Tidak bisa dipungkiri jika isu terjadinya resesi 2023 membuat panik banyak orang. Jika perekonomian suatu negara menurun sudah pasti akan berdampak terhadap banyak hal yang pastinya membuat hidup masyarakat menjadi semakin susah. Pandemi covid-19 yang terjadi lebih dari dua tahun memang berdampak pada pelemahan ekonomi di hampir seluruh negara di dunia. Kondisi ini menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan masyarakat untuk berbelanja akibat PHK dan sejenisnya, yang ternyata memicu resesi.
Resesi merupakan sebuah istilah yang biasa digunakan untuk menggambarkan keadaan dimana perputaran ekonomi suatu negara berubah menjadi lebih lambat atau buruk. Kondisi ini bisa berlangsung cukup lama bahkan tahunan yang diakibatkan oleh pertumbuhan produk domestic bruto (PDB) suatu negara mengalami penurunan selama dua kuartal dan berlangsung terus menerus.PDB sendiri diartikan sebagai aktivitas ekonomi suatu negara selama satu periode. Saat suatu negara mengalami aktivitas ekonomi yang menurun terus menerus selama dua periode, maka negara tersebut bisa dikatakan sedang resesi.
Penyebab Resesi
Ada banyak faktor yang bisa menyebabkan resesi pada suatu negara. Cara mengatasi resesi ekonomi negara juga harus disesuaikan dengan faktor penyebabnya. Beberapa penyebab terjadinya resesi ekonomi antara lain sebagai berikut:
1. Inflasi
Inflasi merupakan kondisi dimana harga barang dan jasa naik secara terus menerus. Kenaikan harga ini berimbas pada melemahnya daya beli masyarakat yang akan diikuti oleh penurunan produksi barang dan jasa tersebut. Dalam jangka waktu panjang, kondisi ini bisa meningkatkan angka pengangguran, kemiskinan dan terjadi resesi.
2. Deflasi Berlebihan
Deflasi merupakan kondisi dimana harga barang dan jasa terus mengalami penurunan dari waktu ke waktu yang menyebabkan upah kerja juga mengalami penurunan. Kondisi ini biasanya ditandai dengan adanya penundaan pembelian barang hingga harga terendah.
Deflasi memiliki pengaruh cukup besar pada pemilik usaha karena harus menekan biaya produksi yang dapat menyebabkan kerugian dalam bisnis. Kondisi ini jika berlangsung lama bisa menyebabkan pemilik usaha berhenti melakukan aktivitas produksi.
3. Gelembung Aset Pecah
Penyebab lain terjadinya resesi adalah pecahnya gelembung aset. Kondisi ini biasanya terjadi saat investor mengambil langkah secara gegabah seperti membeli saham dan properti secara masif karena menganggap bahwa harga akan naik dengan cepat. Namun saat kondisi ekonomi tidak stabil mereka akan beramai-ramai menjualnya sehingga menyebabkan panic selling dan berujung terjadinya resesi.
4. Guncangan Ekonomi yang Mendadak
Guncangan ekonomi yang mendadak juga bisa menyebabkan terjadinya resesi. Kondisi ini biasanya ditandai dengan menurunnya daya beli masyarakat akibat dari kesulitan finansial dan penumpukan hutang yang tidak mampu dibayar.
5. Perkembangan Teknologi
Perkembangan teknologi yang terlalu berlebihan juga bisa menyebabkan terjadinya resesi. Kondisi ini terjadi karena adanya penurunan lapangan pekerjaan akibat fungsi pekerja digantikan dengan teknologi seperti AI dan robot. Jika lapangan pekerjaan menurun, maka angka pengangguran dan kemiskinan juga akan meningkat.
6. Nilai Impor Lebih Besar dari Ekspor
Faktor lainnya yang juga bisa menyebabkan resesi adalah nilai impor suatu negara lebih besar jika dibandingkan dengan nilai ekspor. Kondisi ini berpengaruh terhadap defisit anggaran negara dan menyebabkan terjadinya penurunan pendapatan nasional.
Ada banyak dampak yang mungkin terjadi saat suatu negara mengalami resesi, baik dampak untuk pemerintah, perusahaan dan juga pekerja atau masyarakat. Maka dari itu, penting untuk mempertimbangkan investasi saat resesi dari sekarang untuk meminimalisir dampaknya.
Pada pemerintahan, terjadinya resesi bisa berdampak pada banyak hal mulai dari menurunnya pendapatan pajak dan non pajak serta tuntutan untuk membuka lapangan kerja lebih banyak karena angka pengangguran yang kian meningkat.
Sedangkan pada pelaku usaha atau perusahaan, resesi berdampak pada menurunnya daya beli masyarakat yang berimbas pada menurunnya pendapatan perusahaan dan mengancam arus kas yang berujung pada keputusan berat untuk melakukan PHK.
