Penulis:

Gojali, S. TP, Moch Agus Surosyid, Yoppy Wijaya Gunawan, Abdurrahman ASW, Henri Gultom, Heru Oktavianto, Fatkhauli Salviani, Eem Ema Maesaroh, Deni Budianto, Yohana So, Dr. Indrawati Wivina H. , MBA. , MM. , M. Pd. , M. Psi. , D. Th. , Psikolog, Muhammad S. Pd. I, CL, CHt, MMH, Esti Ayi Suwarno, Suryani Ganefi, M. Setiawan K, Selly Parlina, Mima Cihuy, Arif Suyono, Umu Alfiyah, Ani Lestari, Darussalam, Fifi Rohiyq, Fita Ratu Prillia, Muhammad Syahidin

Perubahan Dimulai dari Kewajiban

oleh Gojali, STP

“Thats, the point! Apakah ini yang dinamakan keajaiban?” hatiku berkata sambil bertanya-tanya. </em 2014, tahun dimana aku melanjutkan pendidikan di salah satu perguruan tinggi negeri di Indonesia. Tepatnya, di Jawa Tengah. Saat itu, kampusku masuk 10 besar universitas terfavorit se-Indonesia. Ya, aku termasuk salah satu orang yang beruntung bisa diterima di kampus tersebut. Mengalahkan ratusan bahkan ribuan mahasiswa lainnya yang tidak diterima di kampus itu. Awalnya aku tidak percaya karena saat SMA nilai raport ku biasa-biasa saja. Tetapi, ketika kelas 12 akhir Sekolah Menengah Atas dihadapkan kepada pilihan untuk melanjutkan pendidikan. Sejak kecil aku di percaya untuk jadi polisi hendak dewasa nanti Oleh: tetangga dan keluarga di kampung. Karena tubuhku cepat bertumbuh dan berkembang. aku yang tidak tahu-menahu waktu kecil dulu. Hanya mempercayai diri bahwa kelak nanti akan menjadi orang yang beruntung, menjadi orang sukses. Ya, kedua orang tua mendidik dan mengajarkan kedisiplinan, kewirausahaan, rajin dan semangat. Maklum, orang tua bekerja sebagai pedagang, menjadikan anaknya tidak jauh dari kedua orang tuanya. Memiliki sifat: antusias, semangat, ingin tahu tinggi, banyak belajar, kreatif dan inovatif. Didunia perdagangan bapak dan ibuku dituntut untuk belajar berinovasi, bersosialisasi, gigih, pantang menyerah dan tidak mudah putus asa dalam menjalankan usahanya. Karena itu semua kunci dari sebuah arti kesuksesan. Selain itu, rajin menabung menjaga tali silaturahim antar sesama supaya pelayananan berdagang diterima Oleh: pelanggan. Bertahun-tahun sejak aku masih kecil hingga beranjak dewasa. Bersyukur, ibu dan bapak mampu mencukupi kebutuhan anak-anaknya. Walaupun kedua orang tua hanya tamatan Sekolah Dasar (SD), tetapi bekerja keras agar anaknya tidak seperti orang tuanya. Aku dilahirkan di keluarga yang sederhana namun, memiliki pola pikir yang baik untuk hidup serta mampu menjadi kaya. Banyak hal yang dapat aku pelajari dari keteladanan kedua orang tua. Mereka fokus akan cita-cita dan masa depannya. Sehingga, menurun kepada anaknya. Tidak mudah tersinggung, tidak bawa perasaan, fokus saja pada usaha yang sedang dijalankan. Karena, perubahan hidup kita yang menciptakan, nasib baik itu ada dan didapat Oleh: orang yang terus berusaha. Aku yang sudah terbiasa merekam keseharian kedua orang tua menjadi mengerti arti bekerja keras, pantang menyerah dalam menjalankan usaha. Ketika merantau perubahan hidupku dimulai, menjadi mahasiswa dituntut untuk menjadi Agen of change agen perubahan untuk bangsa dan negara. Tidak hanya mengikuti pelajaran mata kuliah saja, tetapi lebih dari itu bahkan mencontohkan di masyarakat dan menjadi pribadi berdaya untuk teman-temannya. Banyak hal yang aku alami, pengetahuan yang sebelumnya tidak tahu. Aku tergelitik untuk mencari tahu apa yang belum aku ketahui. Seiring berjalannya waktu aku pun menemukan jati diri, bahwa aku ingin menjadi orang yang menginspirasi banyak orang dengan berkarya menjadi pebisnis dalam kehidupannya. Tidak sedikit teman seperjuangan yang mengabaikan dan merendahkanku. Tetapi, aku mengabaikan itu. Aku berfokus pada mencari pengalaman melakukan apa yang aku lakukan. Seperti, berbisnis, berorganisasi, bersosialisasi, berkolaborasi, berpartner dengan perusahaan konveksi. Aku tidak menyadari hal-hal ajaib akan terjadi, tetapi memang benar terjadi. Seperti halnya menemukan peluang untuk aku mengembangkan diri, pada satu waktu tepatnya 2015 aku berpartner dengan salah satu konveksi yang ada di sekitar kampus, awalnya aku hanya ingin menjalankan tugas sebagai panitia dibidang dekorasi survei konveksi yang murah tetapi tidak murahan dan tetap memprioritaskan kualitas. Saat itu, aku menjadi panitia sebagai kepala bidang dekorasi di himpunan mahasiswa, juga sebagai staff kewirausahaan di acara OSMB PADI (Orientasi Studi Mahasiswa Baru), sebutan Ospek pada fakultas pertanian. Aku yang aktif diorganisasi menjadikan trust me tinggi, diberi amanah untuk mengikuti rapat kepala bidang Kewirausahaan panitia di Fakultas, karena Kepala Bidangku berhalangan hadir maka aku yang mewakilkan. Rapat pun berjalan dengan lancar berupa pemaparan progress dari setiap bidang. Bidang PDD (Publikasi, Dekorasi dan Dokumentasi) memaparkan menggunakan konveksi x dari konveksi x selain kualitas bagus orangnya pun bisa dipercaya karena pelayanan yang baik menjadikan bidang PDD memilih konveksi itu dari sekian banyak konveksi yang berada di sekitar kampus, ucap kepala bidang PDD. aku yang mengikuti panitia di HIMATETA sebagai kepala bidang dekorasi sontak menanyakan mengenai konveksi yang dimaksud saat pemaparan bidang, setelah selesai rapat. Aku menghampiri kepala bidang PDD, lalu bertnya, “Mas konveksi x yang dimaksud alamatnya dimana?” ucapku sambil penasaran. “Oh, di Jl. Bantarkembar,” jawab mas PDD. “Boleh: aku minta kontaknya mas?” sahutku. “Oh, boleh: 08xxx,” jawab mas PDD. Setelah diberikan Nomor Handphone konveksi, tidak lama aku langsung menghubungi. Esok harinya,aku mendatangi tempat konveksi tersebut. Menanyakan hal ini dan itu yang berkaitan dengan kepanitiaan yang sedang aku jalankan. Karena pelayanan mas konveksi menyenangkan dan bisa diajak kerjasama, akhirnya aku sepakat memakai konveksi itu juga untuk kebutuhan kepanitiaanku di HIMATETA. Seiring berjalan waktu, aku selalu datang ke tempat konveksi untuk menanyakan progress dari pengerjaan baju untuk panitia dan peserta (Mahasiswa Baru) . Tidak lama, aku ditawarkan untuk membantu memasarkan jasa konveksi ke teman-teman. Aku memang banyak dikenal dikampus se-fakultas, menjadikanku banyak teman, banyak kenalan yang pantas untuk mengenalkan konveksi ini. Bekerjasama secara fleksibel dengan konveksi menemukan perubahan besar dalam hidup. Karena Berenang sambil meminum air (belajar, praktek dan menghasilkan uang). Lain cerita ketika aku diberi amanah diterima sebagai pengurus HIMATETA staff Kewirausahaan, dan kebetulan aku ditunjuk sebagai PJ (Penanggung Jawab), salah satu Proker (Program Kerja), KI (Kunjungan Industri). Ada hal menarik dan ajaib, ketika tahun sebelumnya Program kerja Kunjungan Industriselalu tidak banyak yang mengikuti, tetapi ketika aku yang menjadi Penanggung Jawab otomatis menjadi ketua panitia, banyak kesan yang aku dapatkan. Mulai dari panitia yang aku pimpin orang-orangnya kompak, antusias, dan gerak cepat. Selain itu, aku diberi tahu Oleh: kakak tingkat untuk menggunakan biro perjalanan x. Oke, aku survei dengan teman ke Biro Perjalanan x yang diberi tahu Oleh: kakak tingkat kuliah. Semua panitia pun ikut men-survei di biro perjalanan lain. Ketika rapat, masing-masing panitia memaparkan biro perjalanan yang sudah disurvei. Biro Perjalanan yang terpilih yaitu jasa biro perjanalan x yang hendak aku dan teman survey. Karena biaya lebih murah tetapi fasilitas yang didapat wah, peserta yang ikut sampai membludak 3 bus penuh. Waktu itu, berkunjung ke kota Semarang yaitu di Industri Sari Roti, Sidomuncul. Dan ke Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), di Bakpia Pathok, Coklat Monggo. Selain itu, berkunjung ke Wisata Taman Sari, Malioboro, Keraton Yogya. Aku bahagia penuh kesyukuran menjadi diri sendiri, melakukan apa yang ingin dilakukan untuk hari ini, esok dan masa depan. Dari cerita diatas, aku menjaga hal yang wajib aku lakukan. Macam-mcam kewajiban diantaranya, Kewajiban kepada Allah, Alam se-isinya yang merupakan makhluk Allah merupakan anugerah yang tersedia dan dapat dimanfaatkan Oleh: manusia. Manusia wajib mentauhidkan Allah dan beribadah kepada-Nya. Kewajiban kepada diri sendiri, Manusia terdiri dari dua unsur, jasmani dan rohani. Kedua unsur ini mempunyai hak dan kewajiban yang harus seimbang. Manusia memiliki kewajiban terhadap diri sendiri, yaitu: Memelihara kesucian diri, baik jasmani maupun rohani. Memelihara kerapian diri. Berlaku tenang, menambah pengetahuan, dan membina disiplin pribadi. Disamping kewajiban pada diri sendiri, manusia juga memiliki kewajiban kepada sesama manusia dalam hal: Ukhuwah (Silaturahim) Adil, Pemurah, Penyantun dan Pemaaf, Menepati janji, Musyawarah, Wasiat dalam kebenaran. Hal lainnya yang aku lakukan yaitu, bersedekah, berbakti kepada orang tua, berbaik hati kepada teman. Di dunia ini tidak ada yang kebetulan, keajaiban. semua itu terjadi atas izin-Nya. Dan dengan apa yang kita lakukan, usahakan. Tidak semerta-merta berdiam diri lalu terjadi. Mulai sekarang dan seterusnya berpikir positif, berpikir yang baik, yakin dengan apa yang kita lakukan Allah mengizinkan. Ucapkan dalam diri, saya mampu, saya sehat, saya kuat, saya bisa menjadi agen perubahan baik untuk diri sendiri ataupun orang lain. Sukses buat semuanya  

Mustahil 1 Kesulitan Mengalahkan 2 Kemudahan

oleh Moch Agus Surosyid

Saat naik kendaraan bermotor, baik mobil, sepeda motor, kereta api, ataupun kendaraan umum lainnya, kita akan bisa merasakan bahwa jalan yang kita lalui tidak selamanya lurus dan lancar. Ada kalanya belok kanan, sesekali juga belok kiri. Terkadang lancar, lalu lampu merah menyala, dan macetlah di perjalanan. Hal itu datang silih berganti. Kita juga melalui jalanan yang datar, kemudian menurun lalu mendaki, semua itu saling bertautan. Antara yang satu dengan yang lainnya, terhubung ibarat dalam suatu gambar rangkaian listrik, sehingga akhirnya bisa menyala. Bahkan bisa menerangi semesta. Yang sudah barang tentu, semuanya itu merupakan tanda kebesaran dari Sang Pencipta. Para pembaca yang budiman, dalam menghadapi realitas kehidupan. Tentu kita tidak akan bisa lepas begitu saja dari masalah dan kesulitan. Jangankan kita sebagai manusia biasa, yang tentu memiliki dosa bahkan penuh dengan dosa dan perbuatan tercela. Para Nabi dan rasul serta manusia yang terpilih untuk menjadi utusan Tuhan Yang Maha Kuasa, mereka pun sama, mereka juga menghadapi masalah dan kesulitan. Namun, mereka menghadapinya dengan sabar, kesungguhan dalam mengatasinya, dan penuh tawakkal kepada Allah. Begitulah, hidup adalah perjalanan, bertolak dari, sedang berada di, serta menuju ke suatu tempat. Di dalamnya pasti terdapat berbagai kesukaran dan kesulitan. Kesemuanya, sebagai ujian untuk kita naik kelas menjadi lebih baik lagi. Karena kita adalah makhluk ciptaan-Nya yang sempurna. Kita manusia ini memiliki tugas menjadi hamba-Nya dan beribadah pula kepada-Nya. Kita juga mengemban amanah sebagai pemimpin serta wakil Allah, untuk menebarkan kasih sayang ke seluruh alam. Allah menyebutkan di dalam kalam suci-Nya: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (155)[yaitu] orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun”. [Sesungguhnya kami milik Allah, dan sesungguhnya kepada-Nya kami akan dikembalikan]. (156)Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (157). (Q. S. Al-Baqarah [2]: 155-157). Pembaca yang berbahagia, kita sebagai manusia telah dikaruniai banyak nikmat yang tak terhitung jumlahnya. Lalu pantaskah kita , jika kita belum banyak bersyukur kepada Nya. Wahai kawan, pembaca yang budiman. Dalam menghadapi kesulitan kehidupan seperti pendakian yang berat, keikhlasan bagaikan sumber energi yang dapat memasok bahan bakar untuk kita, agar tak berhenti di tengah jalan atau mudah sekali surut ke belakang. Ikhlas juga seperti air bagi tumbuh-tumbuhan, apabila tanaman itu dirawat dan disiram dengan air akan tumbuh subur lah dia dan bahkan akan mendatangkan manfaat bagi kehidupan manusia sekarang juga selanjutnya. Setelah bersyukur dan bersabar, lalu ikhlas terus saat perjalanan. Jangan lupa tambahkan tawakkal. Mengapa? Karena tawakkal adalah sifat yang membawa percaya diri. Sebab dengan tawakkal para Rasul mampu menghadapi rintangan dan tantangan serta mengatasi kesulitan yang di luar batas manusia biasa. Satu Kesulitan Dua Kemudahan Jika kita menyimak ayat berikut, maka kita akan semakin yakin bahwa di balik semua kesulitan yang dihadapinya, pasti ada kemudahan sesudahnya. Seperti firman Allah: فَإِنَّ مَعَ ٱلۡعُسۡرِ يُسۡرًا ٥ إِنَّ مَعَ ٱلۡعُسۡرِ يُسۡرٗا ٦ Artinya: “Maka sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. ” (Q. S. Alam Nasyrah [94]: 5-6). Sehubungan dengan itu, sijelaskan di dalam hadits: لَوْ جَاءَ العُسْرُ فَدَخَلَ هَذَا الحُجْرَ لَجَاءَ اليُسْرُ حَتَّى يَدْخُلَ عَلَيْهِ فَيُخْرِجُهُ Artinya: “Seandainya kesulitan itu datang dan masuk dalam lubang ini, maka akan datang kemudahan dan ia turut masuk ke dalam lubang tersebut sampai ia mengeluarkan kesulitan tadi. ” (H. R. Al-Hakim). Pada hadits lain dikatakan: لَنْ يَغْلِبَ عُسْرٌ يُسْرَيْنِ Artinya: “Satu kesulitan tidak mungkin mengalahkan dua kemudahan. ”ْ (Syaikh Al-Albani menyebutkan di dalam Dha’if Al-Jaami’). Al-Hasan Al-Bashri mengatakan, كَانُوا يَقُوْلُوْنَ: لاَ يَغْلِبُ عُسْرٌ وَاحِدٌ يُسْرَيْنِ اِثْنَيْنِ Artinya: “Para sahabat dahulu berkata bahwa satu kesulitan tidak mungkin mengalahkan dua kemudahan. ” (Disebutkan dalam Tafsir AlQur’an Al-‘Azhim dengan sanad riwayat hasan). Ibnu Katsir menjelaskan perkataan di atasdengan kaedah ilmu bahasaْArab,ْ“bahwaْkesulitanْ(al-‘usru) menggunakan isim ma’rifah (terlihat didahului alif laam) di dua keadaan. Maka kesulitan pertama dan kedua dianggap satu atau dianggap sama. Sedangkan kemudahan (yusrun) menggunakan isim nakirah (tidak terdapat alif laam), sehingga kemudahan itu berbilang, bukan hanya satu. Oleh: karenanya disebut, “Satu kesulitan mustahil mengalahkan dua kemudahan. ” Kesulitan pertama yang disebut dalam ayat sama dengan kesulitan kedua, berarti kesulitan itu hanya satu. Sedangkan kemudahanْituْberbilang. ” Begitulah, ketika kesulitan semakin memuncak, semakin di ujung tanduk, maka setelah itu datanglah kemudahan. Mengapa demikian? Karena di puncak kesulitan itulah, hati sudah begitu pasrah, menyerahkan seluruhnya kepada Allah, tempat bergantung segala urusan. Itulah hakikat tawakkal. Karena sudah menyerahkannya kepada Allah, maka Allah-lah yang akan menyelsaikan segala kesulitannya. Maka, betullah apa yang dikatakan Ibnu Rajab Al-Hambali yang mengatakan, “Jika ْkesempitan itu semakin terasa sulit dan semakin berat, maka seorang hamba menjadi putus asa. Demikianlah keadaan hamba ketika tidak bisa keluar dari kesulitan. Ketika itu, ia pun menggantungkan hatinya pada Allah semata. Akhirnya, ia pun bertawakkal pada-Nya. Tawakkal inilah yang menjadi sebab keluar dari kesempitan yang ada. Karena Allah sendiri telah berjanji akan mencukupi orang yang bertawakkal pada-Nya. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya. ” (Q. S. Ath–Thalaq: 3). Imam Asy -Syafi’I pernah berkata dalam bait syair yang artinya: “Bersabarlah yang baik, maka niscaya kelapangan itu begitu dekat. Barangsiapa yang mendekatkan diri pada Allah untuk lepas dari kesulitan, maka ia pasti akan selamat. Barangsiapa yang begitu yakin dengan Allah, maka ia pasti tidak merasakan penderitaan. Barangsiapa yang selalu berharap pada-Nya, maka Allah pasti akan memberi pertolongan”. Dalam syair Arab pun dikatakan, “Sabar itu seperti namanya, pahit rasanya, namun akhirnya lebih manis daripada madu. ” Urusan sebenarnya terpulang kepada kita sendiri, apakah kita sudah sungguh-sungguh mengatasi kesulitan itu? Apakah kita sudah maksimal berusaha? Apakah berbagai cara sudah ditempuh? Kalau belum, bagaimana mungkin menemukan kemudahan. Semoga Allah senantiasa memudahkan segala urusan kebaikan kita dan kita meraih kelapangan dari kesempitan yang ada. Aamiin.  

