MENGENAL INNER CHILD: LUKA YANG TERABAIKAN
PENGERTIAN INNER CHILD
Inner child, atau yang dalam bahasa Indonesia berarti anak kecil yang berada di dalam, adalah sosok anak-anak dari diri kita yang masih melekat pada diri kita meski setelah kita dewasa. Anak kecil dalam diri kita tidak pergi, tapi menetap di dalam diri, membentuk diri kita saat ini, dan seringkali menjadi dorongan alam bawah sadar yang kuat dalam menjalani kehidupan seperti membuat keputusan atau merespon masalah.
Inner child terbentuk dari pengalaman masa kecil kita dan terbawa, meski tak sadar, ketika kita dewasa. Seseorang yang semasa kecilnya merasa sendirian, takut dan sedih karena tidak adanya dukungan, perhatian ataupun kasih sayang dari orang tua menghasilkan perasaan tertinggal dan rasa takut ketika dewasa. Sebaliknya, pengalaman masa kecil dimana kita merasa aman, didukung, dan dicintai, dapat menghasilkan rasa aman ketika sudah dewasa.
Pengalaman kanak-kanak yang tidak menyenangkan atau kurangnya pengasuhan dalam keluarga dapat terus membekas dalam diri seseorang. Saat tumbuh dewasa, hal ini bisa bermanifestasi dalam berbagai bentuk perasaan dan perilaku negatif. Mulai dari perasaan tidak dicintai, mudah cemas, sulit percaya orang lain, dan sebagainya.
Trauma masa kecil tidak bisa dianggap sepele dan akan mudah hilang begitu saja. Dampak yang ditimbulkan bisa berujung pada perilaku destruktif saat dewasa, seperti menyabotase dan memusuhi diri sendiri, agresi menggunakan kekerasan, hingga melakukan perbuatan jahat. Selain itu, sifat mudah tersinggung, marah dan berteriak, serta mudah memutus relasi sosial, juga merupakan dampak dari luka batin saat kecil
PENYEBAB INNER CHILD
Inner child tidak dapat begitu saja. Ada beberapa penyebab seseorang memiliki inner child, namun karena diabaikan atau tidak segera diatasi, luka tersebut tetap bertahan hingga dewasa. berikut beberapa peristiwa yang dapat menyebabkan inner child seseorang terluka:
- Kehilangan orang tua.
- Pernah dilecehkan secara fisik.
- Pernah diabaikan secara emosional.
- Pernah mengalami pelecehan seksual.
- Sakit parah.
- Pernah ditindas.
- Sempat menjadi korban bencana alam.
- Pernah mengalami perpisahan dalam keluarga/ perceraian orang tua.
- Pernah menjadi korban kekerasan yang menimbulkan kecelakaan fisik.
- Pernah mengalami penyalahgunaan zat dalam rumah tangga.
- Ada anggota keluarganya yang dulu punya penyakit mental.
- Pernah menjadi pengungsi.
- Merasa terasingkan atau terisolasi tanpa ada kontak dengan orang lain
GEJALA ANDA MEMILIKI INNER CHILD
- Sulit membuat batasan dengan orang lain
Seseorang dengan inner child yang terluka sangat sulit menentukan batasan diri mereka terhadap orang lain. Hal ini membuat mereka menganggap dirinya bukan sebagai prioritas utama dan menempatkan orang lain sebagai prioritas utamanya. Alhasil, mereka sangat sulit mengucapkan “tidak” kepada orang lain, meskipun dalam dirinya tidak merasa nyaman.
- Tidak percaya dengan diri sendiri
Ciri selanjutnya ialah orang yang memiliki inner child terluka tidak memiliki kepercayaan diri. Mereka selalu meragukan potensi diri dan selalu membandingkan diri mereka dengan orang lain. Hal ini akan menyebabkan mereka selalu mengkritisi diri sendiri tanpa henti.
- Tidak mengenal diri sendiri
Kebiasaan untuk terus memprioritaskan orang lain dan menomorduakan diri sendiri juga punya banyak efek samping lainnya. Salah satunya ialah mereka menjadi sulit untuk mengenali diri sendiri. Kesulitan untuk mengidentifikasi diri ini ada lantaran mereka tidak mempunyai identitas diri yang kuat.
- Terlalu kompetitif
Bagi orang yang mempunyai inner child yang terluka, kegagalan adalah musuh terbesar mereka. Apabila mengalami kegagalan maka ia akan merasa di remehkan. Sehingga tertanam di benak mereka untuk selalu menjadi yang terbaik dan terdepan. Apapun yang ia kerjakan yang harus tercapai apapun caranya walaupun harus memaksakan diri
- Selalu bergantung pada orang lain
Orang dengan inner child yang terluka akan melakukan apa pun agar mereka tidak kehilangan perhatian dari orang di sekitarnya. Mereka juga akan sangat obsesif dengan orang di sekitarnya dan berusaha untuk terus menyenangkan orang tersebut agar tidak pergi dari hidupnya.
- Sulit untuk mengontrol emosi
Ciri lain orang yang mempunyai inner child terluka ialah mereka sulit untuk mengontrol emosi diri. Mulai dari sulit mengendalikan amarah, lebih mudah menangis, lebih senang menghindari konflik, atau “menutup diri” selama pertengkaran ialah beberapa ciri dari orang yang memiliki inner child terluka.
- Menutup diri
Sulit untuk beradaptasi dan bertemu orang baru ialah ciri lain bagi mereka yang memiliki inner child terluka. Mereka lebih senang menutup diri karena mereka merasa ketakutan ketika harus berhadapan dengan orang baru.
- Sering menyalahkan diri sendiri
Merasa menyesal ketika melakukan kesalahan ialah hal yang wajar bagi banyak orang. Namun, perasaan menyesel yang dialami oleh para orang dengan inner child yang terluka sangat berbeda. Mereka selalu merasa menyesal di setiap saat, meskipun tidak melakukan kesalahan apa pun.
- Cemas ketika menjalani hal baru
Orang dengan inner child yang terluka juga sangat tidak suka dengan hal-hal yang tidak terprediksi. Ketika hal-hal tidak terprediksi tersebut muncul, maka mereka akan merasakan kecemasan yang luar biasa. Dengan kata lain, orang dengan inner child yang terluka sangat sulit untuk meninggalkan comfort zone mereka dan takut untuk menghadapi hal-hal baru.
- Memiliki gangguan tidur dan sulit fokus
Biasanya jika memiliki inner child ia akan selalu resah sehingga kesulitan tidur. Ia selalu merasa mengalami mimpi buruk yang berulang ulang. Merasa bahwa ia dalam kondisi tersebut secara terus menerus. Ini dalam penyebabkan kehilangan fokus dan merasa segala sesuatu tidak ada yang berjalan lancar.
BAGAIMANA CARA MENYEMBUHKAN INNER CHILD
Apa yang bisa kita lakukan agar tidak terus dihantui oleh inner child yang terluka? Anda dapat berdamai dengannya, merangkulnya, lalu menyembuhkannya. Berikut adalah langkah menyembuhkan luka masa kecil menurut ahli:
- Menyadari inner child
Pertama-tama, sadarilah bahwa ada sosok ‘anak kecil’ dalam diri Anda yang masih terluka.Mengunjungi masa lalu yang menyakitkan memang tidak mudah.Namun mengubur masa lalu tersebut dalam-dalam tanpa berusaha menyembuhkannya hanya juga akan membuat inner child terus mendominasi diri Anda serta melahirkan perasaan-perasaan negatif.
- Jalin komunikasi dengan inner child
Sisihkan waktu setiap harinya untuk berdialog dengan anak dalam diri Anda. Bayangkan diri Anda ketika kecil dulu dan ia sedang berhadapan dengan Anda. Saat Anda sudah benar-benar merasakan kehadirannya, mulailah berdialog dengan sang anak.Katakan padanya bahwa Anda siap untuk mendengarkan dan akan terus berada di sampingnya.
Anda bisa mengucapkan kalimat-kalimat yang suportif dan menenangkan untuknya, misalnya:
“Aku mencintaimu dan kamu sungguh berharga untukku.”
“Kamu tidak perlu merasa bersalah atau malu. Semua yang terjadi bukanlah salahmu.”
“Kamu tidak akan lagi kesepian. Aku akan selalu di sini untukmu.”
“Maafkan aku karena selama ini sudah menyangkal dan mengabaikan perasaanmu.”
Rangkul rasa marah dan sedih
Saat berhadapan dengan inner child Anda, mungkin ada amarah yang tiba-tiba meluap di luar kendali. Tidak apa, ini bisa menjadi awal rekonsiliasi dengan anak dalam diri Anda.Faktanya, tidak selamanya marah itu negatif. Rasa marah sebenarnya adalah emosi yang normal dan sehat. Dalam keadaan tertentu, amarah diperlukan dan dapat membawa efek positif. Begitu juga dengan rasa sedih. Perasaan ini wajar muncul ketika Anda mengalami trauma yang belum terselesaikan. Jadi Anda tidak perlu merasa aneh atau cengeng apabila dilanda kesedihan.
- Meditasi
Proses rekonsiliasi dengan anak kecil dalam diri Anda bisa terasa melelahkan. Meditasi dapat memberikan rasa tenang pada pikiran. Jika jiwa Anda tenteram, menjalani dialog dengan inner child pun akan lebih mudah. Ada banyak sekali aplikasi meditasi yang tersedia dan bisa Anda unduh. Beberapa menawarkan fasilitas free trial yang bisa dicoba tanpa harus berlangganan.
- Cari bantuan profesional
Berdamai dengan inner child bisa Anda lakukan sendiri atau dengan dukungan psikolog. Adanya psikolog yang mendampingi akan membantu proses rekonsiliasi menjadi lebih mudah.Untuk Anda yang baru pertama kali ke psikolog, mungkin awalnya akan merasa canggung. Buatlah diri Anda senyaman mungkin, dan ungkapkan semua perasaan Anda secara jujur. Dengan ahli yang profesional, kerahasiaan dan privasi Anda akan terjamin.
Sumber:
https://www.klikdokter.com/
https://www.momsindonesia.com/
https://www.betterhelp.com/
https://hellosehat.com/
https://www.rspermata.co.id/
https://www.sehatq.com/
https://www.popbela.com/