Penyebab resesi tidak hanya dirasakan oleh pemerintah dan perusahaan saja akan tetapi juga pekerja atau masyarakat umum. Pekerja bisa mengalami pemotongan upah hingga terkena PHK karena kondisi finansial yang tidak baik akibat terjadinya resesi. Kondisi ini akan menyebabkan angka pengangguran meningkat, termasuk angka kemiskinan.
Cara Menghadapi Resesi Ekonomi
Meskipun bayangan resesi sudah mulai nampak di depan mata, namun pastikan kamu tidak panik terlebih dahulu. Untuk meminimalisir dampaknya, kamu hanya perlu tahu cara mengatasi resesi ekonomi di negara maju akibat pandemi covid-19. Dengan mempersiapkan diri dengan baik, dampak resesi tidak akan parah.
1. Atur Anggaran Keuangan dengan Detail
Sebelum resesi benar-benar terjadi, ada baiknya kamu mulai mengatur anggaran keuangan dengan baik mulai dari sekarang. Kamu harus membuat anggaran sedetail mungkin untuk meminimalisir pengeluaran. Untuk mengaturnya, mulailah dengan memisahkan antara kebutuhan dan keinginan.
Beberapa anggaran pengeluaran yang tidak diperlukan seperti liburan atau nongkrong bisa dikurangi intensitasnya. Tujuannya adalah agar kamu memiliki lebih banyak uang untuk dialokasikan pada hal lain seperti menabung, dana darurat dan juga investasi.
Untuk bertahan saat resesi ekonomi, kamu harus mengalokasikan lebih banyak untuk menabung dan investasi. Kamu juga bisa mulai mengalokasikan uang untuk kegiatan produktif agar mampu menghasilkan pemasukan tambahan selama resesi terjadi.
2. Persiapkan Dana Darurat
Pandemi covid-19 menciptakan ketidakpastian ekonomi di berbagai negara sehingga memukul berbagai sektor industri. Berdasarkan data resmi dari statistik BPS menunjukkan bahwa masih banyak sektor usaha yang pertumbuhannya minus selama beberapa periode terakhir ini. Di antaranya seperti sektor industri, konstruksi, perdagangan, pertambangan, transportasi dan pergudangan, jasa perusahaan, jasa keuangan, hingga pengadaan listrik.
Tekanan-tekanan dari berbagai sektor usaha tersebut bisa memaksa perusahaan yang bersangkutan untuk memperketat biaya operasional yang berujung pada terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK). Kondisi ini membuat rekrutmen karyawan menjadi tidak diprioritaskan sehingga berimbas pada minimnya lowongan kerja.
Untuk mengatasi dampak resesi akibat terjadinya PHK dan sulitnya mencari pekerjaan, kamu harus mempersiapkan dana darurat dari sekarang. Tanpa memiliki dana darurat yang cukup, bukan tidak mungkin kamu akan kehilangan aset bahkan terpaksa berhutang untuk bisa memenuhi kebutuhan bulanan karena tidak adanya sumber pemasukan lain.
Agar bisa menghadapi resesi dengan baik, kamu harus bisa mempersiapkan dana darurat minimal untuk enam kali pengeluaran bulanan. Hal ini karena kondisi ketidakpastian ekonomi masih cukup tinggi sehingga untuk mencari pekerjaan baru juga akan lebih sulit.
Sesuaikan jumlah dana darurat yang perlu dipersiapkan dengan jumlah tanggungan. Semakin banyak jumlah tanggungan, maka harus semakin besar pula jumlah dana darurat yang harus kamu persiapkan.
Agar mudah dicairkan, simpan dana darurat pada instrument yang mudah dikonversikan dalam bentuk uang seperti tabungan bank, deposito, atau reksadana. Untuk mengumpulkan dana darurat, kamu bisa mengalokasikan dana minimal 10% dari pemasukan rutin setiap bulan. Dengan mempersiapkan dana darurat, kamu bisa terhindar dari dampak resesi.
3. Sebisa Mungkin Hindari Hutang
Di masa ekonomi yang sulit seperti sekarang ini, ada baiknya sebisa mungkin hindari hutang. Jika pengeluaran yang kamu miliki lebih besar dari pemasukan, sebaiknya mulai untuk merubah kebiasaan dan menyeleksi antara kebutuhan dan keinginan.
Pengeluaran yang lebih besar dari pemasukan bisa membuat kamu terpaksa berhutang untuk memenuhi kebutuhan. Tidak hanya itu, cicilan kartu kredit, pinjaman bank, KPR dan berbagai jenis pembiayaan lainnya juga sebaiknya dihindari untuk mengurangi beban pengeluaran.