Harapan yang Menjadi Kenyataan

oleh Yoppy Wijaya Gunawan

Pengalaman pribadi saya ini adalah contoh nyata dimana sebuah harapan yang terwujud menjadi kenyataan dengan cara – cara yang tidak terduga. Yang saya anggap sebagai keberuntungan dan keajaiban dalam hidup saya. Awalnya saya ditawari untuk melihat sebuah rumah Oleh: seorang sahabat, sebenarnya saat itu ada perasaan enggan karena saya merasa tidak membutuhkan dan tidak ada budget untuk membeli rumah baru. Tapi karena untuk melegakan teman, akhirnya saya sempatkan untuk melihat rumah tersebut. Sampai disana saya cukup terkejut melihat rumah tiga lantai yang menjulang cukup tinggi, dan tampak depannya mirip ruko dengan tiga pintu utama. Saya masuk kedalam dan melihat bangunannya cukup bagus dan kokoh. Terakhir rumah tersebut digunakan untuk usaha salon di lantai satu dan usaha warnet di lantai dua. Dari lantai satu lanjut naik ke lantai dua, disitu saya melihat banyak jendela kaca dan gorden yang menutupnya. Lantainya masih sangat kotor karena sudah tidak dipakai selama setahun lebih. . Dari lantai dua saya naik ke lantai tiga, disitu juga masih sangat kotor dan temboknya masih banyak yang bocor. Dari lantai tiga ternyata masih ada tangga untuk naik keatas menuju atap yang disediakan untuk menjemur pakaian. Dari atas itu saya bisa melihat pemandangan yang sangat indah di sekitar rumah tersebut. Saya melihat ke bawah sangat ramai sekali kendaraan yang melintas didepannya, karena kebetulan didepan rumah walaupun bukan jalan utama, tetapi dilewati dua jalur kendaraan baik roda dua maupun roda empat. Dari lantai teratas inilah saya merasakan hembusan angin yang membuat badan menjadi segar dan membuat perasaan menjadi sangat bersemangat kembali. Disitulah awal ketertarikan saya kepada rumah tersebut. Yang menjadi ganjalan adalah jalan didepan rumah ada pembuangan air atau kali kecil yang cukup memakan badan jalan, sehingga membuat jalan menjadi sempit. Di dekat rumah juga ada traffic light jadi rasanya macet sekali disana karena dilewati dua jalur kendaraan di jalan yang sempit tersebut. Tapi entah kenapa saya jadi sangat menyukai rumah tersebut dari awal saya melihat dan memasukinya. Ada perasaan tenang dan damai disana. Dari situ saya berkeyakinan bahwa saya pasti bisa memiliki rumah itu. Saya sangat berharap, keinginan dan harapan saya itu akan menjadi kenyataan. Setelah pulang ke rumah, saya bicarakan dengan istri bahwa saya baru saja melihat rumah tiga lantai. Tetapi tanggapan istri tidak mendukung, karena memang tidak ada anggaran kami untuk membeli rumah baru. Tetapi saya tidak menyerah dan meminta kepadanya untuk ikut melihat rumah itu dulu, walaupun nantinya tidak suka, tidak apa – apa, kita tidak perlu membelinya. Setelah saya bujuk berhari – hari akhirnya istri saya mau juga melihat rumah tersebut. Sampai disana ternyata apa yang saya rasakan juga dialami Oleh: istri saya. Di lantai teratas dia juga bisa melihat indahnya kota kami dari sana. Yang menjadi masalah untuk kami adalah adanya kali didepan rumah tersebut yang memakan badan jalan. Sehingga akses kendaraan disitu menjadi sangat padat dan susah untuk roda empat putar arah. Banyak teman dan saudara kami yang merekomendasikan kami untuk tidak membeli rumah tersebut, karena akses jalannya yang susah dan sempit. Tidak ada satupun yang mendukung kami untuk membeli rumah tersebut. Tetapi kami berdua tetap yakin dan bekerja keras untuk mendapatkan rumah itu. Kami akhirnya berembuk dan kami sepakat untuk menawar rumah tersebut. Sebenarnya hanya menawar saja dulu tanpa berharap akan disetujui Oleh: pemiliknya. Rupanya pemilik rumah juga sedang membutuhkan dana segar, akhirnya kami dipertemukan dengan pemiliknya langsung. Dari pembicaraan tersebut disepakati penjualan rumah itu. Yang menjadi masalahnya sekarang adalah kami belum siap dengan dana tunai untuk membayarnya. Dana tunai kami masih dalam bentuk barang dagangan, jadi tidak memungkinkan untuk membayar cash. Kami berdua sempat bingung waktu itu harus mencari dana tunai dimana? Kami berdua hanya berdoa dan berharap semoga ada yang menolong kami. Setelah mencari kesana kemari akhirnya ada seorang saudara yang mau meminjamkan dana tunainya, tanpa mengharapkan imbalan apapun dari kami untuk membayar rumah tersebut. Akhirnya transaksi rumah tersebut selesai. Setelah beberapa bulan, saya juga dapat mengembalikan dana pinjaman kepada saudara saya itu. Setelah rumah itu menjadi milik kami, saya mulai merenovasinya dengan mengganti atap kanopi dan pintu depan. Rumah tersebut akhirnya kami kosongkan selama hampir satu setengah tahun karena masih merasa bingung mau digunakan untuk usaha apa? Akhirnya suatu hari kami mendapat kabar dari teman kalau akan ada program dari pemerintah daerah untuk menutup pembuangan air didepan toko itu. Teman saya menanyakan apa saat mau membeli rumah itu saya sudah tahu kalau akan ada pelebaran jalan?. Terus terang saya jawab kami tidak mengetahui sebelumnya. Jadi asal beli saja. Setelah dikerjakan kurang lebih setengah tahun, akhirnya pembuangan air didepan toko itu ditutup aspal. Itu membuat jalan didepan rumah kami menjadi sangat luas. Dari situ kami mulai berpikir untuk memanfaatkan rumah itu untuk membuka usaha. Banyak masukan dari teman dan saudara untuk membuka usaha, mulai dari tempat makan, jual sparepart mobil, jual fashion, untuk dibuat kost, dan masih banyak lagi. Setelah berunding dengan istri cukup lama, akhirnya kami putuskan untuk membuka usaha toko bahan roti. Mengapa kami berdua menjatuhkan pilihan usaha itu? Karena kami berpikir bahwa menjual bahan pembuat roti lebih mudah laku dan dibutuhkan, mirip dengan sembako. Selain itu adik ipar saya juga sudah menekuni usaha ini sebelumnya, jadi kami bisa belajar dari dia. Kami putuskan untuk membuka toko pada awal bulan Maret. Sebelum buka, kami mengadakan selamatan dengan memanggil saudara, teman dan warga sekitar. Sebetulnya kami saat itu juga belum siap membuka toko, sampai ada saudara yang menyarankan untuk menunda buka tokonya karena melihat kami masih belum siap benar. Tapi kami berpikir, sembari jalan pasti bisa. Seminggu setelahnya mulai ada pembatasan warga untuk berkumpul dikarenakan penyebaran Covid-19 yang sedang marak, jadi jika kemarin kami menunda buka. Hampir dipastikan kami tidak akan bisa mengumpulkan orang untuk ikut selamatan toko kami. Kejutan berikutnya yang kami tidak tahu adalah ternyata banyak ibu – ibu dibelakang kampung yang berprofesi membuat kue untuk pesanan. Mereka menjadi sangat terbantu dengan adanya toko kami, tidak perlu jauh – jauh untuk mendapatkan bahan roti. Sampai sekarang istri saya yang menjalankan bisnis toko bahan roti itu dan sudah berjalan dengan sangat baik. Toko kami tidak pernah sepi dari pembeli. Sampai saat ini pun tiap bertemu dengan teman dan saudara saya, pasti mereka mengatakan bahwa saya sangat beruntung sekali membeli rumah tersebut. Pemilihan usaha kami juga benar, karena setelah membuka usaha bahan roti ini terbukti tidak ada masalah dan tetap lancar di saat pandemic Covid-19 ini. Dari sinilah saya menyadari bahwa semua harapan saya telah menjadi kenyataan. Keberuntungan yang tidak terduga dan sikap berani serta yakin kami dalam menghadapi masalah membuat kami merasa mendapat Miracle of Life dari Sang Pencipta.

The Years Of Miracle

oleh Abdurrahman ASW

Hari itu, 10 tahun yang lalu saya putuskan untuk resign dari pekerjaan yang sudah saya geluti selama 14 tahun, sebagai marketing asuransi syariah. Alhamdulillah selama beraktivitas di asuransi syariah saya sudah berkontribusi untuk mendapatkan premi asuransi syariah tempat saya bekerja. Diantaranya ada premi asuransi kesehatan 6,8 Milyard, asuransi jabatan 5 Milyard. Saya meyakini bahwa rezeki Alloh ada dimana-mana, ada rezeki yang harus dicari dan ada rezeki yang datang sendiri. Bisa jadi rezeki yang datang sendiri porsinya lebih banyak dari rezeki yang dicari, bisa jadi perbandingannya 20%: 80% (20% rezeki yang dicari; 80% rezeki yang datang sendiri) hanya saja perlu ilmu dan tindakan yang benar agar bisa menjadi kenyataan. Meyakini hal tersebut yang membuat saya mengambil keputusan untuk resign, setelah sekian lama mengabdi untuk dunia, sekarang saatnya untuk membalik keadaan dengan mengabdi untuk Allah, yaitu dengan lebih mengutamakan aktivitas akhirat. Dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu beliau berkata: ‘Kami mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang (menjadikan) dunia tujuan utamanya maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan/tidak pernah merasa cukup (selalu ada) di hadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan (harta benda) duniawi melebihi dari apa yang Allah tetapkan baginya. Dan barangsiapa yang (menjadikan) akhirat niat (tujuan utama)nya maka Allah akan menghimpunkan urusannya, menjadikan kekayaan/selalu merasa cukup (ada) dalam hatinya, dan (harta benda) duniawi datang kepadanya dalam keadaan rendah, hina (tidak bernilai di hadapannya)“[1] Singkat cerita mulailah saya menjalani aktivitas dirumah saja, seperti yg dianjurkan diera pandemi ini work form home (WFH). Alhamdulillah saya sudah menjalaninya 10 tahun yang lalu sampai dengan sekarang. Hanya saja mindset nya sudah lebih focus ke Allah, bahkan saya dan istri sudah mewakafkan diri ke Allah untuk berdakwah dijalan-Nya. Baca Qur’an SuratMuhammad ayat 7 “Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”. Alhamdulillah setiap hari yang dijalani bersama istri dan anak-anak selalu Allah limpahkan rezeki, ada aja rezeki yang datang untuk memenuhi kebutuhan, ada aja cara Allah untuk mendatangkan rezeki untuk hambanya yang dhoif ini untuk selalu bersyukur dan bertambah keyakinan kepadaNya atas janji-janjiNya Baca Qur’an Surat Yunus ayat 44: “SesungguhnyaAllahtidakberbuatzalimkepadamanusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yangberbuatzalim kepadadirimerekasendiri. ” Baca Qur’an surat Al-Baqoroh ayat 112: “(Tidak demikian) bahkan (yang benar ialah) siapa saja yang menyerahkan wajahnya ke- pada Allah, dan ia berbuat baik, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. ” Tahun pertama setelah resign, Allah memberikan amanah kepada saya dan istri menanti 8 tahun punya momongan lagi setelah anak ketiga dirasa sudah besar, kebahagiaan yang tak terkira atas rahmat dan karunia Allah kepada saya dan istri. Tahun kedua setelah resign, dengan modal dari mejual mobil Terios, saya memulai beberapa usaha dari rumah diniatkan unuk berdakwah, diantaranya Travel Haji Umroh, Air Galon isi ulang, Lembaga amil zakat sedekah, sekolah gratis SD, SMP, SMA. Untuk travel haji umroh, saya bekerja sama dengan travel lain dalam pemberangkatannya dan saya berusaha memberikan pelayanan yang terbaik untuk jamaah travel, adapun air galon isi ulang saya memberikan pelayanan antar sampai kerumah dengan kualitas air yang bagus untuk kesehatan, untuk lembaga amil zakat sedekah dijalankan dengan amanah menyalurkannya untuk siapapun yang membutuhkan, dan sekolah gratis SD, SMP, SMA dari mulai masuk pendaftaran sampai dengan lulus. Keyakinan yang besar akan pertolongan Alloh membuat saya optimis menjalankan semua kegiatan tersebut. Setiap hari saya isi aktivitas dengan ritual ibadah kepada Allah, diantaranya dengan sholat dhuha 12 rakaat, sholat 5 waktu dimasjid tepat waktu, sholat sunnah qobliyah dan ba’diyah, tilawah Qur’an 1 juz sehari, sholat taubat, sholat hajat sebelum tidur, sholat tahajud 11 rakaat, shoum sunnah daud, semua saya lakukan karena ingin dekat dengan Allah, ingin mendapat perhatian-Nya, ingin dicintai-Nya, ingin menjadi kekasih-Nya. Karena kalau saya dekat dengan Allah maka Allah akan memerintahkan semua alam semesta untuk dekat dengan saya, segala urusan segala permintaan akan dimudahkan dan dikabulkan. Dukungan istri dan anak-anak sangat berarti sekali dalam menyemangati kegiatan saya sehari-hari, ditambah doa orang tua khususnya Mamah (begitu saya memanggilnya) yang pastinya manjur bagi saya sebagai anaknya. Alhamdulillah semua berjalan lancar sesuai kehendakNya, tidak ada satu kendala yang berarti. Semua bisa dilalui dengan kemudahan dari Allah. Ditahun ketiga setelah resign, Allah kembali memberikan amanah dan karunianya kepada saya dan istri momongan yang sangat dinanti sebagai pembuktian kalau Allah benar-benar menyayangi saya dan istri, alhamdulillah anak kelima hadir menjadi penyemangat dan penguat keyakinan dan kepasrahan kepada Allah. Tahun keempat setelah Resign, Allah mengundang saya dan istri untuk hadir umroh diBaitullah dengan kondisi istri sedang hamil 5 bulan calon anak ke 6, dan meninggalkan anak ke 5 yang berusia 9 bulan dan masih menyusui. Alhamdulillah Allah menjamu saya dan istri untuk umroh 9 hari mengunjungi makam Rosululloh SAW kemudian umroh ke masjidil haram, semua doa, mohon ampunan, dan hajat dipanjatkan didepan multazam. Terasa khusyu, nikmat dan bahagia sekali saya dan istri dalam menjalani ibadah umroh, pasrah, ikhlas, ridho hanya kepada Allah. Alhamdulillah janin yang dibawa dalam kandungan ketika umroh, Allah hadirkan ditengah-tengah keluarga pada bulan desember 4 bulan setelah pulang umroh. Menambah kebahagiaan dan ketakjuban atas karunia Allah yang tiada hentinya. Tahun kelima setelah resign, bulan januari saya berniat membagi ilmu dan pengalaman yang saya miliki kepada banyak orang dengan mengadakan seminar dan workshop dengan judul Quantum Rezeki yang diadakan di JDC Slipi, dalam seminar dan workshop itu saya mengajak peserta untuk bergantung hanya kepada Allah SWT dengan menitik utamakan pada keyakinan bahwa sebenar tidak ada masalah dalam hidup kalau diserahkan semuanya kepada Allah, yang masalah adalah kalau berusaha merekayasa sesuatu agar terselesaikan urusannya tanpa melibatkan Allah. Disesi terakhir seminar dan workshop saya mengajak peserta untuk mengadaikan dirinya kepada Allah SWT dengan sebelumnya mengingatkan bahwa sudah sekianbanyak dan besar karunia yang sudah Allah berikan baik itu yang sudah diminta ataupun yang tidak diminta. Alhamdulillah acara seminar dan workshop Quantum Rezeki berjalan lancar, semua urusan sewa gedung, bayar catering, Allah yang selesaikan dengan caranya. Tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah, semua bisa terjadi kalau Allah berkehendak. Tahun keenam setelah resign, Allah menurunkan karunianya karena pada saat itu sekolah gratis yang saya rintis bersama istri berhasil meluluskan siswa siswi SMP dan SMA, travel umroh haji berhasil memberangkatkan 20 jamaah, dan puncaknya adalah Allah mendatangkan seorang hambanya yang tergugah dan mau mensedekahkan hartanya dijalan Allah. Melalui info yang didapatkan beliau menghubungi saya menyatakan niatnya untuk bersedekah melalui lembaga amil zakat sedekah yang saya bentuk, setelah berkomunikasi melalui telepon seluler, disepakati bertemu besok untuk menyerahkan dana sedekahnya. Keesokan harinya saya bertemu dengan calon donator yang kemarin menelepon, setelah saling berkenalan dan silaturrahim akhirnya calon donator menyerahkan dana sedekahnya yang dibungkus dengan tas, sambil membuka tasnya disebutkan jumlahnya 1 Milyard, subhanallah, walhamdulillah, Allahuakbar, semoga Allah menambahkan rezekinya memudahkan semua urusannya, disehatkan dan dibahagiakan semua anggota keluarganya, aamiin yaa Robbal’alamiin. Tahun ketujuh setelah resign, dan seterusnya sampai tahun ini, Alhamdulillah Allah terus memberikan kejutan kepada saya berupa karunia yang tiada ternilai. Semoga Allah selalu memberikan karunia-Nya yang berlimpah untuk saya dan keluarga dan untuk semua keluarga di seluruh Indonesia dan seluruh dunia, aamiin yaa Robal’alamiin.  

