KONSEP MENABUNG EMAS DIBANK SYAIAH

Praktik   pada   Bank   Syariah   menggunakan   berbagai macam  akad  pada  produknya, seperti  mudharabah, murabahah, musyarakah, ijarah, wadiah, rahn, dan   berbagai   akad   syariah lainnya.   Pada   produk   cicilan   emas   dalam   pelaksanaannya menggunakan  akad murabahah (jual  beli)  yaitu  pihak  bank sebagai  penjual  dan  nasabah  atau mudharib sebagai  pembeli. Penetapan   besaran   cicilan   sesuai   dengan   akad   awal   yang disepakati  antara  kedua  belah  pihak  (penjual  dan  pembeli) dengan    mengabaikan    kenaikan    harga    emas    di pasaran sehingga naik atau turunnya    harga    emas    tidak    akan menyebabkan  naiknya  harga  emas  yang  dibayar  oleh  nasabah dengan  angsuran  (kredit). Manfaat  yang  didapatkan  dengan menabung  emas  dengan  model  angsuran  digunakan  untuk investasi jangka panjang di masa depan. Angsuran minimal dua tahun  tanpa  perlu  menyiapkan  biaya  yang  besar  di  awal, bank syariah memberikan penawaran produk yang menarik nasabah (murah, aman, dan menguntungkan) dengan kemudahan akses untuk  menabung  emas. Cicilan  emas  yang  dinilai  ringan  oleh nasabah untuk investasi jangka Panjang. Konsep  nabung  emas  pada  bank  syariah  merupakan konsep  ekonomi  mikro  yang  berhubungan  dengan  manajemen keuangan. Aset yang dibeli pada akad murabahah di bank syariah adalah  emas.  Pelunasan  harga  jual  akan  di  bayarkan  secara angsuran.  Pada  akad  ini  lembaga  keuangan  syariah  adalah pemilik  aset  hingga  nasabah  lunas  membayar  kredit.  Secara umum murabahah pada    bank    syariah    merupakan    jenis pembiayaan  yang  telah  diperkenalkan  di  Yaman  pada  tahun 1997. Pada tahun 1999, ada lebih dari 1.000 nasabah Manfaat dari  model murabahahsecara  angsuran  adalah  pemantauan secara  terus menerus, uang  yang  dibayarkan  oleh nasabah  saat membeli barang secara berangsur akan dipinjamkan oleh pihak bank kepada kreditur (pengusaha), pengusaha dengan reputasi bisnis  yang  baik  akan  diberikan  pinjaman  ekstra.  Pembiayaan pada skala mikro harus membentuk kelompok yang terdiri dari lima  pengusaha  mikro, dalam  hal  ini  semua  bertindak  sebagai penjamin    dan    membayar    pembiayaan    dari    bank secara angsuran Fakta umum pada model jual beli dengan angsuran yang sistematis  dan  relatif  tetap  lebih  mudah  dikelola  dan  dipantau. Di sinilah   wirausaha   mikro   dan   bank   syariah   membuat perjanjian murabahah, pada  akad  ini  nasabah  membeli  jenis barang  atau peralatan  tertentu  yang  dibutuhkan.  Selain  itu bank  yang  menjual  barang  atau  peralatan  dengan  biaya  lebih yang  harus  dibayarkan  (keuntungan  pihak  bank  syariah  atas penjualan).  Ketentuan  benda  yang  dijual  pada  akad murabahah di  antaranya  adalah  barang  harus  ada  pada  saat  penjualan kepemilikan  barang  harus  jelas  (milik  bank  syariah), memiliki nilai  manfaat  nilai  komersial, tidak  digunakan  untuk  tujuan “haram”, diketahui  secara  jelas  oleh pembeli, dan  harga  jual yang ditetapkan beserta dengan keuntungan yang disampaikan secara terbuka oleh bank