Indonesia merupakan negara tropis yang penuh dengan limpahan sinar matahari sepanjang tahunnya. Sinar matahari sendiri merupakan sumber energi yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Matahari dapat memancarkan berbagai macam sinar baik yang dapat dilihat (visible) maupun yang tidak dapat dilihat. Sinar matahari yang dapat dilihat adalah sinar yang dipancarkan dalam gelombang lebih dari 400nm, sedangkan sinar matahari dengan panjang gelombang 10nm- 400nm yang disebut dengan sinar ultra violet tidak dapat dilihat dengan mata
Sinar ultra violet (UV) dapat digolongkan menjadi UV-A dengan panjang gelombang diantara 320 – 400 nm, UV-B dengan panjang gelombang 290 – 320 nm dan UV-C dengan panjang gelombang 10 – 290 nm. Semua Sinar UV-A di emisikan ke bumi, sedangkan sinar UV-B sebagian diemisikan ke bumi (terutama yang panjang gelombangnya mendekati UV-A. Sinar UV-B dengan panjang gelombang lebih pendek dan sinar UV-C tidak dapat diemisikan ke bumi karena diserap lapisan ozon di atmosfir bumi. Dengan demikian apabila lapisan ozon yang ada di atmosfir rusak, sinar UV-B yang masuk ke bumi akan semakin banyak.
Sinar ultraviolet dalam jumlah kecil diperlukan oleh tubuh manusia, yaitu membantu pembentukan vitamin D oleh tubuh. Tetapi sinar ultraviolet dalam jumlah banyak juga dapat menyebabkan kanker kulit, kerusakan mata dan menurunkan kekebalan tubuh. Sinar UV-B dalam jumlah besar dapat merusak sel-sel hidup, khususnya sel kulit sehingga sel ini menjadi sel kanker (Cahyono, 2005). Dari ketiga jenis sinar ultraviolet yang sudah dibahas, masing-masing memiliki ciri- ciri dan tingkat keparahan efek radiasi yang berbeda- beda. Namun pada umumnya, sinar ultraviolet yang terpapar masuk ke bumi, baik itu sinar UV-A, UV-B, maupun UV-C, dapat memberikan dampak seperti kemerahan pada kulit, kulit terasa terbakar, menimbulkan penyakit katarak, dapat memicu pertumbuhan sel kanker, dan lain-lain
Suncreen merupakan suatu zat atau material yang dapat melindungi kulit terhadap radiasi sinar UV. Sediaan sunscreen terdapat dalam berbagai bentuk misalnya lotion untuk dioleskan pada kulit, krim, salep, gel atau spray yang diaplikasikan pada kulit. Sediaan kosmetik yang mengandung tabir surya biasanya dinyatakan dalam label dengan kekuatan SPF (Sun Protecting Factor) tertentu. Nilai SPF terletak diantara kisaran 2-60, angka ini menunjukkan seberapa lama produk tersebut mampu melindungi atau memblok sinar UV yang menyebabkan kulit terbakar. Mengaplikasikan sunscreen sebelum beraktivitas menjadi hal penting untuk mengurangi risiko terkena paparan sinar matahari. Terlebih karakter kulit orang tropis yang mudah menggelap membuat sunscreen menjadi produk esensial dalam kehidupan sehari-hari. Namun, masih banyak masyarakat Indonesia yang mengabaikan pentingnya penggunaan sunscreen (Isfardiyana & Safitri, 2014).
Sunscreen sangat penting bagi kulit remaja, karena pada usia remaja, kulit wajah sudah mulai terpapar sinar matahari akibat tingginya aktivitas diluar ruangan, namun pemilihan sunscreen yang baik sangat penting dilakukan agar kulit tidak menjadi lebih bermasalah akibat bahan-bahan kimia yang terkandung dalam produk sunscreen tersebut. Beberapa produk sunscreen yang beredar di pasaran banyak mengandung bahan kimia yang berbahaya bagi tubuh sehingga mengharuskan masyarakat untuk lebih hati-hati dalam menentukan produk sunscreen yang akan digunakan. Pengetahuan remaja mengenai manfaat serta pentingnya penggunaan sunscreen dalam kehidupan sehari-hari perlu ditingkatkan untuk menghindari penggunaan produk yang berbahaya bagi tubuh. Iklan dan rekomendasi dari teman untuk memilih suatu produk sunscreen menjadi pengaruh besar pada kalangan remaja.
Penggunaan sediaan topikal sunscreen atau suntan lotion dalam jangka panjang sangat bermanfaat untuk menghindari penyakit yang disebabkan karena paparan sinar ultraviolet berlebih. Dikatakan bahwa wanita lebih sering menggunakan sunscreen daripada laki-laki. Laki[1]laki jarang menggunkan sunscreen namun lebih sering beraktivitas di luar ruangan dibandingkan wanita. Selain itu, wanita memiliki tingkat pengetahuan kanker kulit yang lebih tinggi daripada laki-laki dan percaya bahwa mereka lebih rentan terhadap kanker kulit dibandingkan laki-laki (Wickenheiser et al., 2013).