Mendung Itu Tak Selamanya Kelabu

oleh Henri Gultom

Judul diatas mengingatkan kita pada sebuah judul lagu era 1980an, tetapi itulah yang penulis alami. “Kek…… kita mau kemana?” Tanya ku kepada orang tua di sampingku. “Kita mau ke Jakarta menyusul orang tua mu…” jawab kakekku, sementara nenekku hanya diam saja menatap kearahku. Hari itu Sabtu 14 Februari 1970 aku meninggalkan kampung kelahiranku yang merupakan salah satu peta kemiskinan di Sumatra Utara. Dikatakan peta kemiskinan karena kehidupan dikampungku memang termasuk sangat sulit (aku menyadari ini setelah lama tinggal di Pulau Jawa). Setiap pagi hanya sarapan Singkong beberapa potong sebelum berangkat ke sekolah, pulang dari sekolah harus masak nasi sebelum berangkat ke sawah membantu orang tua. Nasi memang melimpah karena setiap keluarga pasti punya sawah dan tiap rumah punya gudang penyimpanan padi. Tetapi hanya makan nasi tanpa lauk pauk. Sehari-hari aku makan siang hanya dengan nasi yang disiram air panas lalu dikasih garam. Hampir tidak pernah makan daging kecuali ada pesta, itu pun dijatah. Makan ikan asin hanya sekali seminggu yaitu hari Rabu karena setiap hari Rabu ada pasar barter di dekat kantor kecamatan yang jaraknya sekitar 5 km dari rumahku. Aku sebut pasar barter karena setiap orang yang akan kepasar biasanya sambil membawa hasil bumi masing-masing untuk dijual, hasilnya di pakai untuk membeli kebutuhan pokok. Hidup sangat sulit karena didera kemiskinan sehingga banyak yang merantau ke kota-kota lain yang lebih ramai, terutama Medan dan Jakarta. Orang tua ku sendiri sudah merantau sejak 2 tahun sebelumnya ke Jakarta. Setelah menempuh perjalanan 14 jam kami pun tiba di Medan, ibu kota Sumatera Utara. Kami pun tinggal di rumah saudara selama 3 hari sambil menunggu jadwal kapal laut menuju Jakarta. Pada waktu itu Transportasi uadara masih langka dan merupakan barang mewah. Sebagai sebuah ibu kota provinsi dan kota ketiga terbesar di Indonesia aku hanya bisa tercengang melihat mobil-mobil dan gedung-gedung perkantoran yang indah dan besar-besar (di kampungku hanya ada beberapa mobil truck). Setelah menempuh perjalanan laut selama 3 hari 3 malam kami pun tiba di Jakarta. Melihat keramaian kota Medan saja aku sudah terkagum-kagum, apalagi Jakarta. Tidak henti-hentinya aku berdecak kagum melihat keramaian kota Jakarta. Tetapi kekaguman ku tersebut akhirnya berhenti setelah kami tiba di rumah kontrakan ayahku di daerah Kampung Bali, Manggarai, Jakarta Selatan. Sebuah rumah tipe RSS, sangat sederhana, setengah tembok dan beralaskan semen. Ternyata tidak berbeda jauh dengan rumah ku di kampung pikirku. Belakangan aku tahu bahwa ayahku setelah tiba di Jakarta tahun 1968 ikut ujian persamaan SPG dengan sistem ikatan dinas karena DKI Jakarta sangat kekurangan guru SD pada masa itu. Dengan gaji kurang dari Rp. 60. 000,00 ayahku hanya mampu mengontrak rumah tipe RSS dikawasan kumuh dekat bantaran sungai Manggarai. Namun aku tidak terlalu mempermasalahkannya, aku lebih fokus memikirkan sekolahku. Senin 23 Februari aku mulai duduk dikelas 2 di SDN 01 Petang Manggarai karena pembelajaran tahun ajaran baru di SD sudah berjalan 1 bulan. Keterbatasan bahasa Indonesia menjadi masalah utama ku karena sehari-hari di kampung kami berbahasa daerah termasuk di sekolah. Aku hanya bisa menangkap 50% apa yang disampaikan Oleh: guru-guruku. Bermodalkan hanya selembar buku tulis aku pun tidak menyerah karena orang tua ku tidak mampu membelikan ku buku cetak pada waktu itu. Hasilnya seperti sudah dapat diduga, dari 12 mata pelajaran, merahnya ada 5. Aku hanya pasrah menerima amarah ayah ku karena dia tidak mau tahu permasalahanku. Dengan alasan tidak mampu memperpanjang biaya kontrak rumah yang terus naik, bulan Nopember 1970 kami terpaksa pindah ke daerah Cengkareng karena Pak de yang merupakan pejabat di Departemen Perdagangan membangunkan kami sebuah rumah sederhana di areal tanahnya dengan pesan agar kami mengelola tanah dan sawah miliknya. Akupun dimasukkan ke SDN 01 Pagi Cengkareng yang kebetulan jaraknya Cuma 100 meter dari rumah kami yang baru. Hidup di Cengkareng tidak lebih baik, bahkan lebih sulit karena akses transportasi masih sangat terbatas. Tetapi aku tidak terlalu memikirkan itu, aku lebih khawatir memikirkan sekolahku. Aku sudah tidak ada kendala dalam bahasa, tetapi perlu adaptasi dengan lingkungan baru dan tidak adanya buku cetak membuat nilai-nilaiku kembali jeblok. Dari 12 mata pelajaran merahnya ada 3 dan nyaris tidak naik kelas. Tetapi Tuhan masih menolongku, ada kebijakan dari sekolah untuk naik kelas percobaan, dengan catatan apabila nanti tidak bisa mengikuti pelajaran di kelas 3 harus kembali ke kelas 2. Setelah satu tahun di Jakarta aku baru sadar kenapa orang banyak urbanisasi ke Jakarta, karena peluang sukses memang besar asal tahan banting dan mau kerja keras di Jakarta. Hal ini memompa semangat ku untuk meraih sukses di Jakarta. Dalam hati aku berjanji tidak akan pulang kampung sebelum berhasil menaklukkan Jakarta. Meskipun didera kemiskinan, makan pas-pasan, pakaian seragam hanya punya satu (pulang sekolah langsung dicuci untuk dipakai keesokan harinya), tanpa buku dan peralatan sekolah yang memadai, tetapi menurunkan semangat ku untuk belajar dan belajar sekeras-kerasnya demi tercapainya cita-citaku. Setiap tahun prestasiku semakin membaik, kelas 3 sudah tidak ada merah meskipun nilai hanya pas pasan karena keterbatasan buku dan alat belajar. Aku terkadang harus pinjam buku cetak teman sekelas lalu membuat ringkasannya. Pada saat pelajaran menggambar aku hanya bisa pinjam peralatan menggambar seperti penggaris, jangka, dan pensil warna. Tetapi itu semua justru jadi dendam positif bagiku untuk membuktikan si anak singkong ini pun pasti bisa berhasil ditengah-tengah keterbatasan yang ada. Lulus SD aku pun diterima di SMPN 45, salah satu SLTP favorite di daerah Cengkareng, yang jaraknya sekitar 5 km dari rumahku. Untuk ukuran anak SMP, setiap hari berjalan kaki sejauh 5 km setiap hari bukan pekerjaan yang ringan, tetapi semua aku jalani demi cita-citaku. Meskipun alat transportasi mulai ada, tetapi aku tidak pernah diberikan ongkos Oleh: orang tuaku, ibuku selalu mengatakan bahwa jalan kaki itu sehat, padahal aku tahu dia tidak mampu memberikan ongkos angkot karena penghasilan ayahku sebagai guru SD pada saat itu hanya Rp. 89. 000,00/bulan. Kami anak-anaknya juga tidak pernah diberikan uang Jajan. Ibu ku kerap kali berkata “makan saja di rumah, diluar makanannya tidak sehat” padahal karena tidak punya uang. Pakaian seragam sudah ada 2 pasang, tetapi aku harus rajin memcuci setiap pulang sekolah agar bisa digunakan 2 hari berikutnya. Kami hanya memiliki rumah sederhana dengan PLN 450 watt, tanpa Tv, tanpa Kulkas. Untuk bisa menikmati film Bonanza kesukaanku aku terpaksa mencuri-curi waktu untuk mengintip dari dinding rumah tetangga yang punya Tv. Kesulitan ekonomi ini benar-benar mendera ku, membuatku sangat membenci kemiskinan dan bertekad harus jadi orang sukses. Lulus SMP akupun diterima di SMA Negeri 33 Jakarta, salah satu SLTA Favorite di Rayon Jakarta Barat. Jaraknya sekitar 4 km dari rumahku lebih dekat dibanding SMP jadi orang tuaku tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi. Aku memang selalu berpikir bagaimana sebisa mungkin mengurangi beban orang tuaku. Pada saat itu gaji ayahku sekitar Rp. 120. 000,00 dan ada 6 orang anak yang harus disekolahkan. Sebagai anak remaja aku termasuk mudah bergaul dan banyak teman, tetapi terkadang aku merasa minder karena tidak berani ikut mereka ke kantin pada saat jam istirahat sekolah. Pulang sekolah terkadang mereka menonton di bioskop yang kebetulan dekat sekolah kami. Tetapi aku hanya bisa mengelus dada karena tidak punya uang. Kata orang, masa SMA adalah masa yang paling indah dan masa dimana cinta mulai bersemi, tetapi tidak untukku, dan aku tidak berani memikirkan cinta dengan kondisiku yang serba kekurangan. Lulus SMA, sebagaimana layaknya teman-temanku yang lain kami pun ikut Perintis (sekarang sama dengan UMPTN) dengan pilihan utama UGM Yogyakarta, dan mencoba masuk beberapa sekolah kedinasan dengan program ikatan dinas. Perintis I dan STAN aku gagal masuk, tetapi diterima di Fakultas Sastra Universitas Indonesia dan Akademi Ilmu Statistik Jakarta (ikatan dinas). Sementara itu, aku juga sedang mengikuti proses seleksi di Akademi Postel. Meskipun biaya kuliah di Fakultas Sastra UI hanya Rp. 60. 000,00/semester. Tetapi, tetap saja akan membebani orang tua, pikirku. Sehingga aku memutuskan untuk kuliah di AIS (sekarang Sekolah Tinggi Ilmu Statistik) yang tanpa biaya kuliah, bahkan diberikan uang saku. Meskipun sudah kuliah di AIS aku tetap mengikuti proses seleksi di Akademi Postel, dan setelah mengikuti proses seleksi yang panjang (6 bulan) akhirnya dinyatakan lulus dan harus mengikuti pendidikan AKA Postel di Bandung. Sejak SMA memang cita-cita ku adalah kuliah di Yogyakarta atau Bandung, dua kota favorite untuk menuntut ilmu. Tujuan utama ku pindah ke Bandung adalah untuk meringankan beban orang tua karena selain tidak ada biaya, asrama sudah disediakan, bahkan dikasih uang saku. Sistem pendidikan di AKA Postel (yang belakangan namanya berubah jadi Sekolah Pendidikan Tinggi Pos dan Giro) menganut disiplin tinggi ala militer dan menggunakan sistem drop out. Pada semester pertama dari 77 orang siswa langsung drop out. Sebanyak 23 orang karena tidak lulus satu mata pelajaran bahasa Inggris. Beruntung sejak SMP aku termasuk penggemar bahasa Inggris sehingga tidak termasuk yang drop out, bahkan nilai bahasa Inggris ku termasuk yang terbaik di kelas. Setelah menempuh pendidikan selama 3 tahun kami pun langsung ditempatkan bekerja di seluruh Indonesia. Aku sendiri ditempatkan di Kupang sebuah kota kecil di ujung Nusa Tenggara Timur. Dikota inilah aku mulai mengenal dunia kerja, tetapi semangatku untuk belajar tidak pernah surut. Setelah 7 bulan di Kupang, pada tahun ajaran baru berikutnya akupun mendaftar untuk kuliah di Universitas Widya Mandiri, sebuah Universitas swasta terbaik di kota Kupang. Sayangnya pada semester 4 aku harus pindah tugas ke Semarang. Disemarang peluang untuk kuliah lagi lebih besar lagi, namun belum setahun di Semarang ada penawaran dari perusahaan dari tempatku bekerja untuk sekolah lagi di Bandung, bekerjasama dengan FE Unpad. Setelah melalui proses seleksi internal, aku pun dinyatakan lulus dan lanjut mengikuti pendidikan S-1 di Bandung. Akhinya tahap pertama cita-citaku tercapai, dan berhak menyandang gelar Sarjana Ekonomi. Apakah aku sudah puas? TIDAK, aku belum puas. Setelah selesai menempuh pendidikan S-1 di Bandung, aku pun ditempatkan di Surabaya. Di Surabaya kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lebih terbuka. Disaat aku masih mencari-cari Universitas untuk mengambil program S-2, tiba-tiba ada penawaran dari perusahaan untuk melanjut ke Program MM UGM di Yogyakarta, kota yang selalu aku impikan sejak masih SMA. Tanpa pikir panjang aku pun mengajukan lamaran dan mengikuti seleksi internal. Setelah mengikuti seleksi yang cukup ketat (karena harus lulus tanpa matrikulasi) akhirnya aku pun dinyatakan lulus dan mengikuti kuliah di MM UGM Yogyakarta mulai Maret 1993. Selesai MM UGM aku pun mulai bekerja di Kantor Pusat PT Pos Indonesia (Persero) Bandung. Namun, semangat untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi tidak pernah pudar. Ternyata doa si anak singkong ini kembali didengar Tuhan sehingga pada tahun 1997/1999, masa dimana terjadi krisis ekonomi global, aku justru berkesempatan menempuh pendidikan S-3 di American Instutute of Management Studies, bidang konsentrasi Strategic Management di usia 39 tahun. Setelah menyelesaikan pendidikan Strata 3 aku berharap karir ku akan mulus menuju puncak pimpinan. Ternyata benar kata orang, hidup itu tidak seindah lukisan Monalisa, persaingan didalam karir membuat orang sikut-sikutan, bahkan saling menjatuhkan dan membunuh karakter. Sebagai generasi muda dengan sejuta idealisme aku harus sering tersingkir untuk promosi Oleh: Dewan Jabatan di perusahaan tempatku bekerja. Awalnya aku masih sabar tetapi lama-lama akhirnya tidak tahan juga. Setelah 10 tahun bekerja di Kantor Pusat dan sering tidak cocok dengan kebijakan pimpinan akhirnya aku mulai mencari alternative tambahan penghasilan diluar. Hal ini karena gaji hanya cukup untuk biaya hidup sehari-hari, keinginan untuk memiliki kendaraan roda 4 dan rumah sendiri rasanya hanya mimpi. Aku merasa dendamku kepada kemiskinan yang telah mendera sejak lahir belum terbalaskan. Aku harus mencari Alternatif untuk mendapatkan tambahan penghasilan diluar, dan pilihan utama yang paling mudah adalah Networking. Multi Level Marketing (MLM) adalah bisnis yang diimpikan sekaligus dibenci banyak orang. Diimpikan karena modal relative kecil dengan potensi penghasilan tidak terbatas, tetapi dibenci karena banyak yang gagal. Tahun 2000 PT Pos Indonesia mendirikan Politeknik Pos Indonesia dan membuka 5 jurusan sekaligus: Teknik Informatika, Manajemen Informatika. Akuntansi, Marketing dan Logistik. Berhubung penyandang gelar S-3 hanya beberapa orang maka aku pun termasuk yang ditempatkan di Politeknik Pos Indonesia agar bisa mengangkat akreditasi lembaga pendidikan tersebut. Akupun langsung menerima penugasan tersebut dengan hati yang gembira karena ingin memiliki suasana kerja yang baru. Sesuai bidang keilmuan yang ku miliki, akupun ditempatkan sebagai dosen di Jurusan Pemasaran. Ini cocok dan sesuai dengan passion yang aku miliki sehingga bisa mempelajari MLM lebih dalam, dan inilah awal perubahan dalam hidupku. Pertama aku dikenalkan dengan MLM C yang sejak 1999 telah ada di Indonesia, namun setelah aku pelajari nampaknya sistem itu sulit diharapkan. Tahun 2001 aku dikenalkan dengan MLM A Oleh: mahasiswaku sendiri, tetapi ternyata sistemnya setali tiga uang dengan MLM C. Tahun 2003 kembali seorang teman mengajak bergabung di MLM T, sebuah MLM yang sedang booming saat itu. Sistemnya sudah lebih baik dari 2 sebelumnya yang pernah aku ikuti namun tetap saja sulit dijalankan. Dari pengalaman ikut tiga MLM tersebut aku mencoba mempelajari kelemahan-kelemahan dari sistem mereka yang membuat banyak orang gagal, dan mengapa hanya orang-orang yang bergabung diawal yang sukses. Sebagai seorang akademisi, aku terus melakukan kajian lebih mendalam tentang MLM dan posisinya didalam Ilmu Marketing. Hasil penelitianku menunjukkan bahwa MLM adalah sub bagian dari Promotion dalam 7 P Marketing Mix. Penjelasannya sbb: Marketing Mix terdiri dari 7P:
  • Produk, produk apa yang akan dibuat, bagaimana spesifikasinya, kualitasnya, dan atributnya.
  • Price, bagaimana menentukan harga jual.
  • Place, yaitu menyangkut Saluran Distribusi yang akan dipakai
  • Promotion, yaitu menyangkut strategi bauran promosi kepada konsumen
  • People, yaitu menempatkan orang pada posisi yang tepat
  • Process, yaitu menyangkut proses pembuatan barang sampai transaksi pembayaran.
  • Physical Evidence, yaitu menyangkut fisik kantor dan fasilitas didalamnya.
Promotion Mix (P yang keempat) terdiri dari:
  1. a. Advertising atau iklan
  2. b. Personal Selling
  3. c. Publicity
  4. d. Sales Promotion
  5. e. Direct Marketing
Hasil penelitianku menunjukan bahwa MLM adalah bagian dari Direct Marketing. Jika begitu MLM adalah bagian dari ilmu pemasaran, bukan investasi apalagi Money Game. Tidak ada yang buruk dari MLM, yang jadi masalah adalah sistem yang dibuat perusahaan MLM seringkali memperkaya perusahaan dan memberatkan para distributornya. Akibatnya persepsi orang tentang MLM menjadi sangat buruk, padahal apa yang mereka pikirkan itu tidak sesuai kenyataan (the map is not territory). Lebih celaka lagi banyak orang yang merasa sudah paham dunia MLM dan jadi pembicara dimana-mana padahal yang dia pahami itu sebatas pengalaman dia pribadi (value dan belief didalam database pikirannya). Tugasku sekarang adalah memberikan pemahaman kepada masyarakat awam tentang bisnis MLM yang benar. Dari uraian diatas bisa di simpulkan bahwa MLM menggantikan fungsi Place (saluran distribusi) dan menjalankan fungsi Promotion Mix yang kelima (Direct Marketing) sehingga secara ilmiah bisa dipertanggung jawabkan. Berdasarkan pengalaman diatas, kini aku pun mencoba mengumpulkan dan mempelajari berbagai sistem di MLM yang sedang eksis pada saat itu. Kesimpulan hasil penelitian ku menunjukkan bahwa bisnis MLM memiliki banyak kelebihan dibanding bisnis konvensional seperti:
  • Modal Kecil
  • Penghasilan Besar
  • Resiko Keuangan kecil
  • Mudah dikerjakan
  • Kekuatan MLM ada di keeratan antara sesama anggota komunitas.
Yang menjadi masalah selama ini adalah sistem yang dibuat perusahaan MLM yang sangat memberatkan member. Sistem lah yang membuat orang gagal dan trauma di MLM. Berikut ini adalah faktor-faktor yang membuat orang banyak gagal di MLM seperti:
  • Wajib belanja Tutup Poin
  • Wajib belanja Side Volume
  • Bonus dibayar terlalu lama (1,5 bulan)
  • Bonus kecil sehingga distributor kehabisan biaya operasional
  • Menggunakan sistem peringkat yang justru merugikan member
  • Banyak bonus yang dipending, diberikan dalam bentuk reward namun untuk mendapatkan reward tersebut ada banyak syarat.
  • Terlalu berorientasi pada bonus dan kurang memperhatikan proses sehingga banyak dimanfaatkan Oleh: para petualang yang senangnya pindah-pindah MLM
Fakta diatas membuat penulis sempat frustasi dan menghindari bisnis MLM, namun semangat untuk mengubah nasib tetap membara. Beberapa teman mengajak untuk mendirikan perusahaan konsultan dan training. Kesempatan itu pun langsung aku sambar, kami sempat jadi konsultan di beberapa BUMN besar di Indonesia. Penghasilan dari konsultan dan trainer ternyata tidak seindah yang dibayangkan karena tergantung order dari perusahaan-perusahaan besar. Apalagi yang bisa ku lakukan? Aku begitu dendam dengan kemiskinan! Pilihan ku akhirnya jatuh pada bisnis kuliner yang menurut perhitungan ku profit margin nya cukup besar. Aku memulai dengan menjual nasi timbel, lontong kari dan bubur ayam, makanan yang sering dicari orang di kota Bandung. Sempat memiliki banyak outlet di Bandung ternyata malah membuat ku kelelahan. Modalnya yang terkuras cukup besar untuk ukuran gaji dosen seperti ku, banyak menyita waktu karena harus di kontrol secara ketat, resiko rugi akibat tidak laku juga tinggi. Hanya mampu bertahan 1 tahun, aku akhirnya menyerah, namun semangat untuk mengubah nasib tetap membara karena aku yakin untuk jadi kaya harus punya bisnis. Tuhan itu ternyata sangat baik, dan tidak pernah diam melihat hambanya yang terus berjuang untuk meraih cita-citanya. Tahun 2005 kembali Tuhan menjawab doa-doaku, dan dipertemukan dengan PT MSS, sebuah MLM sistem binary dengan sistem yang revolusioner. Awalnya aku mengira semua MLM sama saja dan apriori ketika dikenalkan dengan MSS, tetapi aku berpikir apasalahnya aku pelajari dulu. Setelah aku pelajari ternyata aku tidak menemukan faktor-faktor kegagalan seperti yang aku uraikan diatas di MSS. Setelah 9 bulan aku mempelajari sistem di MSS (yang membuat orang gagal di MLM adalah sistem) akhirnya aku memutuskan untuk bergabung di MLM tersebut. Ternyata seperti analisaku sebelumnya, sistem di MSS sangat berbeda dibanding MLM yang pernah aku ketahui sebelumnya. MSS lebih mengedepankan pembangunan karakter dari pada bonus, mengutamakan proses, tidak ada tutup poin, tidak ada kewajiban belanja, bonus dibayar harian, tidak ada peringkat, dan tidak menggunakan sistem reward sehingga bonus besar dan dibayar cash (bukan iming-iming seperti banyak terjadi di MLM lain). Hasilnya pun luar biasa, tahun pertama sudah mampu membeli sebuah unit kendaraan baru roda 4, tahun kedua kembali beli mobil kedua, dan tahun ketiga beli satu unit rumah Real Estate seharga 1M. Setelah bergabung di MSS hampir tiap tahun aku bisa membeli mobil/rumah baru. Mobil mewah Alphard dan Mercedez Benz juga sebuah unit Villa akhirnya ada dalam genggamanku. Bukan Cuma itu, putri semata wayang ku juga tercapai cita-citanya untuk kuliah di Rotterdam, Negeri Belanda. Jika dulu untuk beli makan saja susah, sekarang aku bisa membeli apapun yang aku inginkan. Akhirnya dendam ku terhadap kemiskinan terbalaskan, si anak singkong yang dulu hidupnya sangat menderita sekarang bisa mewujudkan impian-impiannya. Semua itu berkat sebuah keyakinan bahwa Mendungitutidakselamanyakelabu. Sebuah keyakinan yang diiringi perjuangan dan doa akhirnya berbuah manis. Semoga kisah ini bisa menginspirasi para pembaca. Salam Sehat dan Sejahtera. Merdeka!! Bandung, 17 Agustus 2020

Kekuatan Sebuah Impian dan Cita-Cita

oleh Heru Oktavianto

Perjalanan hidup adalah proses perjuangan tanpa henti, ditaburi impian, diisi dengan tekad, dinyatakan dengan berani bertindak” – Andrie Wongso Suatu waktu saat masih anak-anak, setiap orang tua maupun bapak/ibu guru di sekolah seringkali menanyakan sesuatu yang terkadang membuat bingung. Tapi ada juga yang spontan bisa menjawab dengan kepolosan dan keceriaannya. Pertanyaan itu adalah “Hai anak-anak, apa cita-citamu saat sudah dewasa kelak?”, tanya orang tua atau bapak/ibu guru. Ada yang menjawab “Saya ingin menjadi dokter!”, “ingin menjadi pilot!”, “ingin menjadi guru!”. Ada yang menjawab ingin menjadi Pegawai Pemerintah seperti orang tuanya dan seterusnya, jawab anak-anak tersebut. Tidaklah ada sesuatu yang salah atas jawaban tersebut dan tidak menutup kemungkinan jawaban tersebut bisa berubah sesuai dengan apa yang dilihat, apa yang dikagumi, dan apa yang bisa dilakukan selanjutnya. Dikisahkan ada salah satu anak yang ingin menjadi seperti kedua orang tuanya yang berprofesi menjadi Pegawai Pemerintah. Dalam perjalanan pendidikannya dimulai dari SD, SMP, SMA, dilanjutkan ke Strata 1 Teknik Informatika selama 4 tahun. Tepat proses kelulusan yang lebih dahulu dari teman seangkatan. Mulailah perjalanan karir pekerjaannya tersebut dimulai, saat kelulusan dia teringat sebuah mimpi di masa kecilnya untuk dapat menjadi seorang pegawai pemerintah akan tetapi saat kelulusan belum ada penerimaan. Sehingga pilihan logis saat itu adalah mencari profesi lain untuk bekerja mencari pengalaman. Pada suatu hari datanglah di sebuah bursa kerja salah satu perguruan tinggi negeri, disitulah proses perjalanan karir dimulai beberapa lamaran pekerjaan dipilih pada acara tersebut sampai akhirnya beberapa hari kemudian ada panggilan untuk mengikuti seleksi di posisi Management Trainee perusahaan leasing nasional di Surabaya. Sampai pada akhir seleksi diumumkan bahwa dia diterima sebagai perwakilan dari Jawa Timur. Saat itu hanya ada 2 orang yang lulus. Dengan perasaan suka cita karena mendapatkan pekerjaan pertamanya dengan cepat,dalam angan selangkah lagi dengan melewati masa pendidikan dan OJT total 6 bulan di ibukota Jakarta, perjuangan dilanjutkan dengan permohonan restu kepada kedua orang tua. Akan tetapi saat itu ada problema dan kekhawatiran orang tua dimana berat untuk dapat memberikan izin dikarenakan salah satu persyaratan, siap ditempatkan di seluruh Indonesia setelah pendidikan, dia berusaha menyakinkan dengan berbagai cara akhirnya dapat berangkat ke ibukota Jakarta. Akan tetapi, di awal pendidikan ada sebuah kejadian dimana mengharuskan memilih untuk pulang ke Surabaya dengan berbagai pertimbangan, termasuk salah satunya adalah kondisi kesehatannya, akhirnya dia harus memutuskan untuk mengundurkan diri dan kembali ke kota kelahiran di Surabaya. Setelah kembali, semangat untuk mencari pekerjaan tidaklah sirna dengan kembali hadir di dalam bursa kerja salah satu kampus swasta yang ada, lalu setelah mengunjungi booth-booth yang ada, dia melihat ada lowongan IT User Support di sebuah bank yang sebelumnya nama bank tersebut belum pernah dikenal. Tapi ada sebuah keyakinan yang muncul bahwa lamaran pekerjaan akan diterima, tanpa berfikir terlalu lama akhirnya lamaran pekerjaan diberikan serta serangkaian tes dilakukan. Tidaklah mudah, banyak halangan saat serangkaian tes dilakukan dari mulai jadwal tes yang bentrok dengan tempat lain, sampai dengan faktor cuaca yang sedang musim hujan waktu itu. Sehingga saat interview akhir di bank tersebut dengan jajaran eksekutif dia datang terlambat dengan sedikit kondisi basah karena datang menggunakan sepeda motor yang saat itu dia miliki, tapi tidak mengurangi semangat dengan harapan dapat diterima di bank tersebut. Dan sekali lagi keajaiban, dari 4 kandidat diterimalah dia walau dengan opsi ke-2 dan hal itu diketahui saat sudah masuk kerja. Pantaslah dia merasa sangat beruntung saat itu karena dalam kurun waktu tidak begitu lama dia telah mendapatkan pekerjaan kembali, perjalanan karir di bank dimulai dengan suka duka yang ada didalamnya. Akan tetapi dia merasa nyaman bekerja di bank tersebut karena dikelilingi teman-teman serta atasan yang sangat support dan kekeluargaan sangat erat satu sama lain. Setelah 1 tahun bekerja, dia memutuskan menikah melalui proses ta’aruf, tanpa dikenal sebelumnya dengan seorang gadis yang cantik kepribadian dan parasnya. Gadis tersebut berprofesi sebagai tenaga medis di salah satu Rumah Sakit di Sidoarjo kala itu, pada tahun ke-2 tiba-tiba terdapat pengumuman bahwa ada penerimaan pegawai pemerintah dan seketika dia teringat akan sebuah mimpi di masa kecilnya. Serta merasa dibawa nostalgia di masa lalunya. Tanpa berfikir panjang dia mencoba mengikuti seleksi penerimaan pegawai pemerintah tersebut, tapi pada akhirnya gagal saat seleksi TKD ( Tes Kemampuan Dasar ). Tapi dia tidak berputus asa dan berkeyakinan bahwa di tahun depan akan dibuka pendaftaran kembali, akan tetapi kenyataan berkata lain di tahun ke-3 bekerja di bank, pemerintah mengeluarkan moratorium selama 2 tahun untuk penerimaan baru. Bak ibarat petir menyambar di siang hari yang akan mengubur impian dan cita-citannya, akan tetapi pada saat bersamaan dia diberikan kesempatan promosi jabatan menjadi seorang supervisor IT membawahi area Jawa Timur dan Bali. Sebuah petualangan serta tanggung jawab baru dimulai, karena sebelumnya bekerja bertanggung jawab pada diri sendiri lalu tiba-tiba mempunyai 3 orang staf. Lalu dia juga memutuskan menempuh perkuliahan lagi jenjang Strata 2 Magister Manajemen di salah satu kampus swasta di Surabaya. Banyak yang bilang saat itu buat apa sekolah kembali? Toh Strata 1 sudah cukup untuk bisa sukses kerja di bank. Tapi dia tetap berkeyakinan bahwa sebuah ilmu tidaklah ada yang sia-sia, didukung dengan sebuah pepatah “tuntutlah ilmu sampai ke negeri cina” hal itu yang memotivasi sampai dengan lulus. Dengan berbekal semangat dan cita-cita untuk terus sukses, dia juga bisa lolos seleksi internal SDP ( Supervisor Development Program ) di bank tersebut. Proses selama 3 bulan dilalui jauh dengan keluarga, karena proses pendidikan serta karantina berada di Bandung Jawa Barat. Sampai akhirnya pendidikan tersebut dinyatakan berakhir dan wisuda SDP dilaksanakan. Sebuah tanggung jawab baru menjadi officer junior manager. Setelah proses tersebut dia mendapat kesempatan untuk berkarir di bidang selain IT, dengan dipindah tugaskan di Bojonegoro Jawa Timur menjadi pimpinan kantor. Setelah 1 tahun berkarir di Bojonegoro dia mendapatkan informasi moratorium telah dicabut dan pemerintah membuka penerimaan. Akhirnya dia memilih formasi di Pemda Provinsi Jawa Timur dengan harapan tetap dekat dengan keluarga, awalnya ada sebuah kebingungan saat memilih formasi apakah akan menggunakan ijazah Strata 1 atau Strata 2? Saat melihat pengumuman penerimaan di halaman paling bawahi, tampak ada 3 formasi pegawai pemerintah yang memprasyaratkan minimal ijazah Strata 2 Manajemen. Saat itulah dengan keyakinan penuh untuk memilih formasi tersebut lalu bersaing dengan ratusan bahkan ribuan pelamar lain, serangkaian proses dimulai dari seleksi administrasi, seleksi SKD&SKB sampai dengan pemberkasan dan dinyatakan diterima sebagai pegawai pemerintah. Segala perjuangan baik jarak yang harus ditempuh Bojonegoro ke surabaya untuk tes serta proses belajar di setiap sesi penerimaan. Saat pengumuman, segala rasa lelah itu terbayarkan lunas karena impian dan cita-cita itu terwujud. Rasa bangga anggota keluarga, istri dan 2 orang anak, serta orang tua. Di tahun ke-8 itulah sebuah keharusan resign dari bank yang telah banyak memberikan kesempatan belajar, mencari rejeki serta berkarir. Lalu dia mulai berkarir menjadi pegawai pemerintah yang menjadi impian dan cita-citanya sejak kecil sampai dengan sekarang. “ the future belongs to those who believe in the beauty of their dreams” Eleanor Roosevelt.  

Hidayah Melalui Tsunami

oleh dr. Fatkhauli Salviani

Subhanallah… setiap kejadian ada hikmahnya. Allah SWT memiliki hikmah yang indah. Diantaranya ada yang di pahami dan ada yang tidak dipahami Oleh: siapapun selain-Nya. Hikmah dari setiap musibah, hanya sebagian manusia yang diizinkan Allah untuk memahaminya berdasarkan keyakinan kepada Allah dan kekuatan imannya terhadap nama-nama Allah (asmaul husna). Segala bentuk musibah, meskipun sangat kecil, itu disebabkan karena perbuatan manusia itu sendiri. Di balik musibah terdapat pengaruh dan hikmah yang berbeda bagi yang tertimpa. Adapun hikmah dari musibah diantaranya: 1. Sebagai peringatan, 2. hukuman, 3. Penghapus dosa, 4. Pahala yang mulia. Aku adalah salah satu korban tsunami di Aceh pada tanggal 26 Desember 2004. Hari Minggu itu,aku dan adik laki-lakiku serta kakak sepupuku. Kami bertiga saat itu seperti biasa sudah bersih-bersih, mandi serta sarapan. Sekitar jam 06. 30 aku jalan pagi ke tempat ibu kost untuk mengambil buku yang tertinggal kemarin. Setelah mengambilnya,aku berjalan pulang. Di tengah perjalanan pulang, terjadilah gempa yang cukup dahsyat. Gempa yang bisa membuat orang jatuh terpental. Aku teringat adikku di rumah. Aku bergegas pulang. Sesampai di rumah, aku melihat rumahku berantakan. Aku, adik dan kakak sepupu berkumpul di luar. Tak lama, aku mendengar suara deru seperti pesawat terbang. Mendengar orang berteriak dan berlari dengan suara ” air naiiiik. . . . . . cepat lariiii”. Aku bingung, air naik dari mana? Mau lari kemana? Kemudian adikku menarik tanganku untuk segera lari, akhirnya kami hanya sanggup berlari melewati satu rumah, rumah yang kami tuju adalah rumah baru bertingkat dua dengan pondasi yang tinggi. Alhamdulillah kami selamat. Seandainya kami berlari tak tentu arah, mungkin kami tidak selamat. Sekitar jam 11. 00 air mulai surut. Aku memberanikan diri untuk turun. Niatku ingin mengambil dompet dan pakaian di rumah. Saat turun, air masih sepinggang. Aku menyusuri jalan dengan perasaan takut. Takut akan binatang melata ( ular). Ketika menyusuri jalan, tiba-tiba aku teringat aku sedang haid dan terfikir bagaimana cara mendapatkan pembalut. Toko semua tutup karena musibah ini. Ketika hendak masuk ke rumah, aku melihat ada sebungkus pembalut yang masih baru terletak di atas kursi. Seolah – olah Allah tau yang hambanya butuhkan. Setelah aku mengambil pembalut. Saat membalikkan badan, ada mayat seorang ibu yang sedang memegang tangan anaknya tergeletak didepan pintu masuk rumah. Aku takut, tapi aku terharu dengan kasih sayang ibu tersebut. Beliau betul-betul menjaga anaknya sampai maut memisahkan. Karena pintu masuk depan rumah terhalangi dengan mayat, aku berusaha masuk dari pintu belakang, saat mencari pintu belakang, lewatlah ular- ular kecil, aku berdoa kepada Allah agar Allah mengilhamkan ular-ular itu agar tidak menganggu ku. Kami sama-sama korban dari musibah ini. Setelah berhasil masuk ke rumah, aku hanya fokus ke kamarku, target mencari dompet dan baju. Aku mencari dompet dengan cara menyusuri nya dengan tangan,akhirnya aku menemukannya, sebuah tas yang lengkap yang di dalamnya juga terdapat dompet dan buku tabungan. Setelah itu, aku mencari lemari pakaian. Dan ternyata lemari pakaianku terbalik ke arah bawah, dan aku tak bisa mengangkatnya sendiri. Dalam hati aku bergumam, apakah maksud Allah sehingga lemariku ini terbalik? Kemudian aku mencari lemari pakaian adikku, Alhamdulillah lemarinya terbalik ke arah atas,sehingga dengan mudah aku bisa mengambil pakaian adikku dan pakaiannya tidak basah. Aku memgambil semua pakaian adikku. Aku berhasil kembali ke tempat awal aku melarikan diri tadi. Untuk makanan, kami hanya berharap bantuan dari orang lain. Karna tidak ada sama sekali makanan. Alhamdulillah kami sudah sarapan tadi pagi, sehingga kami masih bisa bertahan sampai magrib. Kami mengkondisikan diri dalam keadaan puasa. Setelah berganti pakaian dan beristirahat aku memperhatikan di sekelilingku. Aku melihat, masih banyak orang yang bertahan di atap-atap rumah. Aku merenung, ya Allah…. apakah ini kiamat?Ya Allah aku belum siap mati, amalku sangatlah sedikit. Seandainya memang betul hari ini hari kiamat, aku merasa aku langsung dimasukkan dalam neraka dan di sambut Oleh: Malaikat Malik. Ya Allah izinkanlah hamba bertobat, izinkanlah hamba memperbaiki diri. Izinkanlah hamba mengenal dan lebih mendekatkan diri kepada-Mu, aku akan berusaha untuk mendapatkan ridha-Mu. Malam itu kami menginap di rumah yang kami tinggali saat itu. Kami beruntung mendapatkan makanan dan minuman dari seorang bapak yang ikut mengungsi, kebetulan beliau mempunyai anak-anak, mau tak mau bapak itu harus mencari makanan dan minuman untuk anaknya. Sehingga kami pun mendapat bagian. Esok paginya kami memberanikan diri untuk turun dari rumah itu. Dan berbekal pakaian adikku kami berganti pakaian tanpa mandi dan kemudian berikhtiar mencari tempat pengungsian. Di sepanjang jalan kami melihat mayat bergelimpangan, dengan berbagai macam kondisi. Mungkin itu semua tergantung amalan selama merreka hidup. Ketika dia menjaga Allah saat hidup, maka setelah meninggal Allah yang menjaga semua aibnya. Ada cerita seorang wanita, dia selalu menjaga hijabnya, pada saat musibah tersebut Allah menjaga auratnya tidak terlihat Oleh: manusia lain. Ada yang saat terbawa arus air, dia berpegangan dengan sesuatu dan mengapung di atasnya, setelah dia sadar ternyata yang dipeluknya adalah ular besar, orang tersebut hanya bisa bertawakkal kepada Allah dan berbicara kepada ular tersebut, tolong jangan ganggu aku, kita sama-sama sedang dalam musibah. Akhirnya orang tersebut selamat. Di tengah perjalanan ikhtiar mencari tempat pengungsian, tiba-tiba ada yang memanggilku. Ternyata sepupuku, aku di tanya hendak kemana? Aku sampaikan hendak mencari tempat pengungsian. Sepupuku mengatakan bahwa kami tak perlu ke pengungsian, karena rumah mereka alhamdulillah aman dan tidak terkena tsunami. Kemudian kami di antar ke rumahnya dengan menggunakan sepeda motor. Sehingga kami tidak perlu berjalan jauh. Allah yang mengarahkan langkah kami untuk berjalan ke jalan itu yag ternyata di jalan itu kami bertemu dengan sepupu kami. Alhamdulillah kami tiba di rumah Yahwa, orangtua dari sepupu kami. Disana kami mandi, berganti pakaian layak dan makan. Allah menyelamatkan kami dari kedinginan dan kelaparan yang mungkin terjadi di tempat pengungsian. Tiga hari kemudian, orang tua ku dari kampung datang untuk menjemput. Alhamdulillah orangtuaku masih hidup. Padahal kalau difikir secara logika, kampung kami yang berada di daerah pesisir, tidak mungkin ada yang salamat. Tapi itulah kuasa Allah. Sesampai di kampung, aku masih trauma melihat ombak laut di belakang rumah. Tetapi dengan rasa takut itu, semakin kuat azzam di hati untuk menjadi pribadi yang dekat dengan Allah. Beberapa bulan di kampung, akhirnya aku harus pulang ke Banda Aceh untuk kuliah, walaupun masih khawatir. Di Banda Aceh, rumah kostku berada dekat mushalla. Di sanalah muncul niat untuk hijrah lebih baik. Untuk menjadi pribadi lebih baik dan agar bisa istiqamah. Aku memulai hijrah dengan memulai shalat jamaah di mushalla, di awali dengan shalat magrib berjamaah, diikuti dengan shalat isya, shalat jamaah shubuh, lanjut dengan shalat dhuhur dan lanjut dengan jamaah shalat ashar. Dengan shalat berjamaah, membuatku makin disiplin. Karena berinteraksi dengan mushala, bertemu dengan orang-orang shaleh dan shaliha, akhirnya aku di masukkan menjadi remaja mesjid, dan aku diajak untuk menjadi pengajar di TPA, sampai anak-anak sempat memanggilku ustadzah. Karena sudah berbaur dengan jamaah mushalla dan mesjid, aku sudah dianggap anak Oleh: mereka. Bahkan calon suami di carikan Oleh: mereka. Sosok suami yang shaleh, insyaallah. Seiring berjalan aku terus belajar agama, ikut pengajian. Kemudian memakai pakaian syar’i dan berbagi ilmu agama juga kepada teman-teman. Dan Allah mudahkan aku bertemu dengan orang yang paham agama, sampai sekarang aku semangat belajar tahsin, tahfidz serta bahasa Arab. Alhamdulillah, saat tsunami aku tidak merasa kesulitan, aku tidak digulung air, tidak menderita kedinginan dan kelaparan, melainkan aku banyak kemudahan, mendapat hikmah dan hidayah. Ini semakin membuatku yakin agar selalu menjaga Allah, dan melakukan sesuatu untuk mencari Ridha Allah.  

Keajaiban yang Tak Pernah Terbayang

oleh Eem Ema Maesaroh

  Aku, dilahirkan di sebuah desa di Kabupaten Tasikmalaya. Tepatnya, di Gunung Kaliki. Aku anak ke empat dari enam bersaudara. Aku merupakan anak perempuan pertama yang dinanti- nantikan Oleh: orang tuaku. Karena, semua kakaku berjenis kelamin laki-laki. Orang tuaku memberiku nama indah yaitu Eem Ema Maesaroh. Nama itu mungkin bagi orang lain terlalu biasa. Namun, nama itu mempunya arti tersendiri bagi kedua orang tuaku. Harapan agar aku bisa menjadi wanita sholehah dan selalu menjunjung kehormatan keluarga, karena saudaraku meninggal disaat masih bayi. Orang mengira aku adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Ayahku bernama Oyo Priatna beliau seorang Guru sekaligus seorang Kepala Sekolah. Beliau mengajariku tentang disiplin sejak kecil. Ibuku bernama Enok M, ia seorang yang lembut dan penyabar, beliau adalah ibu yang luar biasa. Sejak kecil, hidupku biasa biasa saja, tidak ada yang luar biasa. Di pagi hari aku berangkat ke sekoah, siang sampai malam aku di pesantren. Pagi-pagi sekali pulang ke rumah lalu berangkat sekolah. Begitulah keseharianku. Aku lebih banyak menghabiskan waktu di Pesantren dari pada di rumah. Aku termasuk anak yang patuh dan taat kepada kedua orang tua dari A sampai Z, tak terkecuali masalah kuliah. Dulu, aku punya impian untuk menjadi seorang Pegawai Bank. Karena kala itu di mataku, menjadi karyawan Bank itu keren. Tapi, orang tuaku menginginkan aku menjadi seorang Guru agar nanti aku bisa menjadi Kepala Sekolah seperti Ayahku. Guru bagi Ayahku mungkin merupakan profesi yang tepat untuk aku sebagai seorang wanita. dengan harapan, aku nantinya tidak hanya berguna bagi pendidikan anak-anakku, tapi juga bermanfaat untuk bekal pendidikan anak-anak didikku. Sebagai baktiku kepada Orang tua. Akhirnya, aku mengikuti keinginan Ayah dengan keikhlasan. Tanpa merasa terpaksa aku kuliah di IAIN Sunan Gunung Djati Bandung Fakultas Tarbiyah Jurusan Tadris IPA. Menjadi Guru itu bukan cita- citaku tetapi, aku jalani karena aku ingin keberkahan dari orang tua yang bahagia harapannya dipenuhi Oleh: anaknya. Semenjak itu bakatku mulai timbul, saat aku praktek mengajar di sebuah SMPN favorit di Kabupaten Bandung. Tanpa diduga aku mendapat nilai A+ dan dinobatkan sebagai Guru Favorit dan Guru yang cara mengajarnya mudah dimengerti. Sungguh luar biasa! Disinilah keajaiban mulai muncul, hikmah dari patuh pada orang tua, aku percaya inilah buah doa indah yang terucap dari Ayah dan Ibuku karena mereka merasa mempunyai anak yang ikhlas dan patuh kepada mereka sebagai orang tua. Aku lulus sidang Munaqosah pada bulan Desember 1991 dan diwisuda bulan Februari 1992. Setelah lulus aku menikah dengan suamiku sekarang yang bernama Nanang Abdul Qodir, pada tanggal 24 Desember 1992, dan disinilah aku mendapat keajaiban yang kedua. Walaupun aku tidak bisa menjadi Pegawai Bank sesuai cita citaku, tapi Allah itu Maha Adil, aku menikah dengan laki-laki yang berprofesi sebagai Pegawai Bank. Setahun menjalani pernikahan, aku diberi hadiah Oleh: Allah dengan Amanah yang indah yakni sorang putra, aku melahirkan putra pertamaku pada tanggal 08 November 1993. Aku memberi nama putraku, Andira Harthony Pratama. Sebelum anaku lahir, aku ikut tes CPNS di Bandung. Setelah melewati ujian berkali-kali mulai tes tertulis, lisan, psikotes dan Litsus. Akhirnya, aku lulus menjadi PNS pada tahun 1994. Bagi orang lain, ini mungkin kejadian yang biasa-biasa saja. Tapi, bagiku ini adalah hal yang luar biasa. mulai dari lulus kuliah, menikah, punya anak, dan lulus menjadi PNS. Subhanallah… Kala itu, Aku bergumam. Ya Allah, mungkin ini Hikmah dari patuh kepada orang tua. Aku ditugaskan di MTs Nurul Huda Tegalgede Desa Pasirsari, Kecamatan Cikarang Selatan Kabupaten Bekasi. Sejak bulan Maret 1994 sebagai Guru IPA. Hari-hariku, aku jalani dengan penuh keikhlasan. Walaupun jarak dari tempat tinggalku saat itu ke tempat kerja sangat jauh. Dari Jakarta, aku berangkat seusai menjalankan sholat Subuh dan kembali ke rumahku lagi menjelang Maghrib. Lelah memang, tetapi, aku bersyukur bisa menjadi PNS. Walaupun, kala itu menjadi guru Pegawai Negeri Sipil (PNS), bukan profesi yang banyak peminat. Hal ini, disebabkan kala itu menjadi PNS adalah sebuah pengabdian. Hingga mengakibatkan gaji yang aku dapatkan sangat kecil. Jauh jika dibandingkan dengan gaji karyawan sebuah Pabrik. Pada suatu hari, tepatnya hari Ahad. Aku dan suamiku main ke Kemayoran untuk melihat pameran, ketika sedang berjalan, tiba-tiba aku melihat ada promo rumah. Kemudian aku baca brosur yang di tawarkan pramuniaga atau marketing. Dengan kepiawaian seorang marketing, akhirnya aku dan suamiku tertarik. Dan suami memutuskan untuk membeli rumah dengan cara kredit atau biasa kami menyebutnya mencicil. Sejak saat itu, aku dan suami juga putra pertamaku yang awalnya aku titipkan pada ibu di kampungku karena tidak ada yang merawat, bisa berkumpul kembali di rumah yang beralamat Perum Griya Asri 1 Blok C10 no 9. Di Perumahan itu, aku dipercaya Oleh: warga sekitar Blok C-10 menjadi Ketua Pengajian, dengan pertimbangan latar belakang Pendidikanku, yaitu dari Pesantren dan lulusan IAIN. Tahun 1997 lahir-lah putra keduaku yang diberi nama Riandika Rizki Maesa. Menjelang krisis moneter seiring dengan kelahiran putra kedua. Pada saat itu, aku diangkat menjadi Wakil Kepala Sekolah. Sungguh, merupakan Anugerah bagiku sekaligus ujian untuk bisa menjaga amanah yang dipercayakan padaku. Karena tanggung jawabku semakin banyak, baik di rumah, maupun di sekolah. Bahkan, tak jarang aku pulang ke rumah diatas jam 17. 00 hingga aku jarang bercengkrama dengan buah hatiku. Untungnya, dipagi hari sebelum aku berangkat kerja, aku menyempatkan untuk bercengkrama dengan suami dan anakku, kebetulan suami juga bertugas di Jakarta. Karena keterbatasan ruang dan waktu, yang mengharuskan suami berangkat setelah sholat subuh dan pulang tengah malam. Pada Tahun 2005 aku mendapat musibah, rahimku dinyatakan bermasalah, hingga aku harus berobat secara rutin. Hingga suatu saat, aku dikejutkan karena ternyata aku hamil lagi, Subhanallah… aku dikaruniai anak kembar, yang lahir melalui operasi caesar pada tanggal 12 Februari 2007. Kemudian, diberi Nama Kayza Febian Nurrahman dan Keyza Fabian Azka. Kini, anakku sudah empat. Jika sedang kumpul bersama, rumah terasa sempit. Disamping itu, jarak dari rumah ke tempat kerjaku juga terlalu jauh. Maka dari itu, kami memutuskan untuk pindah rumah ke Cikarang Baru, supaya jarak ke tempat kerja dekat dan rumahnya juga lebih besar. Alhamdulillah, aku dan suami bisa membeli rumah di Perumahan Cikarang Baru. tepatnya, di jalan Kancil V Blok. D No. 126 RT 04 RW 007. Kelurahan Sertajaya, Kecamatan Cikarang Timur, Kabupaten Bekasi, yang ditempati sampai sekarang. Tahun 2010 aku mencoba mengikuti tes Asesmen Kepala Madrasah dan Alhamdulilah dari ratusan guru yang ikut tes tersebut, aku di nyatakan lulus urutan ke tiga. Artinya, aku harus menunggu penempatan setelah dua teman lain ditempatkan. Sembari menunggu penempatan, aku memutuskan untuk kuliah S2 di UNISMA Bekasi Jurusan Manajemen Pendidikan Islam tahun 2012, dan lulus tahun 2014. Pepatah mengatakan, ”Maksud hati memeluk gunung apa daya tangan tak sampai”. Sertifikat calon Kepala Sekolah sudah habis masa berlakunya. Sementara, di Sekolah Negeri tidak ada kekosongan. Aku berusaha tegar dan tawakal, “mungkin belum rejeki”, ucap dalam batinku Kesabaranku ternyata membawa keberkahan. Walaupun tidak jadi Kepala Sekolah Negeri. Kini aku menjabat sebagai Kepala Madrasah Tsanawiyah yang ada di Cikarang. Subhanallah. . Allahu Akbar, kini baru ku sadari bahwa semua ini adalah buah dari patuh dan taat pada Orang tua  

Hikmah Terbesar dari Perjuangan Panjang Seorang Ayah

oleh Deni Budianto

Assalammualaikum para pembaca yang saya hormati, banyak terimakasih saya ucapkan telah membaca halaman kisah ini, dikesempatan yang singkat ini saya akan menulis dari sebuah kisah seseorang yang sudah saya wawancarai dan idzin sebelum saya tulis di buku ini. Sebetulnya kisahnya begitu panjang, namun dalam kesempatan singkat ini akan saya tulis secara ringkas, sesuai kesepakatan dengan beliau maka dalam buku ini saya akan pakai nama samaran untuk beliau, baik kita mulai ya. Pada tahun 1985 ada seorang pemuda di linggapura, lampung. Baru saja menikah, namun karna ketidak cocokan dalam rumah tangga sekitar 2 bulan setelah menikah Amir (nama samaran) memutukan untuk cerai, hanya dengan ucapan cerai kemudian amir pindah ke kota bumi, lampung. Sampai disini Amir menemukan seorang wanita yang dirasa cocok lalu Amir menikah lagi, kira-kira baru setengah bulan setelah perceraian dari istri pertamanya. Kira-kira ketika sudah punya anak satu ada sebuah peristiwa, hari itu bapak mertuanya dalam waktu sehari semalam muntah darah dan pada ahirnya meninggal, terjadilah kemarahan dari ibu mertuanya, dari kepercayaan di zaman itu, benar tidak nya wallahhu a’lam, menganggap bahwa kematiannya itu tidak wajar atau bisa disebut karna di teluh/di santet Oleh: seseorang, anggapan waktu itu teluh itu bertujuan untuk mengenai Amir yang dikirimkan Oleh: istri pertamanya, namun ternyata yang kena adalah bapak mertuanya, karna kemarahan dari ibu mertuanya, maka amir pun diusir. Waktu itu amir memutuskan untuk pergi ke jawa, kembali di kampung halaman nya di jawa barat, namun pada waktu itu hanya membawa uang 20,000 saja, maka istri amir mengajak ke metro, sukadamai, lampung, karna di sana ada pakde dari bapak mertua. (1986) Setelah melalui beberapa tahun di sukadamai amir pun mulai mempunyai kehidupan bisa di bilang layak/cukup, di sini juga karna dilingkungan yang lebih agamis amir pun juga memahami agama melalui pengajian-pengajian yang diadakan, kemudian saat itu ada saudara dari jalur bapak mertua, kalo beliau manggil dengan sebutan kang/kakak, tinggal di gaya baru, lampung, tepatnya di desa cempaka putih, sebut saja namanya muslim, beliau menghubungi agar Amir dan istri pindah di gaya baru (1996), Amir mengikuti sarannya, ternyata sampai sana seperti orang yang tidak punya modal, tidak sesusi harapan sebelumnya, amir juga minta agar dibuatkan rumah dari bambu ternyata tidak diurus, karna tidak ter urus ahirnya muter-muter sana sini cari tempat, lalu sampai lah di Cabang, lampung. Di sana bertemu seseorang bernama pak habib, amir juga di angkat anak. Amir tinggal disana juga meninggalkan kefahaman agama yang di pelajari di metro, disana amir juga membantu permasalahan tanahnya orang bekri yang di gusur, dengan keberanian dan negosiasinya ke para abri dan manager secara singkat cerita amir dapat menyelesaikan masalah itu bahkan jadi orang terdepan dalam nenangani kasus tanah tersebut, kalo dalam cerita lengkapnya tanah-tanah yang ada di sana sekarang sampai bisa resmi, di cabang Amir mulai mempunyai kehidupan yang layak, amir menjadi pemborong padi, ikan asin dll. Karna kehidupan sudah mulai layak amir bisa beli pekarangan di cempaka putih/gaya baru, dengan maksut tinggal di sana supaya anak dan istri lancar mengikuti pengajian seperti di metro, setelah tinggal di cempaka putih dan bisa mengikuti pengajian, datanglah ujian yang teramat pedih dalam urusan ekonominya, amir mengalami jatuh bangun, sepeda onthel saja tidak punya, bahkan untuk makan saja sudah tidak ada gambaran dapat dari mana, anak istri sering kelaparan, anak-anaknya sering nangis karna lapar, bahkan bisa di bilang kerja salah tidak kerja salah, kenapa disebut seperti itu? Karna jika amir tidak kerja anak istri nya makan dari mana, jika amir kerja selalu ada rintangan, cobaan yang di hadapi, sampai-sampai sepeda onthel saja dinaiki bisa neletus rodanya. Pantang menyerah amir tetap berusaha untuk menafkahi anak istrinya, waktu itu amir cari kerja di bratasena, lampung. Kerja apa saja dia lakukan, tidak kenal hujan, panas, kadang di tempat orang amir sakit, meskipun sakit jika ada kerjaan ia tetap bekerja, kadang hanya mampir di tempat orang sambil cari kerjaan, ada salah satu orang yang baik, jika ada kerjaan di sawah orang amir di beri tahu dan amir pun bergegas untuk datang, macam-macam kerjaan yang ia lakukan, seperti buruh sawah, membersihkan tambak yang habis di panen, seperti membersihkan kerang-kerang yang ada di tambak. Hingga tidak ada pekerjaan amir mencari kerang di bekas tambak kemudian ia rebus dan di jual, satu minggu atau dua minggu jika dirasa sudah ada uang amir pulang untuk memberikan hasil kerjanya pada istri, sering juga karna sudah tidak ada kerjaan amir hanya duduk di kursi didalam rumah hanya bengong dengan fikiran kacau. Istrinya pun membantu dengan jualan cilok keliling, sama rintangan pun bertubi-tubi, mulai dari sepeda yang gampang rusak dan dagangan tidak laku. Hingga sampai pada saat idul fitri tiba apapun tidak punya apa-apa, jangankan untuk beli jajanan lebaran, untuk makan, beli baju anak-anak saja tidak sanggup bahkan sandal jepit pun tidak punya, saat hari raya seperti biasa saling berkunjung, silaturahim, di rumah amir hanya tutupan, karna tidak punya apa-apa, anak istrinya dirumah hanya diam, sampai ada serombongan dari teman-teman anaknya datang, melihat rumah tidak ada jajanan dan tutup, mereka pun putar balik, salah satu dari anaknya amir hanya bisa melihat teman-temannya pakai baju baru dari sela jendela rumah dengan perasaan ingin bergabung main bersama teman tapi hanya ada rasa malu karna tidak punya pakaian baru, sendal baru, bahkan baju pun hanya baju lusuh robek robek. Sehingga waktu itu amir kerja ngangkut tanah dari jam 7 sore hingga jam 3 pagi, begitu terus dia lakukan berbulan-bulan. Setelah itu tidak ada kerjaan hingga ada pekerjaan menggali tambak rombongan ternyata tidak di bayar, tidak tau tuan nya siapa. Karna kesulitan yang di hadapi itu amir pernah menanyakan pada seseorang, anggap saja orang pintar, waktu itu amir di suruh wudhu setelah wudhu berbincang-bincang, orang tersebut menjelaskan katanya kehidupan amir memang ada seseorang yang menggangg, dengan ciri-ciri orang nya pedek dan berambut keriting, amir di bekali air untuk di siram di sekeliling rumah, setelah melakukan hal itu amir merasa hati lebih tenang dan adem, di saran kan agar semua masalah selesai supaya datang lagi 2 atau 3 kali pertemuan lagi, tapi karna tidak ada dana amir hanya bisa satu kali itu. Pada kisah selanjutnya amir tertipu pada dua bisnis yang dia ikuti, yang pertama dari yayasan amalilah, saya rasa sampai sekarang masih ada, mohon maaf memang pada kenyataan nya seperti itu, yang ke dua yayasan yang bergerak di bidang sosial dengan produk beras yang bersistem multi level marketing, ternyata ke dua yayasan ini mohon maaf, bisa di bilang penipuan, karna amir bergelut di bidang ini tidak dalam waktu yang sebentar, dan janji-janji dari yayasan itu tidak pernah tepat, hanya janji palsu, amir sudah melibatkan orang banyak sehingga di laporkan ke kepolisian. Sehingga waktu itu amir sudah punya motor dan sawah, semuanya di sita. Untuk menghindari hal tersebut amir merantau ke mesuji, lampung. Dengan membawa uang hanya 50,000 sedang kan anak istri tidak di tinggali apa pun, bahkan uang sepeser pun tidak ada, ini terjadi pada tahun 2010. Selama sebulan di mesuji hanya fikiran ingat anak istri yang tidak di tinggal apa-apa, amir hanya nangis di sana, hingga ada kerjaan menanam singkong, borongan satu hektar di bayar 1 juta, mulai jam 6 pagi hingga jam 6 sore nonstop dia kerjakan sehingga dalam waktu 4 hari selesai di kerjakan sendiri, setelah dapat bayaran amir bergegas pulang, sampai di rumah berpelukan dengan istrinya, mereka menangis, amir bersyukur anak istri nya sehat, seminggu di rumah kemudian kembali lagi di mesuji, begitu sampai 3 tahun, singkat cerita waktu di mesuji di gusur, amir di tangkap polosi dan di bawa ke kapolres hingga sampe tulang bawang, lampung. Dengan fikiran kacau jika dia di penjara bagaimana dengan anak istrinya, dengan pertolongan allah amir lolos dari jeratan hukum. Singkat cerita amir di telfon anak pertamanya yang menikah di kota batu lampung, untuk di ajak pindah di sana, amir menjual pekarangannya, sebelum laku amir juga merantau di wiralaga lampung. Kerja mengupas kulit kayu gelam. Setelah laku 8 juta, amir pindah di kota batu dengan di jemput truck untuk membawa barang-barang dan mereka sekeluarga, perjalanan sehari mereka sampai di tempat waktu tengah malam, pastinya pembaca bisa merasakan bagaimana rasanya naik truck seharian di jalan jelek. Cerita ini sudah saya usahakan untuk di singkat, karna dalam buku ini hanya di beri kesempatan terbatas, baik, dari cerita perjuangan amir sejak awal, satu-satunya yang ia perjuangkan adalah anak istri nya, amir memperjuangkan agama anak dan istrinya, amir juga pernah berkata, jika tidak ingat dengan agama/ibadah anak dan istri, entah sudah jadi apa dalam menghadapi cobaan yang seperti itu, itulah motivasi amir untuk tetap bertahan sehingga tidak putus asa, kondisi amir dan keluarga saat ini (thn 2020) hidup tentram di desa kota batu bersama keluarga sederhananya di usia yang sudah lanjut, sehari-hari yang di lakukan amir saat ini yaitu menderes aren dan istrinya yang mengolah menjadi gula merah dan di jual ke pengepul yang sudah datang setiap seminggu sekali, di samping itu saat ini amir tertib beribadah, bahkan bisa di katakan lebih tertib dari orang-orang yang awal di tempat itu. Sebelum pindah di kota batu pertama yang ia fikirkan adalah apakah disana juga lancar untuk ibadah anak istri dan dirinya, ternyata dari kabar di kota batu juga dekat masjid dan pengajian seperti di metro dulu, itu yang membuat amir mau pindah, dari memperjuangkan agama anak istri tapi kini bonusnya agama amir pun juga menjadi baik, semoga pak amir diberi balasan kemulyaan, kebahagiaan, kesuksesan dunia dan akhirat atas ketulusannya. Kenapa di judul saya sebut “HIKMAH TERBESAR. ” Ya menurut saya hikmah/keberuntungan yang paling pol adalah jika seseorang di beri kefahaman yang kuat, bisa memperbanyak ibadah, itulah orang yang sangat beruntung, hidup di dunia ini gambarannya hanya mampir minum, artinya hanya sesaat, sedangkan kehidupan yang abadi hanya di akhirat dan satu-satunya bekal ke akhirat adalah amal (ibadah), sekaya apa pun, sedamai apapun seseorang tapi kalau lupa urusan ibada (akhirat) tetap saja dia orang yang rugi, harta yang ia kumpulkan tidak dapat sebagai penebus untuk akhirat kecuali amal dengan niat. “. . . Dan barang siapa yang di kehendaki baik Oleh: allah maka allah akan mamahamkannya dalam agama”. . . al hadist (HR. Thabrani). Semoga pembaca di jadikan orang yang beruntung, sukses dunia, akhirat dan tulisan ini bermanfaat. Aamiiii. Salam dari saya Deni Budianto (Jum’at, 14 Agustus 2020).  

Tak Seorangpun Dapat Mencuri Kebahagiaanku

oleh Yohana So

Pagi itu, Ellen buru-buru mengemas frozen food dagangannya. Baru satu bulan ini ia menggeluti usaha ini. Ia bersemangat karena temannya baru saja memesan 3 bungkus chicken nugget, dan bersiap-siap untuk pergi mengantarkan pesanannya. Usaha kecil-kecilan yang ditekuninya, saat ini memang masih dikerjakan dirinya sendiri bersama suaminya, Dave. Namun, hari ini Dave sedang pergi keluar kota untuk mengurus proses pailit perusahaannya. Sehingga ia harus pergi sendiri dan meninggalkan kedua anaknya di rumah. Ia memberikan sarapan pagi untuk anaknya sambil berpesan kepada mereka, “Mama pergi dulu ya ke rumah tante Winda, jangan nakal, ga bOleh: berantem loh. Sally ga bOleh: ganggu adikmu terus ya. Lala juga jangan nangisan aja. Mama pergi sebentar ya. ” “Iya ma, tapi beliin mainan ya ntar. ” sahut Sally sambil mengunyah rotinya. “Iya, beliin mainan masak-masakan ya ma. ” ujar Lala. “Jangan masak-masakan, beli mainan dokter-dokteran aja ma. ” “Loh, aku mau main masak-masakan aja kak. ” seru Lala sambil memandang kakaknya sinis. “Main dokter-dokteran aja, nanti kakak jadi dokternya trus kamu yang disuntik. ” timpal Sally sekenanya yang kemudian membuat Lala merengek. Ellen berdecak memarahi anak-anaknya “Sally, mama masih belum pergi kamu udah bikin adikmu nangis kan. Iya, nanti mama beliin mainan masak-masakan sama dokter-dokteran. Ayo, Lala jangan nangisan terus ya, nanti mama marah loh. ” “Beneran ya ma, iya Lala ga nangis lagi ma. ” ujar Lala terisak. “Ya udah, mama pergi dulu ya. Baik-baik di rumah. ”Ellen mencium kedua anakanya. “Iya, daaaa mama. . . ” keduanya mengantar Ellen sampai ruang tamu dan melambaikan tangan kepada Ellen. Ellen pergi keluar dengan perasaan berat hati meninggalkan anak-anaknya yang masih berusia 6 tahun dan 3 tahun, tetapi ia berdoa anak-anaknya akan baik-baik saja, sementara ia hanya mengantar dagangan sebentar. Ia memastikan mengunci pagar rumahnya dari luar, kemudian berjalan kaki ke pangkalan ojek dekat rumahnya. Sejak Ellen menikah dengan Dave, Ellen menjadi ibu rumah tangga dan tidak bekerja. Hal itu ia lakukan karena Dave yang memintanya untuk tinggal di rumah saja, karena penghasilan Dave lebih dari cukup untuk membiayai kehidupan rumah tangga. Dave adalah seorang Kontraktor yang memiliki perusahaan yang besar dan sukses. Ia tak pernah kuatir akan urusan finansial, hingga terjadi krisis moneter pada tahun 1998 yang membuat perusahaan suaminya harus gulung tikar. Bahkan tidak berhenti sampai disitu saja, segala aset yang mereka miliki harus dijual untuk menutupi hutang bank, termasuk rumah yang mereka tinggali saat ini juga sudah terjual dan mereka hanya punya waktu 3 bulan untuk mengosongkannya. Itulah sebabnya Ellen dan Dave memutuskan untuk memulai usaha kecil-kecilan untuk menopang kehidupan mereka yang mulai memasuki masa-masa sulit. Meskipun dalam keadaan krisis ini juga usaha barunya juga masih merangkak, tapi Ellen dan Dave selalu berdoa dan percaya penyertaan Tuhan yang akan memberkati mereka senantiasa. Cobaan yang mereka alami tidak akan melebihi kekuatan manusia. Mereka percaya, Tuhan adalah setia ketika mereka diuji, Tuhan akan memberikan jalan keluar sehingga mereka dapat menanggungnya. Oleh: karenanya, Ellen dan Dave selalu bersemangat dan bersyukur atas keadaan apapun. *** Sementara itu, semenjak Ellen pergi, Sally dan Lala masih duduk di ruang tamu sambil menikmati sarapan roti coklat favorit mereka yang dibuatkan ibunya. “Eh la, nanti kalo mama pulang kita main dokter-dokteran dulu ya. ” ganggu Sally lagi. Lala masih dengan sisa-sisa tangisnya tadi kemudian mulai merengek lagi “ga mau, main masak-masakan dulu kak. ” Sally teringat pesan Ellen kemudian menenangkan adiknya lagi “iya, iya, main masak-masakan dulu deh. Kamu cengeng banget sih, inget tadi ga bOleh: nangis loh kata mama. Emangnya kamu mau masak-masak apa sih?” BRRRRUUUKKKKKK. . . . . . . . Tiba-tiba terdengar suara seperti ada sesuatu yang jatuh, Sally dan Lala refleks segera melihat ke halaman luar melalui jendela ruang tamu. Keduanya kaget melihat ada sesosok laki-laki, baru saja memanjat pagar rumah mereka dan lompat memasuki halaman rumahnya. Sally dan Lala saling bertatapan dengan rasa takut. Lala bertanya kepada Sally dengan nada takut “Siapa itu kak?” Sally pun dengan takut menjawab pelan, “ga tau La, kayanya dia pencuri. ” Sally segera mengecek pintu depan rumah tidak terkunci dan mencoba untuk memasang grendel pintu, akan tetapi dengan tinggi badannya yang kurang dari 100 cm grendel pintu itu agak sulit diraih dan Sally pun ragu untuk memasang grendelnya tanpa menimbulkan suara. Kemudian Sally mengurungkan niatnya karena takut oranga asing yang akan memasuki rumahnya tersebut mendengar suara grendel dan menyadari keberadaan mereka di dalam rumah. Seketika Sally mengingat adegan film action yang ia sukai, ia berpikir untuk menahan pintu depan dengan mendorongnya supaya orang asing tersebut tidak bisa masuk. Lala melihat kakaknya dan bertanya, “Gimana ini kak? Kamu ngapain sih?” Sally berkata, “Ayo dorong pintunya La, biar dia ga bisa masuk. ” Lala tidak mengikuti arahan kakaknya dan mundur karena takut. BRRUUUUKKKKK. . . . Sally mengintip lagi ada orang asing lain lagi yang barusan melompat masuk halaman. Lala yang berada di ujung ruang keluarga kemudian melihat orang asing tadi memegang linggis dan sedang mencongkel jendela kamar depan mereka. Lala kemudian segera berlari kecil menuju kakaknya yang masih mendorong pintu depan dan berkata, “Dia mau masuk lewat jendela kamar depan kak. ” Sally panik dan pergi dari tempatnya berdiri, kemudian mengajak adiknya masuk dan memutuskan untuk masuk ke kamar tengah. Sally segera memasang grendel di pintu kamar tengah dan berharap kedua orang asing tersebut tidak mendengar suara grendel yang dipasangnya. Kamar tengah yang Sally dan Lala masuki adalah ruang kerja Dave yang tidak terlalu sering digunakan lagi, sehingga di kamar tersebut berubah fungsi menjadi semi gudang. Pada tahun itu, belum ada telepon genggam seperti yang biasa dibawa kemana-mana saat ini, hanya ada telepon rumah. Di dalam rumah mereka terdapat dua pesawat telepon yang tersambung dengan catatan kecil Ellen yang berisi nomor telepon Polisi dan nomor telepon penting lainnya di dekat masing-masing pesawat telepon tersebut. Satu pesawat telepon kabel diletakkan di kamar Ellen dan Dave, satu lagi pesawat telepon wireless diletakkan di ruang kerja Dave yang saat ini menjadi tempat persembunyian Sally dan Lala. Lala teringat pesan Ellen untuk menghubungi nomor-nomor penting tersebut dalam hal keadaan bahaya. Kemudian Lala mulai memencet tombol-tombol nomor telepon polisi yang tercantum di catatan kecil Ellen. Sementara ia melihat Sally sedang sibuk menumpuk bantal-bantal di dekat kursi malas yang sudah lama tidak terpakai. “Halo pak polisi?” “Halo, dengan siapa ini?” “ Saya Lala pak, di rumah saya ada pencuri. ” “Oh ya? Adik di rumah sama siapa?” tanya pak polisi “sama kakak Sally. Mama lagi pergi ke rumah tante Winda. ” “Ok, Adik rumahnya dimana ya?” “Rumah saya di jalan Kartika Nomor 67 pak. ” Thanks to catatan kecil Ellen. “Baik, kita segera kesana ya. Adik sekarang lagi telepon dimana ini?” “ini di kamar papa pak. Cepetan kesini ya pak, Lala takut. ” “Iya, Adik tunggu ya, kamarnya dikunci, tunggu sampai saya datang. ” “iya pak. ” tutup Lala. Sally yang telah selesai membuat tempat persembunyian di bawah kursi malas yang ditutupi bantal-bantal kemudian mengajak adiknya masuk, “La, ayo kita sembunyi di bawah sini. ” “Kak, gimana ya kalo mau telepon tante Winda?” tanya Lala. “Coba liat di buku telepon ada ga?” Sally menghampiri Lala dan membolak-balik buku telepon mencari nama tante Winda, namun tidak ada. Kemudian mereka teringat orang tua baptis mereka, Pendeta yang kerap mereka panggil Papi dan Mami. “Telepon Papi aja, Papi kan kenal tante Winda pasti dia punya nomornya. ” sembari menunjukkan nomor di dalam buku telepon. Lala kemudian mulai memencet nomor telepon tersebut, kemudian membawa telepon wireless tersebut mengikuti kakaknya bersembunyi di bawah kursi malas. “Halo, Papi?” ujar Lala dengan suara pelan. “Halo, ini Michelle ya?” ujar Papi dengan senang mengira keponakannya yang seusia Lala menelepon. “Bukan pi, ini Lala. ” jawab Lala. “Oh, Lala, Papi kira Michelle, suaranya mirip. Iya kenapa Lala?” masih dengan suara ramahnya. “Papi, di rumah ada pencuri. ” ujar Lala takut. “Hah, ada pencuri? Papa sama mama dimana?” tanya papi “Papa kerja, mama pergi ke rumah tante Winda. Papi bisa teleponin tante Winda ga, bilangin mama biar cepet pulang. ” “Lala sama kakak Sally dimana ini?” “Di kamar papa pi, Lala takut. ” “Iya, iya, Lala kunci kamarnya ya, Papi kasih tau mama untuk cepet pulang, setelah ini Papi sama Mami kesana. ” “Iya pi, cepetan ya pi. ” Lala memencet tombol tutup pada teleponnya. *** Selepas menerima telepon dari Lala, Pendeta tersebut langsung panik memberitahu istrinya dan segera menelepon Polisi setempat, kemudian menelepon Winda dan menanyakan keberadaan Ellen disana. Setelah itu bergegas bersama istrinya untuk pergi ke rumah Ellen dan Dave. *** Ellen yang berada di rumah Winda terkejut mendengar kabar rumahnya didatangi pencuri. Seketika yang terlintas di otaknya adalah bagaimana kabar kedua anaknya yang masih kecil. Ia mengingat berita-berita di TV terkait kerusuhan yang marak terjadi dan kejadian-kejadian perampokan, penjarahan, dan lainnya yang mengerikan. Tubuhnya lemas tak berdaya, airmatanya mengalir deras dan ingin segera pulang. Winda mencoba menenangkan dan meminta bantuan suaminya untuk memanggilkan tukang ojek. *** Sally mulai menangis dengan suara pelan, kemudian dia melihat adiknya menatapnya dengan muka ingin menangis juga. Seketika Sally takut adiknya yang cengeng juga ikut menangis dan menjadi berisik, ia berkata kepada adiknya, “La, gimana ini? Jangan berisik ya, nanti pencurinya denger kalo kita berisik. Ayo kita berdoa aja ya supaya pencurinya ga masuk kesini. ” Lala tidak menangis dan berkata, “iya kak, tenang ya, ayo kita berdoa dalam hati aja ya. ” Keduanya berdoa bersama-sama berharap pencuri tidak mengetahui keberadaan mereka dan Polisi atau siapapun segera datang menyelamatkan mereka. Sekitar 30 menit mereka menunggu sambil waspada mendengarkan suara-suara diluar. Kemudian terdengar teriakan dari luar yang familiar, “Sallyyyyy, Lalaaaaa, ini papi. ” Mendengar suara itu Sally dan Lala langsung berjingkat lega, namun seketika keduanya menjadi kuatir lagi. “Kalo pencurinya masih ada di dalam rumah gimana dong La?” ujar Sally. “Coba didengerin, kira-kira masih ada suara-suara orang gak?” keduanya mendekatkan telinganya ke pintu. “Sepi banget sih, apa mereka sudah pergi ya?” Sally berasumsi. “Iya mungkin kak. ” jawab Lala. “Gini aja, aku keluar dulu pelan-pelan ya, kalo ada orang kamu langsung kunci pintunya lagi, aku langsung lari ke depan ya. ” ujar Sally memberi ide. Sally mengusap matanya yang masih basah dan memberanikan diri melepas grendel pintu kamarnya, kemudian membuka pintunya perlahan dengan waspada. Sally keluar kamar sambil melihat sekelilingnya yang sepi sekali. Sekilas ia melihat TV di ruang keluarga menghilang. Ia memberi kode kepada Lala yang mengintip dari balik pintu untuk mengikutinya dan keduanya berlari kecil ke depan rumah. Seketika mereka melihat Papi dan Mami yang memanggil-manggil dari tadi, menangislah Lala sejadi-jadinya, seakan sudah ditahannya dalam-dalam karena ia takut berisik dan sekarang bisa ia luapkan sepuasnya. “Kuncinya dibawa sama Mama Pi, kita ga bisa bukain Papi sama Mami. ” kata Sally menjelaskan. “Oh, Papi mau manjat aja deh. ” ujar Pendeta itu. “Mami juga mau ikut Pi. ” sahut istrinya kuatir. “Jangan, mami disini aja, nanti motor kita juga ilang gimana?” timpal Pendeta kepada istrinya. “Oh iya ya, Mami tunggu disini ya Pi. ” mengiyakan ide suaminya. “Hati-hati Pi. ” ujar Sally. Papi berhasil memanjat, kemudian Sally mengantarnya mengecek keadaan di dalam rumah, sementara Mami memeluk pundak Lala yang masih menangis dari luar pagar. *** Sesampainya di rumah, Ellen melihat Bu Ester dan Lala yang menangis, hatinya lega melihat anak bungsunya dan tangisnya pun pecah, “Ibu, anak-anak saya ga kenapa-kenapa kan bu?” Bu Ester memeluknya sambil menenangkan, “Tenang bu, anak-anak gapapa, Sally di dalam sama Bapak, tadi dia manjat pagar bu. ” “Tadi ada pencuri ma. . . Huaaaa. . . . ” ujar Lala menjelaskan sambil menangis lega melihat ibunya. Ellen segera membuka pintu pagar dan ketiganya masuk ke dalam rumah. Ellen melihat Sally dan dengan bersyukur memeluk kedua anaknya yang selamat dari orang-orang jahat yang memasuki rumahnya. Ellen menelepon kantor Dave dan memberitahukan kejadian yang telah terjadi. Kemudian datang Polisi yang mendapat laporan pencurian dan menyelidiki peristiwa tersebut. Ellen tahu di masa-masa sulitnya Tuhan tetap menjaga dan melindunginya bersama keluarganya. Hal itulah yang membuatnya tetap bersyukur dan berbahagia. Kebahagiaan adalah sikap hati yang kita ciptakan sendiri. Tergantung sudut pandang kita memahami situasi yang kita alami. Tuhan tidak pernah berjanji langit akan selalu cerah tapi selalu akan menyertai umatnya saat badai datang. Iman yang kita miliki yang membuat kita percaya dan berserah penuh kepada Tuhan yang mempunyai kehidupan. Ketika kita percaya Tuhan akan selalu menyertai kita, tidak ada alasan untuk kuatir mengenai apapun. Bahkan di masa-masa sulit yang terlihat di depan mata, Tuhan dapat melakukan segala mukjizat untuk membuat kehendaknya terjadi.    

Batu Karang Subur

oleh Dr. Indrawati Wivina H. , MBA. , MM. , M. Pd. , M. Psi. , D. Th. , Psikolog.

Ini pengalaman pribadi waktu saya mendampingi suami saat bertugas di kota Baucau Timor-timur, pada tahun 1988, yang sekarang menjadi negara Timor Leste. Kota Baucau terletak di daerah Timur dari pulau Timor, sebelum Viqueque. Baucau di beberapa tempat tanahnya bisa ditanami Padi secara terbatas, waktu itu pada umumnya tanahnya berbatu karang. Pada musim kemarau dimana-mana kelihatan batu karang kecoklatan, karena rumput ilalangnya mati kepanasan. Lokasi kantor suami bila kemarau juga didominasi batu karang, menjadikan pandangan mata jadi panas, tanpa ada pepohonan yang hijau. Disamping itu, mencari sayur-mayur yang segar juga langka, buah-buahan juga jarang ada, kalau tidak menanam sendiri. Disini saya punya pemikiran, seandainya di depan kantor suami yang relatif luas antara kurang lebih lebar 10 meter dan panjang 200 meter ditanami sayur mayur, alangkah indah dan bermanfaatnya halaman seluas itu. Tetapi masalahnya, itu semua hamparan batu karang yang runcing-runcing dan tajam. Istilah dari suami saya tanah yang berbatu-batu, tetapi menurut saya batu-batu yang bertanah, atau batu yang ada sedikit tanahnya. Saya berdiskusi dengan suami, bagaimana kalau kita memanfaatkan halaman kantor yang berbatu-batu ini untuk ditanami sayuran. Suami juga punya pemikiran yang sama untuk mengajari masyarakat sekitar kantor, menanami tanah pekarangannya dengan sayur mayur. Tetapi bagaimana caranya? Semua batu karang, tanahnya hanya sedikit. Timbul ide mencari tanah urug di tempat lain, untuk ditimbunkan di sela-sela batu karang. Mencari kemana-mana hanya dapat 10 truk, itu belum bisa menutupi separuh dari batu karang yang ada. Walau demikian, sudah agak mencukupi untuk menanam Kol atau Kubis. Sebanyak 1000 bibit saya semai di polybag, 800 tumbuh dengan baik dan siap tanam. Karena tanah dan batu karang tidak beraturan, kami menanam yang kira-kira tanahnya agak tebal. Sebelumnya saya campur dengan pupuk kandang yang banyak, karena melimpah di Baucau. Bila musim kemarau, suhu dingin bisa mencapai 15 derajat celcius saat itu. Sepertinya suhu di Baucau banyak terpengaruh Oleh: suhu di benua Australia, jadi suhu dingin di Baucau sangat membantu pertumbauhan sayur Kol/Kubis saat itu. Sekitar pukul 10. 00 pagi tanaman dibuatkan pelindung panas Matahari dari batang Pisang (gedebok) yang dilipat seperti Segi Tiga. Ketika tanaman masih kecil, disiram secara manual dari drum yang dibelah sudah mencukupi walaupun memerlukan waktu dan tenaga yang banyak. Penyiraman-penyiraman kebanyakan dilakukan orang-orang kantor dan masyarakat sekitar yang ingin belajar dan berlatih menanam Kol/Kubis. Melihat pertumbuhan Kol yang sangat baik menambah semangat untuk melihat hasil akhirnya. Kol yang masih kecil memang cukup disiram dengan gayung, setelah Kol agak besar atau setengah besar timbul sedikit masalah, karena sayur Kol perlu banyak air untuk menyirami pagi dan sore. Padahal di Baucau tidak ada sungai yang bisa diambil airnya secara besar-besaran. Bagaimana caranya? Memang di Baucau tidak ada sungai di permukaan tanah, tetapi ada sungai di bawah tanah, yang muncul seperti sumur membual-bual dan masuk lagi. Sungai dalam tanah berada pada suatu tempat, ditempat yang lebih tinggi dari kantor suami. Dari situlah air dialirkan dengan bambu panjang yang dibuang ruas-ruasnya, sambung menyambung hingga/sampai tempat kebun sayur yang sudah setengah besar, tinggal mengalirkan waktu pagi dan sore hari. Masyarakat sekitar mulai tertarik, banyak yang mulai bertanya-tanya dan minta diajari dari cara menyemai sampai menanam dan merawat hingga tumbuh dan subur. Banyak orang-orang Pemerintah Daerah Baucau yang berdatangan melihat dan bertanya, untuk dapat menanam di tempat kerja dan kebunnya masing-masing. Perawatan sayur Kol sangat mudah, belum ada hama yang merusak tanaman Kol saat itu. Bukan hanya orang-orang desa saja yang datang melihat kol tumbuh di hamparan batu karang, tetapi anak-anak sekolah juga banyak bergiliran datang ke kebun Kol. Tanah gersang penuh batu karang jadi hijau subur penuh dengan tanaman Kol, disela-sela batu karang kelihatannya memang agak aneh. Pertumbuhan mencapai waktu pertengahan, saya sarankan untuk dipupuk lagi, dengan pupuk kandang yang sudah jadi tanah. Kami selalu amati dan cek terus pH dan kelembaban tanah dengan alat sederhana yang sering dibawa suami jikaingin menanam dengan hasil yang baik, agar akarnya tidak busuk, dengan cara di tancapkan di sekitar akar tanaman. Dengan demikian pH tanah tempat tanaman tumbuh dapat terdeteksi dengan baik, asupan nutrisinya terkontrol serta tidak ada busuk akar karena tanah terlalu basah. Tanaman kelihatan tumbuh sehat dan subur, di sela-sela batu karang yang kelihatan merah, tumbuh tanaman Kol yang hijau subur dan mendominasi lahan yang biasanya kelihatan coklat kemerah-merahan. Yang berdatangan sekarang bukan hanya penduduk Baucau saja, sekarang malah banyak yang dari uar kota Baucau. Mereka berombongan naik bus ke arah kota Viqueque, turun izin pada yang jaga kebun untuk berfoto, melihat dari ujung yang satu sampai ujung yang lain, demikian hampir setiap hari, sampai menjelang Kol panen. Disini tanaman memang di jaga, karena banyak Kambing dan Kerbau yang tidak punya kandang. Setiap hari, ternak-ternak tersebut digembalakan dan melewati kantor suami. Pernah suatu hari kambing-kambing tersebut memasuki kebun Kol dan banyak Kol yang di makan kambing-kambing tersebut, sangat sedih rasanya melihat tanaman sebagian besar rusak. Kantor suami dan perumahannya memang dipagar kawat duri, tetapi tanah gersang berbatu karang di depan kantor tidak dipagar, dengan begitu tanaman Kol rawan dari gangguan hewan ternak. Saya dan suami sering juga melihat masyarakat sekitar mulai gemar menanam sayur di kebun rumahnya, yang relatif tanahnya sangat luas dibandingkan kebun pekarangannya orang di Jawa. Terkadang kami diundang warga kerumahnya , untuk memberi tahu cara menanam sayur yang baik, dan biasanya memang umumnya berhasil dengan baik. Kunci menanam sayur Kol adalah ketelatenan dan kesabaran serta keuletan, tanpa itu hasilnya kurang maksimal. Ketelatenan berarti dari mulai menyemai, sudah menyeleksi mana yang akan tumbuh jadi kuat dan subur diseleksi satu persatu. Sabar dengan situasi dan kondisi yang kurang mendukung, tetap berkomitmen mengadakan kontrol setiap hari, dan menerima kenyataan bila dirusak Oleh: hewan ternak milik penduduk yang masih kurang punya empati pada orang lain. Punya keuletan yang pantang menyerah bila tanaman tidak berhasil, untuk mengulang kembali dari awal lagi, dan punya semboyan Pasti Sukses. Pada akhirnya tanaman Kol tiba masa panen raya, semua instansi pemerintah yang ada di Baucau kami undang, khususnya istri-istri dari tokoh masyarakat setelah senam bersama (pada hari Krida) dipersilahkan mengambil sayur kol sendiri. Saya merasa sangat bahagia, melihat ibu-ibu dengan wajah penuh kegembiraan memanen Kol yang memang sedang mekar dengan suburnya, dan waktu ditimbang ada beberapa yang beratnya 2kg, umumnya berat rata-rata 1,5k  

Siapa yang Menanam Maka Dialah yang Memetiknya

oleh Muhammad S. Pd. I, CL, CHt, MMH

  Menjadi terbaik dimanapun berada. . Sebagai seorang guru honorer, Saya terlahir dari keluarga kebanyakan pada tanggal 21 juli 1972 disebuah desa terpencil, didesa Ncera, kecamatan Belo, Kabupaten Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Desa ini terkenal dengan penghasilan yang tidak asing dengan komoditas bumbu dapur, yaitu Bawang Merah. Saya belajar di SDN Inpres Ncera, SMPN 2 Belo dan melanjutan pendidikan SMA di MAN 2 Bima dan lulus tahun 1990, serta melanjutan pendidikan tinggi pada IAIN Alauddin Ujung Pandang, lulus tahun 1992 dengan Jurusan DII PG PAI. Pada saat saya belajar di IAIN Alauddin Ujung Pandang, saya mencari penghasilan sendiri dengan mengajar mengaji dirumah-rumah dengan imbalan Rp 25. 000 perbulan. Saya tinggal di Masjid Babbul Jannah Jl. Manuruki II Kelurahan Manuruki, Kecamatan Tamalate Kotamadya UjungPandang Provinsi Sulawesi Selatan. Setelah tamat pendidikan tinggi, saya mengabdi sebagai guru honorer di SMP 2 Belo, Madrasah Ibtidaiyah Swasta Desa Ncera. Pada saat mengabdi pada dua lembaga tersebut, saya juga mendirikan sebuah koperasi tani yang bernama Koperasi Tani Bawang Merah. Disamping itu juga, saya menanam Jahe, Melon dan Buncis di Desa kelahiran saya. Saya berusaha untuk tampil beda dengan penduduk sekitar. Disaat mereka menanam Bawang Merah, saya menanam Jahe Merah, Buncis, Kacang Panjang, dan Melon. Kegiatan itulah yang saya lakukan untuk menjadi penopang utama agar dapur tetap berasap. Menjadi pengurus Koperasi Tani Bawang Merah dan aktivitas sebagai petani sayur, sehingga pada tahun 2000 saya dinobatkan menjadi Pemuda Pelopor Kabupaten Bima. Saat menjadi pengurus koperasi, alhamdulillah kegiatan saya sibuk sampai Ibukota Provinsi Nusa Tenggara Barat saat itu, dan sempat menjadi pengurus Induk Koperasi Tani Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 1998. Aktivitas ini bertahun tahun saya laksanakan dengan penuh kesabaran dan keyakinan, bahwa suatu saat nanti yang Maha Kuasa pasti memberikan yang terbaik untuk saya. Pada saat saya menjadi guru honorer di SMPN 2 Belo, atau yang paling dikenal dengan SMP Ngali saat itu. Saya mengampu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Suka duka menjadi guru honorer, hanya sebatas ingin mendapatkan pengakuan sebagai seorang guru, ini dilakoni selama bertahun tahun dengan keterbatasan hidup yang sangat minim dan jauh dari kecukupan kehidupan sebenarnya. Tepatnya pada tahun 2000 saya mengampu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas 3. Allah SWT menunjukan jalannya kepada saya, ketika saya mengikuti tes CPNS tahun 2000 soal-soal yang ada dites itu diambil dari buku pelajaran kelas 3 SMP saat itu. Dengan wajah yang sangat gembira dan hati yang yakin 100%. Saat itu saya berkeyakinan bahwa insya Allah saya lulus CPNS tahun ini. Satu pekan setelah saya ikut tes, akhirnya saya dinyatakan lulus CPNS tahun 2000 pada kantor wilayah Departemen Agama pada saat itu, untuk menjadi seorang guru Pendidikan Agama Islam. Setelah sekitar dua bulan menunggu, akhirnya saya ditugaskan di SDN Desa Beru Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa saat itu, yang sekarang menjadi Kabupaten Sumbawa Barat setelah berpisah dengan kabupeten Sumbawa dan menjadi Kabupaten Sumbawa Barat pada tahun 2004. Tahun 2000 saya ditempatkan di SDN Desa Beru Keamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa saat itu. Setelah saya sampai di desa ini, kegiatan yang saya lakukan adalah menjadi Penceramah atau Da’i, menjadi petani dan mengajar honor juga pada SMPN I Brang Rea dan mengajar mengaji di Masjid Desa Tepas Kecamatan Brang Rea yang pada saat itu TPQ Masjid itu dibawah kepengurusan Bapak saya Drs. Muhammad Sagir. Sebagai seorang petani, saat itu saya merasakan sulitnya pengairan pada lokasi ladang desa tersebut. Karena jauh dari pintu air bendungan Kalimantong I. Sekitar 2 tahun mengalami masalah kesulitan pengairan ini, maka saya mengajak teman-teman petani untuk membentuk kelompok tani. Alhamdulillah niat saya tersebut direspon baik Oleh: teman-teman petani yang lainnya. Pada akhirnya,tahun 2004 terbentuklah Kelompok Tani Mlasakan di Desa Beru Keamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat, dan saya terpilih menjadi ketua kelompok tani tersebut. Tujuan utama dibentuknya kelompok tani ini adalah untuk mengatasi kekurangan air pada lahan lang desa di Desa Beru Kecamatan Brang Rea. Alhamdulillah dengan kebersamaan kelompok tani tersebut, akhirnya masalah pengairan dapat diatasi dan lokasi lang desa pada saat itu bisa panen 3 kali dalam setahun, seperti lokasi lain dikecamatan Brang Rea saat itu. Berkat kerjasama yang baik, pengurus dan anggota kelompok tani Melasakan ini mendapat pengakuan menjadi kelompok tani terbaik di Kabupaten Sumbawa Barat tahun 2006. Berkat keberhasilan di kelompok tani ini pada tahun 2005, saya dipilih Oleh: peserta rapat tahunan Koperasi Unit Desa (KUD Brang Rea) menjadi pengurus koperasi untuk masa kepengurusan tahun 2005-2007. Sebagai pengurus koperasi, saya berusaha untuk membagi waktu dengan tugas saya sebagai guru, dan Alhamdulillah selama tiga tahun berturut-turut KUD Brang Rea memperOleh: SHU yang lebih tinggi dari tahun tahun sebelumnya. Pada tahun 2006 KUD Brang Rea menjadi KUD terbaik tingkat Provinsi Nusa Tenggara Barat untuk KUD tipe B. Sebagai seorang ayah dari anak-anak saya Sebagai orang tua dari anak-anak saya, saya sangat disiplin dalam mendidik anak-anak saya, dari sejak bangun tidur sampai dengan tidur kembali. Tentu saja didikan ini sesuai ajaran agama. Sebagai seorang ayah dari anak-anak saya, saya mengajarkan kepada mereka bahwa disiplin adalah nomor satu dalam hidup ini. Untuk menjadi orang disiplin itu sangat mudah, untuk diimplementasikan dalam kehidupan. Mulai adzan subuh dipagi hari, saya biasakan anak-anak untuk segera bangun, dan kalaupun satu jam sebelum subuh untuk melasanakan sholat tahajjud. Saya bersama anak-anak melaksanakan sholat subuh secara berjamaah dimasjid. Setelah sholat, saya bimbing anak-anak untuk menghafal Al-quran. Setiap hari, anak-anak saya menghafal satu baris Al-qur’an sejak SD kelas satu. Adapun carayang saya terapkan adalah yang pertama, setiap pagi mereka menghafal satu baris dari Al-qur’an dan 3 lembar mengulang-ulang hafalan yang telah dihafal. Kedua setelah sholat Ashar mengulang-ulang hafalannya. Ketiga setelah sholat Magrib sampai sholat Isya. Bila hafalan mereka lancer, maka saya selalu memberikan hadiah untuk memotivasi anak-anak saya. Kalau hafalan tidak lancar dan tidak sesuai hafalan, maka tidak diberikan uang belanja tambahan. Sehingga dengan tekhnik dan metode seperti itu, Alhamdulillah anak-anak saya ketika tamat Sekolah Dasar mereka telah menghafal Al-Qur’an sebanyak 10 juz. Tamat SD anak-anak saya melanjutkan pendidikan pada Pondok Pesantren Al-Aziziyah di Desa Kapek Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat sampai tamat SMA. Di pondok pesantern inilah mereka menghafal Al-Qur’an sampai 30 Juz. Berkat bimbingan dan kerja keras ustadz / ustadzah, dipondok inilah anak-anak selalu meraih prestasi MTQ, baik ditingkat Kabupaten dan tingat Provinsi. Prestasi yang kedua menurut saya adalah anak anak. Anak aya yang pertama diterima di Fakultas Kedokteran UNRAM pada tahun 2016 dengan Beasiswa Penghafal Al-qur’an. Anak saya yang kedua diterima kuliah di Universitas Al-Azhar Kairo Mesir dengan jalur Beasiswa Universitas Al-Azhar sendiri. Anak saya yang ketiga kelas 2 SMP di Taliwang Sumbawa Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat. Sebagai seorang guru atau pendidik             Saya diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (guru) setelah saya honor selama 8 tahun. Setelah itu, diangkat menjadi seorang guru Pegawai Negeri pada tahun 2000. Prinsip saya berpegang teguh pada disiplin dan etos kerja yang baik. Contoh kecil saja, setiap ada kegiatan rapat atau yang sejenis, saya selalu hadir dan berada ditempat kegiatan sebeleum acara atau kegiatan dimulai. Sehingga dengan prinsip dan etos kerja yang seperti itu, saya pernah mendapatkan prestasi menjadi Juara 1 Guru Berprestasi Tingkat Nasional tahun 2011 jenjang Sekolah Dasar. Tahun 2010 pernah menjadi juara 6 dan juara 5. Tahun 2009 pada lomba Guru Kreasi Model Pembelajaran bagi guru PAI jenjang SD di Kementerian Agama Republik Indonesia. Tahun 2011 pernah melakukan Study Banding di Eropa yaitu Belanda, Belgia dan Perancis, yang difasilitasi Oleh: Kementerian Pendidikan Pemuda dan Olahraga. Menurut orang lain ini bukanlah prestasi, tapi menurut saya ini adalah prestasi capaian yang saya dapatkan dengan prinsip kerja dengan kata kunci “Kemauan, Kerja Keras serta Jujur” dalam tugas.    

Berbeda Menjadi Pilihanku

oleh Esti Ayi Suwarno

  Kita sering mendengar kata tentang perbedaan baik itu tentang perbedaan usia, perbedaan jenis kelamin, perbedaan suku, perbedaan agama, perbedaan ras, perbedaan negara dan banyak hal lainnya dan kita juga sering mendengar perbedaan tentang pilihan. Hal-hal ini memang sudah sewajarnya terjadi dalam lingkup kehidupan manusia sebagai hukum keseimbangan, namun yang perlu diketahui ialah perbedaan pilihan itu muncul ketika orang itu mulai cukup kuat dalam pola pikirnyadan mereka siap untuk mempertanggungjawabkan perbedaan tersebut. Sama halnya dengan kehidupan sehari-hari, kita menjumpai anak-anak pada umumnya di sekolahkan masuk dari SD kemudian ke SMP lalu setelah mereka mulai remaja mereka mulai dihadapkan dengan pilihan, ada yang masuk SMA dan ada pula yang masuk SMK. Dan dalam SMA ataupun SMK mereka pun mulai dikerjakan dengan yang namanya tujuan mereka akan memilih passion atau hobi ataupun kecenderungan akan tujuan dari sekolah tersebut. Setelah itu mereka lulus dari Sekolah Menengah Atas atau pun Sekolah Menengah Kejuruaan, mereka dihadapkan lagi apakah mereka akan masuk ke dalam dunia kerja ataupun mereka akan masuk dalam dunia kuliah pendidikan yang lebih lanjut. Ini hanya sedikit cerita tentang pemaparan bahwasannya ketika usia dan pikiran yang cukup kuat menjadi jenjang pemilih ataupun pembeda dari minat seseorang ataupun pembeda dari keinginan seseorang. Dan ini kisahku, kisah di mana aku telah memilih berbeda daripada teman yang lainnya. Perbedaan ini aku mulai sejak berada di jenjang SMA, saat masuk SMA berusia 14 tahun, aku adalah seorang siswa di SMA Negeri 1 Purworejo Klampok. Aku siswa biasa-biasa saja dengan peringkat di sekolah ya standar. Namun aku sudah memulai berjualan sejak SMA. Aku berjualan membawa satu kresek besar makanan ringan yang aku beli di pasar kemudian aku jual di kelas, aku juga belajar untuk memproduksi keripik Talas. Setelah pulang sekolah aku membeli kebutuhan untuk berjualan seperti snack ringan dan juga membeli bahan untuk pembuatan keripik Talas. Setelah itu, pulang ke rumah lalu mengupas kulit talas dan mencuci bersih kemudian dipotong tipis-tipis lalu digoreng sampai matang. Dari masa pengupasan sampai dengan penggorengan membutuhkan waktu lama sekitar 5 jam, maklumlah aku masih mengerjakannya sendirian dan terkadang dibantu Oleh: ibu atau kakakku. Terkadang selesai menggoreng sampai jam 10 malam bahkan pernah sampai jam 12 malam, karena Alhamdulillah dulu produksinya banyak. Sekali produksi bisa untuk berjualan 3-4 hari, bukan apa-apa tapi memang karena bahan baku talas langka dan harganya cenderung naik turun. Alhamdulillah saat produksi keripik talas lebih dari 14 tempat yang aku titipkan dagangan keripik, mulai dari beberapa kantin sekolah, warnet-warnet, toko kelontong, pusat oleh-oleh, dan pedagang sayur keliling. Mungkin berawal dari situ aku mulai menyukai dunia usaha, karena semakin banyak uang yang aku hasilkan dan juga bertemu dengan orang-orang yang baru, pengalaman yang baru, serta menambah ilmu yang tidak didapatkan di sekolah. Kebiasaan tersebut aku lakukan antar kelas waktu SMA berlanjut setiap tahun naik dari kelas satu sampai kelas tiga akupun masih tetap berjualan. Uang yang didapatkan bisa untuk uang saku dan bisa untuk tambahan pembayaran les serta ekstrakurikuler waktu sekolah. Menyenangkan sekali rasanya, dulu saya juga seorang aktifis di sekolah. Pengalaman baru, teman baru, ilmu baru, dan pengalaman organisasi mengajarkan saya untuk bisa mandiri, lebih berani dalam mengambil keputusan, yang paling penting ialah melatih saya ya untuk bisa public speaking. Tahun pun mulai berganti aku pun sudah harus mempersiapkan diri untuk menyiapkan Ujian Nasional. Setelah selesai UN seperti biasa para siswa mendaftarkan dirinya untuk jenjang sekolah yang lebih tinggi, aku juga ikut mendaftar ke universitas yang menerima jalur undangan dan tidak ada satu pun yang menerima saya untuk lolos tes jalur undangan. Alhasil setelah pengumuman kelulusan saya berpikir untuk membuka usaha. Perbedaan ini mungkin tidak seberapa dan perbedaan yang besar lagi adalah ketika aku telah lulus SMA, disaat teman-teman banyak yang memilih melanjutkan ke jenjang perkuliahan dan alhamdulillah aku memilih untuk membuka usaha pertamaku setelah 1 minggu dinyatakan lulus SMA. Tahun 2014 menjadi awal perjalanan besarku di mana aku memulai untuk lebih serius meniti karir sebagai seorang pengusaha. Aku teringat tentang perkataan salah seorang guru ” jika kamu ingin mengalahkan seseorang maka bangunlah lebih awal dari pada mereka dan lakukanlah lebih baik daripada mereka” Kata-kata tersebut menjadi inspirasi untuk memantapkan hati membuka usaha selepas aku lulus SMA. Tidak menutup kemungkinan tulus saya mengambil jenjang perkuliahan seperti teman-teman yang lainnya namun di kala itu aku lebih terfokuskan untuk berjualan karena mungkin sudah mulai senang dengan dunia wirausaha sejak saya SMA. Usaha kuliner merupakan usaha yang saya dirikan pertama kali setelah lulus sekolah. Yang menjadi alasan karena modal uang dan pengalamannya minim, mudah untuk dibuat, lakunya cepat, serta tidak membutuhkan spekulasi yang tinggi. Jualan pertama ku yaitu sate ayam, memilih jualan sate ayam karena dulu penjual sate di desaku itu masih jarang. Alhasil aku memutuskan untuk berjualan dan alhamdulillah di hari pertama langsung ludes terjual. Seiring berjalannya waktu saya menambahkan jualan minuman es blender karena rumah saya ya dekat dengan SMP, jadi ketika anak SMP pulang ekstrakurikuler dan pulang sekolah mereka sering sekali beli es di tempat saya. Usaha keripik saya pun saya jalankan kembali untuk menambah penghasilan jualan sate saya. Karena semakin lama semakin banyak orang yang berjualan sate saya menambahkan usaha lagi yaitu jualan pulsa, lambat bulan saya berspekulasi untuk jualan saldo pulsa juga. Saya juga mendapat lumayan banyak download pulsa yang mengambil saldo ke saya. Dua tahun saya berjalan, dulu kedai bentuknya seperti saung dari anyaman pohon bambu saya renovasi kedai bambu untuk membuat mini cafe, karena dulu sedang ramai sekali yang namanya cafe -cafe di mana-mana. Cafe tersebut saya buat masih di depan rumah orang tua saya yang biasa untuk garasi mobil, sedikit merubah konsep yang dulu berkonsep full bambu diubah menjadi bangunan semi permanen dan menambahkan lukisan-lukisan di dinding sama seperti cafe-cafe pada umumnya. Tidak hanya itu kami juga menambahkan menu makanan yang awalnya hanya sate ayam dan mie ongklok khas makanan daerah Wonosobo kami juga menambahkan menu seperti ayam goreng, ayam bakar, nasi goreng, mie goreng, dan aneka minuman milkshake yang sedang hits dulu. Dan benar yang namanya orang berusaha ataupun perjuangan tidak bisa ditebak dulu awalnya saya berjualan hanya satu macam jualan kuliner hasilnya pun masih naik turun kadang laris dan sepi pembeli. Apalagi letak usaha saya ya di depan rumah di pinggir jalan pedesaan jadi belum terlalu ramai, dulu waktu 3 bulan awal jualan kafe masih ramai untuk tempat selfie, tempat nongkrong anak sekolah. Tapi mungkin anak-anak sudah bosan dan pindah ke cafe-cafe yang lain dengan interior yang berbeda, untuk mereka bisa selfie-selfie. Saya terus berfikir bagaimana cara meramaikan cafe saya, saat itu saya belum ada ilmu tentang jualan hanya bermodalkan nekat dan otodidak tanpa ada mentor. Saya hanya sekedar melihat di sosial media di youtube di Instagram untuk menu tambahan-tambahan yang sedang hits waktu itu, ya yang namanya hits kan hanya sebentar awalnya rame kemudian mudah sekali turun. Mencoba peruntungan lain untuk menambahkan menu minuman seperti cappuccino cincau, milkshake pun hanya sebentar lalu turun lagi penjualannya. Suatu hari kakak saya melihat YouTube channel tentang makanan di street food dan melihat orang jualan bakso pentol yang laris , saya pun diberi saran untuk berjualan pentol. Tidak banyak berpikir saya mencoba untuk pergi ke pasar ke penggilingan bakso untuk membuat bakso pentol, pembuatan pun sama masih otodidak. Setelah jadi saya bagikan ke tetangga-tetangga saya mereka merespon enak dan gurih, saya pun meminta saran kepada kakak saya bagaimana jika bakso pentol ini saya jual di depan cafe saya? Saya akhirnya dibuatkan gerobak bakso pentol dan mulai berjualan satu hari sebelum Ramadan di tahun 2017. Tidak disangka-sangka lewat jualan bakso pentol inilah mungkin rezeki saya mulai terbuka lebar, respon dari masyarakat dan saya mulai sering iklan di Facebook teman-teman juga pesan mereka merespon enak menambah semangat saya untuk bisa membuat gerobak lagi. Setelah 4 bulan berjualan saya sudah membuat gerobak kemudian saya buka cabang bakso pentol yang pertama. Cabang pertama saya buka di lapangan balai pelatihan kerja dan transmigrasi Purworejo Klampok hari Minggu pagi saat orang yang berolahraga. Saya jualan dari pagi sampai sore Alhamdulillah ramai sekali, mungkin karena variasi pentol kami yang banyak kemudian masih belum ada di daerah saya yang membuat mereka penasaran untuk membeli bakso pentol saya. Tambah bulan saya melihat keuntungan dan potensi pasar yang ada. Saya memberanikan diri untuk membuka cabang di berbagai tempat, ada yang di dekat pasar, di depan sekolahan. Di akhir tahun 2017 Alhamdulillah saya dengan mudahnya membuka empat cabang gerobak bakso pentol, saya pun mulai mempekerjakan tenaga untuk produksi bakso pentol itu sendiri. Tahun 2018 pun saya bertambah semangat untuk menambah cabang yang lain bertambah tiga cabang lagi. Lalu saya mulai mengalami kendala untuk penyewaan tempat karena kami termasuk pedagang kaki lima di pinggir jalan makanya terkadang digusur dipindahkan, saya juga mengalami banyak problem lain di awal tahun 2018 setiap setengah bulan sekali ada pencuri yang datang ke rumah saya ataupun mencuri di outlet saya bahkan sampai 7 kali. Kendala lainnya pun hadir dari pedagang yang menjaga outlet kami, mereka bersikap seenaknya sendiri dan menghutangi hasil jualan produk kami hingga totalnya jutaan rupiah, dan akhirnya kalah, mereka yang marah terhadap kami karena kami menagih kemudian saya memutuskan untuk mencabut gerobak tersebut dari pangkalan sebelumnya. Alhasil mantan karyawan saya membuka jualan yang sama di tempat yang sama. Di tahun kedua memang cukup tidak mudah tidak seperti tahun pertama yang saya hanya berspekulasi ingin membuka cabang di sana-sini, dengan kemungkinan market yang banyak di tahun kedua ini ternyata banyak kendala dari pencurian kemudian karyawan yang tidak beres kemudian penyewa lapaknya juga yang tidak beres akhirnya menyebabkan saya pindah tempat kesana kesini untuk mencari pangkalan baru. Lalu datanglah banyak sekali pesaing-pesaing baru mungkin karena pesaing saya juga melihat potensi yang sama di daerah saya ini di Banjarnegara, Alhamdulillah jualan kami masih tetap laris sampai saat ini. Sampai tahun 2019 Alhamdulillah sudah hampir 10 gerobak yang yang berada di pasaran, dengan lika-liku pindah sana pindah sini jualan di sana sepi pindah lagi ada problem di sana pindah lagi ya mungkin memang seperti itulah lika-liku pedagang kaki lima yang belum mempunyai outlet resmi permanen pribadi. Alhamdulillah di bulan Agustus saya menemukan wadah baru yaitu tempat untuk bertemu para enterpreneur-entrepreneur di daerah saya, saya mengikuti seminarnya kemudian saya mantapkan diri untuk ikut menjadi member resmi entrepreneur university di Purwokerto. Ini menjadi. Awal saya untuk perubahan mindset yang luar biasa di situlah saya menemukan banyak sekali relasi dari berbagai tempat lain kemudian bertemu dengan banyak orang-orang yang sudah lebih sukses daripada saya membuka mindset saya lebih luas lagi dari yang dulu mungkin saya seorang yang belum tahu apa-apa tentang dunia usaha sekarang sudah ada ilmu yang yang lebih baik lagi. Tahun 2020 datanglah cobaan baru di dunia usaha terutama tentang wabah virus Corona, yang sangat berimbas sekali dengan penjualan di outlet-outlet kami. Di bulan Maret sudah banyak pemberitaan di televisi kemudian pemerintah menyarankan untuk lockdown menggunakan protokol kesehatan yang akhirnya impek dari lockdown tersebut hanya 4 outlet saja yang buka, yang buka pun pengambilannya tidak setiap hari karena saking sepinya pembeli. Hari semakin cepat berganti rasanya saya memikirkan ide apa untuk berjualan di masa pandemi seperti ini, saya membuka peruntungan baru untuk ikut berjualan masker mengambil dari teman saya yang produksi masker sendiri. Ini adalah sesuatu yang baru menurut saya, saya yang biasanya berjualan offline terpaksa untuk berjualan online untuk meningkatkan omset pribadi saya. Alhamdulillah beberapa ratus masker laku pengiriman ke luar kota kemudian saya jual masukkan ke warung-warung, saya tawarkan juga kepada teman-teman di grup WA untuk mencari reseller saya jualan masker. Dampak virus Corona ini menjadikan saya ya lebih giat lagi dalam mencari peluang usaha, apa yang sekiranya ada peluang saya lakukan saya tidak peduli dengan gengsi ataupun malu ataupun kok jualannya banyak banget, saya tidak peduli kok yang dengan hal seperti itu. Yang terpenting saya bisa untuk makan sehari-hari dan untuk menunjang omset jualan pentol saya yang sedang turun drastis . Dan saya mendapatkan peluang baru lagi yaitu berjualan suplemen kesehatan dari Inggris British Propolis, dengan modal yang tidak terlalu besar seperti saya membuat gerobak ya cukup dengan modal awal Rp. 1. 800. 000. Awalnya saya bingung memasarkan jualan British propolis itu tapi alhamdulillah ada bimbingan setiap hari dari para mentor, mulai dari grup WhatsApp, live di IG, siaran langsung di zoom meeting hampir setiap hari saya dapatkan bimbingan dari para mentor. Berbeda dengan bisnis saya sebelumnya bakso pentol yang saya harus mencari mentor sana ke sini, tapi alhamdulillah di bisnis British propolis ini saya langsung dapat mentor. Alhamdulillah penjualan saya pun meningkat dari yang awalnya saya beli 1 dus tersebut bulan ke-2 6 Dus, bulan ke-3 7 Dus, bulan ke-4 100 dus. Dan alhamdulillah atas izin Allah saya mempunyai mitra dari usaha bisnis British propolis itu, yang saya rasakan ternyata lumayan juga jualan online hasilnya hanya posting-posting dapat transferan tinggal maketin barang yang baik ke tujuan. Saya pun mulai bersungguh-sungguh untuk menekuni dunia online saya ikut webminar Online, seminar online lewat telegram, seminar online lewat WhatsApp, seminar online lewat email. Yang menjadikan saya masih bisa produktif dan mencari ilmu di manapun saya mudah membukanya hanya dengan handphone. Saya pun membuat kesimpulan bahwasanya apa yang telah saya banyak alami di masa lalu ini hanya cara dari Allah untuk membuka pintu rezeki yang tepat bagi saya yang sesungguhnya. Kegagalan demi kegagalan membuka usaha pengalaman dengan banyak orang entah itu pengalaman baik ataupun pengalaman buruk menjadikan pendewasaan pola pikir dan pengambilan keputusan bagi saya. Semua hal yang saya jalani atas kesadaran diri saya bahwasanya itu memang benar mutlak pilihan saya yang saya ambil pasti segala pilihan akan ada resikonya. Ketika saya dalam keterpurukan saya hanya berfikir, Alhamdulillah masih banyak orang yang kondisinya jauh lebih terpuruk dari pada saya. Lebih baik mensyukuri terhadap nikmat Allah yang luar biasa daripada harus meratapi keadaan sekarang yang ini juga orang lain pun merasakannya. Dengan bersyukur menambahkan kekuatan keyakinan dari dalam diri terhadap nikmat Allah yang begitu luas. Semua ini hanya anak tangga yang ketika kita bisa menaikinya step by step, ketika kita bisa menaiki anak tangga pertama anak tangga kedua anak tangga ketiga yang di dalam setiap kenaikan anak tangga tersebut akan ada problem akan ada keberhasilan. Dan ini bagaikan dua sisi dari 1 uang mata koin yang sama yaitu itu akan ada keberhasilan di dalamnya dan akan ada kegagalan didalamnya. Setiap prosesnya hanya bertujuan untuk menempatkan diri kita agar lebih kuat lagi, lebih tahan banting, dan ujung-ujungnya mengantarkan kita terhadap hasil dari lika-liku proses yang telah kita alami dahulu, tapi banyak orang yang mereka hanya bertahan sampai pertengahan lalu mundur. Ada lagi yang mau baru memulai lalu mundur karena tidak yakin, ada lagi yang sudah hampir finish lalu memutuskan untuk berhenti dan gagal sebelum finish. Hidup ini memang tentang pilihan-pilihan yang akan kita pilih akan menentukan bagaimana kondisi kita kelak. Sekilas flashback terhadap masa SMA saya, mungkin jika dulu saya memilih untuk melanjutkan kuliah wah saya belum sampai kepada titik pendewasaan seperti ini tentang arti kehidupan, mungkin juga saat ini saya masih mencari pekerjaan jika saya dulu mengambil kuliah, atau mungkin saat ini saya bekerja di suatu instansi jika dulu saya mengambil kuliah, tapi ini pilihanku saya bersyukur dengan apa yang saya pilih dahulu. Saya pernah mendengarkan puisi seperti ini: Aku adalah sebuah batu Cobalah untuk membakarku Aku akan bergeming Karena aku adalah sebuah batu Coba pukul aku lebih keras Aku adalah batu yang keras Cobalah perangkap aku dalam kegelapan Aku adalah batu yang bersinar dengan sendirinya Hancur lebur seperti debu  Aku menolak untuk seperti itu Aku Bertahan Karena Aku adalah Batu Berlian.    