Secara umum, proporsi hutang yang baik adalah berada 30 persen di bawah pendapatan bulanan. Akan tetapi saat resesi ekonomi terjadi, usahakan agar rasio hutang kamu tidak lebih dari 20 persen dari total pendapatan bulanan. Selain itu, jika kamu memiliki hutang, usahakan untuk mulai membayar dari yang berbunga besar terlebih dahulu.
4. Proteksi Diri dan Keluarga dengan Asuransi
Agar kamu dan keluarga tetap memiliki perlindungan dari berbagai risiko terburuk pada saat terjadi resesi, sebaiknya mulai persiapkan asuransi dari sekarang. Dengan melindungi diri dan keluarga menggunakan asuransi, kamu tidak perlu khawatir akan biaya pengobatan yang mahal ketika resesi terjadi.
Kamu bisa mendaftarkan diri dan keluarga dengan asuransi kesehatan dan asuransi jiwa. Jika memiliki kendaraan yang berharga, tidak ada salahnya untuk melindunginya dengan asuransi kendaraan. Jadi jika sewaktu-waktu kendaraan mengalami kerusakan atau kecelakaan, kamu tidak perlu pusing dengan biaya perbaikan.
Melindungi diri dengan asuransi jiwa juga sangat penting diperhatikan jika kamu merupakan satu-satunya tulang punggung dalam keluarga. Jika sewaktu-waktu terjadi hal terburuk, kamu sudah mempersiapkan perlindungan yang baik untuk keluarga yang ditinggalkan sehingga mereka tidak akan kesulitan biaya meskipun tulang punggung keluarga sudah tidak ada.
Saat ini ada banyak jenis dan produk asuransi yang bisa kamu pilih sesuai dengan kebutuhan. Meski begitu, pastikan pilih produk asuransi yang sesuai dengan kebutuhan agar manfaat yang bisa diterima saat terjadi penyebab resesi bisa lebih maksimal.
Menurut data Global Medical Trends Survey Report 2020, kenaikan biaya medis secara bruto di Indonesia mencapai 11% per tahun. Dengan kenaikan tersebut, jangan sampai tabungan kamu habis untuk biaya berobat. Maka dari itu, melindungi diri dan keluarga menggunakan asuransi adalah cara terbaik untuk mengatasi besarnya biaya medis khususnya jika terjadi resesi.
5. Mulai Pelajari Keahlian Baru
Sebagai langkah antisipasi untuk menghadapi resesi yang mungkin saja terjadi, tidak ada salahnya jika kamu mulai mempelajari keahlian baru mulai dari sekarang. Jika resesi benar-benar terjadi dan menyebabkan kehilangan pekerjaan, kamu masih tetap bisa menghasilkan pemasukan dari keahlian yang dimiliki tersebut.
Ada banyak jenis keahlian baru yang bisa kamu pelajari sesuai dengan minat dan ketertarikan. Di antaranya seperti otomotif, marketing, sistem pemrograman, hingga konten creator. Dengan membekali diri menggunakan keahlian baru, kamu tidak perlu khawatir kesulitan keuangan ketika resesi 2023 benar-benar terjadi.
6. Cari Alternatif Pemasukan Tambahan
Perputaran perekonomian negara yang terus mengalami penurunan bisa menyebabkan berbagai bisnis mengalami kerugian hingga gulung tikar, bahkan bukan tidak mungkin kamu terkena PHK. Untuk mengantisipasi hal tersebut, kamu harus mulai memikirkan untuk mencari alternatif pemasukan tambahan dari sekarang.
Dengan memiliki pemasukan tambahan, kamu bisa menyisihkan dana lebih banyak untuk dana darurat dan investasi. Dengan cara seperti ini, jika benar apakah Indonesia akan resesi, kamu sudah tidak perlu khawatir akan kondisi keuangan karena telah mempersiapkan dengan baik.
Ada banyak usaha alternatif yang bisa menambah pemasukan. Di antaranya seperti berjualan online, bisnis kuliner, hingga menjadi konten creator. Cari ide alternatif kegiatan yang bisa menghasilkan pemasukan tambahan agar keuangan tetap stabil saat terjadi resesi.
Tidak bisa dipungkiri jika dampak pandemi covid-19 masih cukup berpengaruh khususnya untuk sektor ekonomi. Pandemi covid-19 membuat perputaran ekonomi dunia menjadi terhambat sehingga tidak heran jika dunia mewaspadai kemungkinan resesi 2023. Meski bisa mengganggu kestabilan ekonomi, akan tetapi jika kamu tahu cara menghadapi resesi dengan tepat, dampak yang ditimbulkan dari hal ini bisa diminimalisir.
https://www.merdeka.com/jabar/cara-menghadapi-resesi-2023-berikut-tips-mengelola-keuangan-kln.html