stage, Merupakan tahap dari proses keputusan pembeli ketika konsumen mengambil lebih lanjut setelah membeli berdasarkan pada rasa puas atau tidak puas.

ALASAN MELAKUKAN IMPULSE BUYING
1. Shopaholic
Salah satu alasan paling sederhana dari impulse buying adalah karena Anda suka berbelanja. Dalam kasus yang ekstrem, Anda bisa berubah menjadi shopaholic alias penggila belanja.Ketika membeli barang-barang baru, Anda merasa seperti disuntikkan energi baru dan kesenangan sesaat. Anda tidak peduli bahwa barang tersebut tidak memiliki kegunaan bagi Anda di masa kini maupun masa depan.
2. Diskon
Normalnya, Anda akan berpikir panjang mengenai harga dan kegunaan sebuah barang sebelum membeli. Namun ketika ada diskon, pertimbangan ini akan luruh.Bahkan, tidak jarang muncul rasa bersalah jika Anda tidak segera membeli barang tesebut karena ada kemungkinan Anda harus membeli barang itu di masa mendatang dengan harga normal. Inilah yang dinamakan dengan loss aversion switch.
3. Investasi
Pertimbangan lain ketika Anda melakukan impulse buying adalah soal nilai barang yang diprediksi akan meningkat di masa depan sehingga Anda berpikir itu layak untuk segera dibeli. Misalnya, ketika Anda menimbun banyak masker, hand sanitizer, hingga bahan kebutuhan pokok di tengah pandemi.
4. Bonus
Pernahkah Anda ingin membeli barang hanya karena mereka menawarkan produk bonus? Tidak jarang ada produsen yang menyertakan kata-kata seperti ‘beli 2, gratis 1’ atau ‘isi lebih banyak’ untuk memantik impulse buying yang ada pada diri Anda.Bonus yang terdapat pada produk akan membuat Anda berpikir bahwa barang tersebut memiliki nilai tambah dibanding barang sejenis. Kesan ini tidak jarang membuat kita lengah sehingga tidak meneliti lebih jauh apakah produk tersebut memang berkualitas.

CARA MENGHINDARI IMPULSE BUYING
Sesekali membeli barang untuk menyenangkan diri sendiri memang tidak ada salahnya. Bahkan, tidak jarang psikolog menganjurkan Anda untuk melakukannya demi menjaga kesehatan mental, mengurangi stres, hingga menghindari depresi.Hanya saja, impulse buying yang tidak terkontrol justru berpotensi menambah stres, mengakibatkan konflik di dalam diri sendiri maupun dengan pasangan, hingga tentu saja menguras tabungan Anda. Untuk itu, ada baiknya Anda melakukan tips menghindari impulse buying sebagai berikut:
1. Sediakan waktu berpikir
Bila tiba-tiba Anda merasa ingin membeli suatu barang yang baru saja Anda lihat, jangan langsung membayarnya. Anda bisa berbelanja barang kebutuhan lain saat tengah berada di supermarket atau toko fisik lainnya.Jika sedang berbelanja online, coba menutup aplikasi dan lanjutkan kegiatan Anda sehari-hari. Biasanya, keinginan impulse buying akan mereda ketika pikiran Anda terfokus pada hal-hal lain.
2. Urutkan skala prioritas
Berikan waktu bagi akal sehat Anda untuk berpikir apakah barang tersebut memang Anda perlukan untuk saat ini. Jika memang ada keperluan lain yang lebih penting, apalagi jika budget Anda pas-pasan, sebaiknya urungkan niat untuk membeli barang tersebut di masa sekarang.
3. Jangan belanja saat stres
Stres akan membuat otak tidak bekerja dengan rasional. Jangan juga belanja makanan saat Anda lapar. Untuk mengantisipasi impulse buying, Anda sebaiknya membuat daftar belanja, kemudian mendisiplinkan diri untuk hanya membeli barang yang tertera di dalamnya.
4. Kurangi anggaran belanja
Jika ketiga langkah di atas tidak efektif juga dalam mengurangi impulse buying, cobalah mengurangi anggaran belanja Anda. Salah satu prakteknya adalah dengan hanya membawa uang tunai sesuai budget belanja saat itu dan jangan mengandalkan kartu debit, apalagi kartu kredit agar tidak terjebak label diskon maupun bonus.

Sumber
www.sehatq.com
www.finansialku.com

berdasarkan jurnal ilmiah:
Ermy Wijaya dan Yeni Oktariana, (2019) : Faktor‐Faktor Yang Mempengaruhi Impulse Buying Pada Hodshop Bengkulu
Lisa Widawati, (2011): Analisis Perilaku “Impulse Buying” Dan “Locus Of Control”
Pada Konsumen Di Carrefour Bandung

berdasarkan buku:
Dr. C. Nagadeepa, et al, (2021) : “Impulse Buying: Concepts, Frameworks and Consumer Insights”

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *