KECERDASAN EMOSIONAL, APAKAH SESUATU YANG PENTING?
Masih banyak sekali yang beranggapan kalau Intelligent quotient (IQ) sebagai penentu seseorang menjadi cerdas atau jenius. Mereka meyakini jika kepintaran seorang anak berbanding lurus dengan IQ yang tinggi. Tetapi jika kita hanya mengandalkan IQ, seseorang akan menimbang sesuanya dengan logika tanpa mempertimbangkan hal lainnya. Untuk itu penting bagi kita untuk mempertimbangkan kecerdasan emosional sebagai penyeimbang IQ.
Menurut catatan yang dibuat oleh goleman dalam bukunya, beberapa ahli psikologi telah memetakan dengan sangat mendetail cara-cara kita membawa kecerdasan ke emosi. Usaha ini bukan hal baru; selama bertahun-tahun, bahkan teoretikus-teoretikus yang paling teguh memegang IQ pun kadang-kadang telah mencoba memasukkan emosi ke wilayah kecerdasan, bukan hanya melihat “emosi” dan “kecerdasan” sebagai istilah yang kontradiktif secara inheren.
E.L. Thorndike, ahli psikologi terkemuka yang juga sangat berpengaruh dalam memopulerkan IQ pada tahun 1920-an dan 1930-an, dalam artikelnya di Harper’s Magazine menyatakan bahwa salah satu aspek kecerdasan emosional, yaitu kecerdasan “sosial” kemampuan untuk memahami orang lain dan “bertindak bijaksana dalam hubungan antarmanusia” merupakan suatu aspek IQ seseorang.
Ahli-ahli psikologi lainnya pada zaman itu bersikap lebih sinis akan kecerdasan sosial, menganggapnya sebagai keterampilan memanilulasikan oranglain–membuat orang melakukan apa yang anda kehendaki, entah mereka mau atau tidak. Tetapi, tak satupun rumusan kecerdasan sosial ini mampu menggugah teoretikus-teoretikus IQ. Lalu pada tahun 1960 sebuah buku ajar yang amat berpengaruh yang membahas tes tes kecerdasan menyatakan bahwa kecerdasan sosial merupakan konsep yang “tak berguna”
Tetapi, kecerdasan pribadi tidak akan diabaikan, terutama karena kecerdasan tersebut menghasilkan pikiran intuitif dan akal sehat. Misalnya, ketika Robert Sternberg, ahli psikologi dari Yale University, meminta orang melukiskan tipe “orang cerdas”, pandai bergaul tercantum dalam daftar ciri-ciri utama. Penelitian yang lebih sistematis oleh Stemmberg mengantarnya ke kesimpulan Thorndike: bahwa kecerdasan sosial berbeda dari kemampuan akademis dan sekaligus merupakan bagian penting dari apa yang membuat orang sukses dalam kehidupan praktis sehari-hari. Di antara kecerdasan praktis yang sedemikian dihargai tinggi di tempat kerja, misalnya, adalah jenis kepekaan yang memungkinkan manajer secara efektif menangkap pesan-pesan yang tak terucap.
Pada tahun-tahun terakhir ini sekelompok ahli psikologi yang jumlahnya semakin banyak sampai pada kesimpulan-kesimpulan serupa, sepakat dengan Gardner bahwa konsep-konsep lama tentang IQ hanya berkisar di kecakapan linguistik dan matematika yang sempit, dan bahwa keberhasilan meraih angka tinggi pada tes IQ paling-paling hanya menjadi ramalan sukses di kelas atau sebagai profesor, tetapi semakin lama semakin melenceng seiring jalur kehidupan yang semakin berbeda dari dunia akademis. Ahli-ahli psikologi ini-Sternberg dan Salovey termasuk di antaranya-telah menganut pandangan kecerdasan yang lebih luas, berusaha menemukan kembali dalam kerangka apa yang dibutuhkan manusia untuk meraih sukses dalam kehidupannya. Dan jalur penelitian tersebut menuntun kembali pada pemahaman betapa pentingnya kecerdasan “pribadi” atau kecerdasan emosional.
Pentingnya EQ yang menyaingi IQ memang masih tumpang tindih. Ditambah lagi dengantidak semua orang memahami konsep tersebut. Bagi sebagian orang tua yang memiliki pemahaman sederhana mereka hanya akan memperhatikan IQ sebagai penentu kesuksesan. Ini menjadi akar permasalahan yang tidak pernah selesai dari tahun ketahun. Sehingga banyak anak yang merasa “bodoh” karena tidak memiliki IQ yang tinggi.
Lantas apasih manfaat kecerdasan emosional? Menurut ladybirdjournal, ada beberapa manfaat dari kecerdasan emosional
1. Dalam kehidupan sehari hari
Saat kamu sedang bekerjasama dengan orang lain. masing masing memiliki pemikiran dan kepentingan yang berbeda. Kinerja kerja yang dihasilkan juga sangat beraneka ragam. Ada yang cepat ada yang lambat. Ada yang mudah mengerti, ada juga yang harus berulangkali diulang baru mengerti. Jika memiliki kecerdasan emosional. Seseorang bisa memahami emosi seseorang. Jika ada suatu masalah bisa berempati dan mencari solusi atas permasalahan tersebut
2. Dalam hubungan romantic
Setiap pasangan memiliki ego masing-masing. ada yang ingin begini ada yang ingin begitu. Jika memiliki kecerdasan emosional. Maka akan saling menghargai satu sama lain dan komunikasi tuga terjalin lebih baik
3. Dalam hubungan keluarga
Anak dan orang tua pasti memiliki keinginan yang berbeda beda. Sebagai contohnya dalam karier atau percintaan seorang anak. Anak ingin mengejar karier dan merasakan kesuksesan terlebih dahulu. Sedangkan orang tua ingin agar anaknya segera menikah dan memperoleh keturunan. Jika memiliki kecerdasan emosional. Maka baik anak ataupun orang tua akan melihat mana yang lebih memberikan manfaat dan sedikit kerugian.
4. Dalam menyelesaikan masalah
apa respon yang pertama akan kamu keluarkan ketika terjadi masalah? Apakah panik? Cemas? Atau cenderung marah? Orang dengan kecerdasan emosional yang tinggi mengetahui respon apa yang akan dia keluarkan ketika berada dalam masalah. Hal ini dapat membantunya memilih tindakan paling tepat untuk dilakukan.
5. Dalam hubungan dengan orang lain secara umum
siapa orang yang sering kamu temui dalam kehidupan sehari-hari? Mungkin petugas di stasiun kereta, supir ojek online, supir busway, satpam, penjual makanan di dekat rumah, bagaimana interaksimu dengan mereka? Emotional intelligence akan membantumu untuk dapat memahami emosi yang mereka rasakan dan dapat meningkatkan kualitas hubunganmu dengan mereka.
Menurut catatan yang dibuat oleh goleman dalam bukunya, beberapa ahli psikologi telah memetakan dengan sangat mendetail cara-cara kita membawa kecerdasan ke emosi. Usaha ini bukan hal baru; selama bertahun-tahun, bahkan teoretikus-teoretikus yang paling teguh memegang IQ pun kadang-kadang telah mencoba memasukkan emosi ke wilayah kecerdasan, bukan hanya melihat “emosi” dan “kecerdasan” sebagai istilah yang kontradiktif secara inheren.
E.L. Thorndike, ahli psikologi terkemuka yang juga sangat berpengaruh dalam memopulerkan IQ pada tahun 1920-an dan 1930-an, dalam artikelnya di Harper’s Magazine menyatakan bahwa salah satu aspek kecerdasan emosional, yaitu kecerdasan “sosial” kemampuan untuk memahami orang lain dan “bertindak bijaksana dalam hubungan antarmanusia” merupakan suatu aspek IQ seseorang.
Ahli-ahli psikologi lainnya pada zaman itu bersikap lebih sinis akan kecerdasan sosial, menganggapnya sebagai keterampilan memanilulasikan oranglain–membuat orang melakukan apa yang anda kehendaki, entah mereka mau atau tidak. Tetapi, tak satupun rumusan kecerdasan sosial ini mampu menggugah teoretikus-teoretikus IQ. Lalu pada tahun 1960 sebuah buku ajar yang amat berpengaruh yang membahas tes tes kecerdasan menyatakan bahwa kecerdasan sosial merupakan konsep yang “tak berguna”
Tetapi, kecerdasan pribadi tidak akan diabaikan, terutama karena kecerdasan tersebut menghasilkan pikiran intuitif dan akal sehat. Misalnya, ketika Robert Sternberg, ahli psikologi dari Yale University, meminta orang melukiskan tipe “orang cerdas”, pandai bergaul tercantum dalam daftar ciri-ciri utama. Penelitian yang lebih sistematis oleh Stemmberg mengantarnya ke kesimpulan Thorndike: bahwa kecerdasan sosial berbeda dari kemampuan akademis dan sekaligus merupakan bagian penting dari apa yang membuat orang sukses dalam kehidupan praktis sehari-hari. Di antara kecerdasan praktis yang sedemikian dihargai tinggi di tempat kerja, misalnya, adalah jenis kepekaan yang memungkinkan manajer secara efektif menangkap pesan-pesan yang tak terucap.
Pada tahun-tahun terakhir ini sekelompok ahli psikologi yang jumlahnya semakin banyak sampai pada kesimpulan-kesimpulan serupa, sepakat dengan Gardner bahwa konsep-konsep lama tentang IQ hanya berkisar di kecakapan linguistik dan matematika yang sempit, dan bahwa keberhasilan meraih angka tinggi pada tes IQ paling-paling hanya menjadi ramalan sukses di kelas atau sebagai profesor, tetapi semakin lama semakin melenceng seiring jalur kehidupan yang semakin berbeda dari dunia akademis. Ahli-ahli psikologi ini-Sternberg dan Salovey termasuk di antaranya-telah menganut pandangan kecerdasan yang lebih luas, berusaha menemukan kembali dalam kerangka apa yang dibutuhkan manusia untuk meraih sukses dalam kehidupannya. Dan jalur penelitian tersebut menuntun kembali pada pemahaman betapa pentingnya kecerdasan “pribadi” atau kecerdasan emosional.
Pentingnya EQ yang menyaingi IQ memang masih tumpang tindih. Ditambah lagi dengantidak semua orang memahami konsep tersebut. Bagi sebagian orang tua yang memiliki pemahaman sederhana mereka hanya akan memperhatikan IQ sebagai penentu kesuksesan. Ini menjadi akar permasalahan yang tidak pernah selesai dari tahun ketahun. Sehingga banyak anak yang merasa “bodoh” karena tidak memiliki IQ yang tinggi.
Lantas apasih manfaat kecerdasan emosional? Menurut ladybirdjournal, ada beberapa manfaat dari kecerdasan emosional
1. Dalam kehidupan sehari hari
Saat kamu sedang bekerjasama dengan orang lain. masing masing memiliki pemikiran dan kepentingan yang berbeda. Kinerja kerja yang dihasilkan juga sangat beraneka ragam. Ada yang cepat ada yang lambat. Ada yang mudah mengerti, ada juga yang harus berulangkali diulang baru mengerti. Jika memiliki kecerdasan emosional. Seseorang bisa memahami emosi seseorang. Jika ada suatu masalah bisa berempati dan mencari solusi atas permasalahan tersebut
2. Dalam hubungan romantic
Setiap pasangan memiliki ego masing-masing. ada yang ingin begini ada yang ingin begitu. Jika memiliki kecerdasan emosional. Maka akan saling menghargai satu sama lain dan komunikasi tuga terjalin lebih baik
3. Dalam hubungan keluarga
Anak dan orang tua pasti memiliki keinginan yang berbeda beda. Sebagai contohnya dalam karier atau percintaan seorang anak. Anak ingin mengejar karier dan merasakan kesuksesan terlebih dahulu. Sedangkan orang tua ingin agar anaknya segera menikah dan memperoleh keturunan. Jika memiliki kecerdasan emosional. Maka baik anak ataupun orang tua akan melihat mana yang lebih memberikan manfaat dan sedikit kerugian.
4. Dalam menyelesaikan masalah
apa respon yang pertama akan kamu keluarkan ketika terjadi masalah? Apakah panik? Cemas? Atau cenderung marah? Orang dengan kecerdasan emosional yang tinggi mengetahui respon apa yang akan dia keluarkan ketika berada dalam masalah. Hal ini dapat membantunya memilih tindakan paling tepat untuk dilakukan.
5. Dalam hubungan dengan orang lain secara umum
siapa orang yang sering kamu temui dalam kehidupan sehari-hari? Mungkin petugas di stasiun kereta, supir ojek online, supir busway, satpam, penjual makanan di dekat rumah, bagaimana interaksimu dengan mereka? Emotional intelligence akan membantumu untuk dapat memahami emosi yang mereka rasakan dan dapat meningkatkan kualitas hubunganmu dengan mereka.