Pentingnya Doa dan Restu Orang Tua

oleh Suryani Ganefi

  Bismillah, kami keluarga besar kakak-beradik berjumlah 10 orang. Saya kebetulan Anak ke-7 dan mempunyai 3 orang adik. Sejak saya la hir dan mata ini melihat seragam hijau. Ayah saya seorang ABRI TNI Angkatan Darat (AD). yang menggendong dan mengadzankan saat saya lahir, dan Ibu seorang ibu rumah tangga yang mengurus anaknya dalam keseharian. Saya dibesarkan dengan kata “cukup”, yaitu cukup untuk makan sehari-hari. SD, SMP kami sekolah dengan berjalan kaki, SMA cukup untuk ongkos Sekolah pulang dan pergi. Setiap malam Jum’at dan Minggu, kami harus mengaji dan menyetor hafalan surat-surat pendek dan bacaan Sholat lima waktu kami beserta artinya. Setiap hari dari jam 19. 00 WIB sampai dengan jam 21. 00 WIB, kami harus belajar dan siaran televisi harus dimatikan. Pesan ayah kami, “belajar lah nak capai cita-citamu setinggi langit dan jangan lupakan Sholatmu. kalian semua harus lebih baik dari ayah”. Suatu hari, saat saya lulus SMA dan masih kuliah ditahun ke dua tepatnya semester 3, saya sudah bersahabat dengan Wina sejak Sekolah Menengah Pertama (SMP), saya dan Wina sering jalan, main, dan belajar bersama. Selepas SMA, dengan kesibukan kami masing-masing, kami jarang bertemu, tapi saya selalu ingat tanggal hari kelahirannya. Hingga suatu hari, saya bertamu kerumah Wina dengan tidak memberi kabar terlebih dahulu. Saya memberikan kejutan untuk Wina dihari ulang tahunnya dan memberikan kado yang berisikan hiasan baju. Betapa senangnya Wina, melihat kehadiran saya. Kami bicara panjang lebar sampai tertawa terbahak-bahak. Disanalah saya baru mengetahui kalau Wina ternyata tidak melanjutkan kuliah, tapi dia sudah bekerja di salah satu Bank Pemerintah. Hasil pembicaraannya, saya tertarik untuk membuat lamaran kerja di salah satu Bank Pemerintah dengan niat membantu keuangan keluarga. Lalu Saya pergi ke cabang di jalan Thamrin, dimana tempat Wina bekerja. Dari sana saya melanjutkan ke kantor pusatnya yang letaknya tidak jauh, dimana tempat surat lamaran kerja harus dimasukkan. Berselang satu minggu kemudian, saya menerima surat jawaban dari Bank Pemerintah tersebut untuk panggilan tes. Saya yang membuat lamaran, yang tidak ijin terlebih dahulu dengan ayah mulai kebingungan. Antara bilang dan tidak bilang, karena saya masih kuliah. Mulailah pikiran itu berkecamuk didalam benak saya, gelisah, gundah, bingung entah apa yang saya rasakan. Suatu saat, saya memberanikan diri untuk memberi tahu tentang surat panggilan kerja tersebut. “Ayah, sebelumnya Yani minta maaf sama ayah, karena tidak ijin dan memberi tahu ke ayah terlebih dahulu. Yani melamar kerja pada salah satu Bank Pemerintah dan dapat panggilan untuk mengikuti tes. Yani bingung karena masih kuliah. Yani minta pendapat ayah”. Ucapku. Ternyata, apa yang terjadi? Keluarga saya sudah terbiasa dengan diskusi dalam memecahkan setiap masalah. Kakak saya yang nomor satu kuliah di Kedokteran, Abang nomor dua dan tiga kuliah, kakak nomor empat Sekolah Farmasi. Nomor lima kuliah Akuntansi, dan kakak nomor enam juga kuliah. Mereka semua kuliah, tidak ada yang bekerja sembari kuliah. Kebiasaan keluarga yang mengutamakan komunikasi, ayah dan saya diberondong dengan kata-kata. Mereka semua tidak setuju jika saya kuliah sembari bekerja. Bahkan, ayah saya pun diam mendengarkan anak-anaknya bicara. Mereka berkata, “Ayah yang mengajarkan kami untuk sekolah yang tinggi, kejarlah cita-citamu setinggi langit. Jangan seperti ayah, yang sekolah hanya setara dengan SMA“. Dengan diskusi yang panjang dan memakan waktu sampai keesokan harinya. Akhirnya Ayah Yani bicara didepan kakak-kakak, “Nak maafkan ayah, karena tidak konsisten terhadap apa yang ayah ucapkan. Tapi ayah berfikir Yani baru mau menjalani tes, itu pun di salah satu Bank Pemerintah yang menurut ayah sangat baik untuk kehidupan Yani selanjutnya”. “Tapi Ayah”, kata kakak ku yang paling tua. Ayah yang mengajarkan kami untuk kuliah, belajar, sholat dan kejar cita-cita yang tinggi. Mungkin jalan keluarnya, menurut kakak anak pertama yang bertanggung jawab terhadap adik-adiknya, Yani bOleh: mengikuti tes dan jika berhasil harus bisa menjalankan kuliah juga. Ayah berpikir dan mendengarkan anaknya, ayah yang bijak bilang ke Yani, “Nak, sanggupkah kamu berkerja sembari kuliah? Jika tidak sanggup, kamu harus tetap kuliah”. Saya pun menjawab, “Saya sanggup Ayah”. Menjalankannya, toh belum tentu juga di terima karena harus melewati beberapa tes terlebih dahulu. Karena saya tidak tahu tempat tes tersebut dan jaraknya jauh dari rumah, ayah selalu mengantar saya untuk mengikuti tes. Tidak lupa bekal nasi dari rumah untuk bisa hemat. Tes pertama mengenai Pengetahuan Umum, dan dinyatakan lulus, lanjut tes kedua Psikotes tetap diantar Oleh: ayah. Begitupun tes ketiga dan keempat, hingga sampai sore hari di jemput ayah dengan motor dinasnya. Sampai ke pemeriksaan Kesehatan semua dibawah pengawasan ayah Yani. Hingga menunggu satu minggu kedepan pengumuman itu harus Yani hadapi, apakah diterima atau tidak bekerja pada salah satu Bank Pemerintah tersebut. Ayah yang saat itu menunggu diparkiran, duduk diatas motornya, sesaat memandang dan menatap saya dari kejauhan. Yani pun menghampirinya, kemudian yang terjadi pelukan hangat dan air mata yang keluar karena Yani di terima kerja. Sudah satu bulan lamanya Yani bekerja, tibalah saatnya Yani menerima gaji pertama. Sampai rumah, Yani pun memberitahukan kepada ibu, kalau Yani sudah menerima gaji. Apa yang ibu katakan? ”Nak,berikan saja gaji pertamamu ke ayah, biarlah ayahmu senang menerima gajimu”. Malam hari dikala ayah sudah pulang dari kerja dan sudah mandi, makan dan istirahat. Yani memberikan amplop gaji tersebut. Apa yang terjadi? Tangisan ayah yang pecah dalam pelukan Yani, begitu senangnya seorang anak yang sudah bisa memberikan sedikit bantuan untuk ayah dan ibunya. Ternyata, berkat doa restu dari ayah, ibu, dan kakak-kakak. Saya bisa menyelesaikan semuanya. Pagi hingga sore saya bekerja dan malam harinya saya mengikuti kuliah. Dan tak kalah takjubnya saya bisa membiayai kuliah sendiri dan membantu perekonomian keluarga saya hingga saya sekarang sudah pensiun.   Love you Father and Mother    

Miracle of Life

oleh M. Setiawan K

  Bismillahirrahmaanirrahim. Dengan Nama Alloh ’Azza wa Jalla, Tuhan Yang Maha Esa, Maha Pengasih dan Maha Penyayang sebagai pembuka awal cerita kisah nyata yang penulis alami dikehidupan sehari-hari untuk bisa diambil pesan hikmah dan penuh manfaat bagi pembaca dimana saja berada. Semoga banyak manfaat yang bisa kita dapatkan dari kisah ini. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa, sebuah kisah yang dialami Oleh: seseorang atau makhluk Tuhan yang sangat menakjubkan adalah sebuah anugerah dan nikmat terbesar dari Alloh ’Azza wa Jalla kepada hamba-Nya, tanpa pilih kasih dan tanpa terduga. Semua nikmat-Nya yang diberikan pastilah penuh berkah dan manfaat, besar atau kecil, terlihat atau samar-samar. Sesungguhnya mata hati yang bersih dan cinta kepada-Nya sajalah yang akan mampu melihat, mencerna, memahami, membaca dan mengambil pelajaran dari peristiwa itu semua. Alhamdulillah, rasa syukur mengalir didalam dada penulis, sesaat ketika penulis merenung, membayangkan sebuah kisah nyata yang sangat berkesan yang pernah penulis alami. Kisah ini sangat menginspirasi bagi kita semua. Mari kita simak dan hayati yaa. . . . pembaca yang Budiman… Di sebuah desa yang bernama desa pasir jambak yang terletak di Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat, hiduplah seorang pria yang baik hati. Ia bernama Mas Wawan. Pria ini rajin dan berbakti kepada orang tuanya. Mas Wawan hidup dan tinggal di sebuah rumah kontrakkan. Dia tinggal bersama ibudanadiknya. Sang ayah sudah berpulang kerahmatullah pada saat dia masih kuliah. Meskipun demikian Mas Wawan tetap mensyukuri segala nikmat-Nya, hidup tenang dan bahagia. Mas Wawan saat itu masih kuliah di salah satu Universitas tertua di kota Padang, yaitu Univesitas Muhammadiyyah Sumatera Barat. Dia mengambil Jurusan S1 Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab, mulai kuliah tahun 2010 dan adiknya kuliah di STIKes Lenggogeni Jurusan Kebidanan tahun 2012. Mereka berdua sangat sayang dan berbakti kepada ibunya. Alhamdulillah. . . . . Mas Wawan kuliah dengan biaya sendiri, sedangkan adiknya masih dibiayai Oleh: orangtua. Karena kebetulan sang adik adalah anak bungsu, jadi wajar saja. Alhamdulillah, saat kuliah Mas Wawan dan adiknya sangat rajin dan berprestasi di kampusnya. Mereka berdua aktif dan jadi idola di kampusnya. Sebuahkehormatan dari kampus STIKes Lenggogeni Padang diberikan kepada adiknya Mas Wawan, karena prestasi dan kerajinannya. Prestasi yang luar biasa ketika bisa tampil didepan teman-temannya sebagai Juara Umum II dan dipasang Caping Day. Sang kakak juga berprestasi di kampusnya, menjadi mahasiswa yang aktif dan rajin. Selain kuliah, Mas Wawan juga sibuk mengisi pengajian wirid, mengajar di Taman Pendidikan baca Al-Quran untuk siswa-siswi Sekolah Dasar dan aktif dalam pengelolaan Masjid . Alhamdulillah ilmunya dipakai dan bermanfaat untuk umat. Selain itu, Mas Wawan juga aktif di kegiatan Pesantren Ramadhan dan Pengisi Ceramah Malam Ramadhan ketika masuk puasa di bulan Suci Ramadhan. Selain itu semua, Mas Wawan juga sibuk berbisnis Online dan berbisnis makanan ringan. Masakan kering dan basah yang sangat enak dan gurih. Alhamdulillah sudah punya relasi bisnis sekitar 50 warung penitipan. Penghasilan pun sangat lumayan, bisa buat biaya kuliah sendiri dan bantu biayai kuliah adik, bayar sewa kontrakkan, biaya akomodasi bulanan dan menabung. Di sela-sela waktu luang Mas Wawan juga aktif berorganisasi di kampusnya sebagai anggota dan team Instruktur IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyyah) kota Padang. Pernah juga ikut di berbagai Seminar dan Pelatihan yang mendukung pemberdayaan diri. Semua prestasi diatas pasti ada keterlibatan doa tulus seorang ibu Mas Wawan dan adiknya memang anak yang shOleh: dan berbakti kepada orangtuanya, khususnya ibunya. Disebabkan kesholehan mereka berdua, Alloh ‘Azza wa Jalla, Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan sebuah keajaiban yang luar biasa, diluar pikiran manusia dan pasti sangat berharga bagi mereka bertiga. Apakah itu??? Di suatu hari, entah kenapa sebabnya dan tiba-tiba saja. Mas Wawan didatangi Oleh: sesosok orang. Sosok itu sangat tak asing bagi Mas Wawan, dia adalah sang pemilik rumah kontrakkan yang saat itu disewa Oleh: Mas Wawan, adik dan ibunya. Nah, singkat cerita, sang pemilik rumah kontrakkan tiba-tiba bercerita sejenak kepada Mas Wawan, bahwa anak angkatnya baru saja menikah beberapa minggu yang lalu dan mereka berdua belum mempunyai rumah untuk tempat tinggal. Si ibu pemilik kontrakkan pun berinisiaif untuk menunggu masa sewa kontakkan rumahnya habis, lalu dia datangi orang yang tinggal di rumah kontrakkan miliknya, dengan tujuan utama adalah untuk tidak lagi menambah masa kontrakkannya. Setelah mengetahui berita dari si pemilik rumah kontakkan, maka Mas Wawan, adik dan Ibunya mau tak mau harus segera pindah rumah. Sekilas kita rasakan ada kesedihan juga, tapi apalah daya. Kita diajarkan Oleh: Nabi Muhammad Shallallohu alaihi wa sallam agar bersabar dan mengambil hikmah dari apapun yang terjadi pada diri kita. Dengan berbekal ilmu ini Mas Wawan pun mengambil langkah yang tepat untuk mencari info rumah kontrakkan baru. Akhirnya ditemukanlah sebuah rumah kontrakkan yang baru. Tampilan depan rumah agak sedikit mewah, wajar saja karena harga sewa juga sedikit mahal dari yang sebelumnya. Lalu kami pun pindah ke tempat yang baru. Alhamdulillah. Kami mendapati suasana yang asri, lebih tenang dan nyaman dari rumah kontrakkan yang sebelumnya. Lalu apa yang terjadi setelah kami pindah? Subhanallah walhamdulillah. Hanya berselang beberapa hari setelah kami pindah, datanglah banjir besar yang merendam satu kota dan daerah sekitarnya. Banjir saat itu adalah banjir terbesar yang pernah terjadi dan belum pernah ada banjir besar yang pernah terjadi sebelumnya sejak 30 tahun terakhir. Alhamdulillah wallohu Akbar. Segala puji hanya untuk-Nya semata, rumah kontrakan kami yang baru tidak terendam banjir dan selamat dari banjir terbesar itu. Kalo Penulis tidak salah, banjir itu terjadi pada bulan September 2013. Sangat tidak masuk akal, memang. Namun itulah kehendak Tuhan Yang Maha Esa. Semua bisa saja terjadi. Alhamdulillah, berkali-kali Penulis bersyukur dan sujud bahagia dengan adanya kejadian itu. Anda bisa bayangkan, bila seandainya Mas Wawan, adik dan ibunya tidak segera pindah, pastilah semua barang dan peralatan rumah milik Mas Wawan sudah terendam banjir besar yang membuat satu kota hilang kendali, serta menelan banyak kerugian harta dan jiwa. Bagi Penulis, sebagai pelaku kisah nyata ini ingin memberikan pesan berharga kepada pembaca dan kita semua. Bahwa setiap kejadian dan peristiwa apapun yang kita alami, pasti ada pesan hikmah dan manfaatnya bagi pelakunya, bahkan juga untuk orang lain. Maka dilarang untuk mengeluh, sedih, dan suka menyalahkan orang lain. Serta tak mau mengambil pelajaran berharga dari peristiwa itu. Diakhir kata, semoga tulisan bertajuk Miracle Of Life yang Penulis sajikan kali ini kepada pembaca dapat membawa kebaikan dan keberkahan untuk kita semua. Terimakasih sebelumnya, Salam bahagia dari Penulis. Baarokallohu alainaa waiyyaakum fii khoiriin.    

Dalam Diam Ku Temukan Jalanmu

oleh Selly Parlina

  Dear Hubby. . . . . . . . . . . . . . Hei Hubby, 6 tahun yang lalu kita mengikat janji dihadapan Illahi untuk mengarungi bahtera rumah tangga ini bersama. 6 tahun yang lalu tepatnya tanggal 24 Agustus 2014. kita memutuskan untuk mengesahkan hubungan kita di hadapan semua orang yang kita kasihi. Aku tahu, semua tidak akan semudah mengucapkan kata-kata. Ada komitmen yang harus dijaga, ada janji yang harus ditepati, ada perjalanan panjang yang harus kita lalui dalam mempersatukan dua keluarga hingga menjadi satu kesatuan yang sempurna. Tak perlu sempurna di mata Illahi, cukup sempurna dimata kita saja, dimana kita selalu mensyukuri semua yang Tuhan berikan kepada kita dalam suka maupun duka. Aku ingat! Dulu, ketika kedua pasang bola mata ini saling bertemu. Seperti ada irama lain di jantung ini, belakangan aku tahu ternyata kamu pun merasakan hal yang sama saat itu. Tak butuh waktu lama untuk kita menjadi dekat satu sama lain, meski kita masing-masing merasakan ketakutan yang sama, akan kegagalan dari peristiwa masa lalu yang masing-masing dari kita mengalaminya. Tetapi, takdir Allah memang tak bisa kita hindari. Pada akhirnya, kita pun menjadi satu dalam ikatan tali cinta. Hari itu, perasaanku bercampur aduk. Bahagia, haru, dan yang pasti Aku sangat bersyukur. Pada akhirnya kita bersatu dalam tali ikatan yang Sah. Dunia serasa milik berdua! Perasaanku, seperti saat dulu. Ketika aku pertama kali mengenal cinta, sangat indah! Hei Hubby! Terimakasih, kamu sudah mau aku dampingi selama ini. Aku yang tak paham bagaimana cara mengahadapimu. Ketika kamu marah, sedih, dan kecewa. Bahkan, kamu masih saja bersabar menghadapi sikapku yang egois dan ingin menang sendiri. Keputusan kita, untuk tinggal berdua saja tanpa kehadiran anak-anak kita. Saat awal pernikahan, memang aku sadari. Sekarang, adalah sebuah keputusan yang tepat. Aku tak tahu, akan seperti apa jika pada awal kita menikah kita sudah berkumpul bersama. Dengan perbedaan karakter kita yang lumayan jauh, perbedaan cara berfikir, dan mengambil sikap kita yang sangat bertolak belakang, mungkin merupakan hal yang kurang baik untuk kita contohkan pada anak-anak kita. Meski demikian, kita tetap bisa mengambil jalan keluar terbaik pada akhirnya. Banyak hal, yang aku kagumi dari dirimu. Keaslian dirimu, kuatnya prinsip-mu, kedisiplinan-mu, dan betapa telitinya kamu, telah melengkapi semua yang tak aku miliki dalam diriku. Kamu, mengajariku bagaimana seorang pria bisa serapuh itu dihadapan istrinya. Kamu mengajarkan aku “its oke, for a man to cry!”Karena, menangis adalah bentuk kekuatan yang sesungguhnya. Kamu, mengajari ku kemandirian yang selama ini aku pikir, mandiri hanyalah istilah untuk seseorang yang mampu melakukan semuanya seorang diri. Tetapi, lebih dari itu. Ada prinsip, pola pikir positif, dan karakter seseorang. Aku akui, pada awalnya! Aku tak bisa menerima semua kelebihan dirimu. Sulit bagiku untuk memahami betapa seseorang tidak bisa mentolelir hampir semua hal. Semua harus sesuai dengan aturan. Aku ingat! Ketika aku tak sengaja menghilangkan Handphone android kesayanganmu dan mendapati kamu marah ketika peristiwa itu terjadi. “Hubby, Hp-nya hilang. . Ada yang ambil di konter kasir pas aku lagi shalat. ” itu teks yang aku kirim melalui WhatsApp saudaraku. “Kok bisa? Kan sudah aku bilang jangan menaruh Hp disembarang tempat. Kamu masih aja naro Hp sembarangan!” Sedih, takut, marah, dan kecewa, bercampur jadi satu. Sedih, karena mendapati jawabanmu seperti itu. Takut akan reaksimu, ketika aku pulang nanti. Marah kepada orang yang telah mengambil Hp itu dan kecewa, karena aku yang memang tidak menyimpan Hp ditempat yang lebih aman. Satu minggu lebih, kamu masih enggan untuk mendekatiku. Seperti sedang menghukum anak kecil, yang menghilangkan barang berharga kesayangannya. Tapi, pada akhirnya kamu mau membuka diri karena diamku. Ya! Aku, memutuskan untuk lebih banyak diam setiap kali kita bertengkar, karena Aku tahu perkataanku akan lebih menyakitkan dirimu. Aku, lebih memilih untuk berdoa kepada Tuhan. Memohon agar Dia tak meghukummu atas perilakumu, bahkan, Rasul saja tak pernah marah meski Aisyah memarahinya. Aku, mengagumimu atas ketulusanmu, menerimaku, bahkan disaat dokter memvonis kelainan imun tubuhku hingga bertahun-tahun. Kemudian, Alloh mengambil penyakit itu dariku. Selama itu, kamu mengajariku arti pengorbanan dan kesetiaan seorang suami kepada istrinya. Hei hubby! Kamu, bukanlah pria yang pandai mengutarakan isi hatimu. Kamu, bukanlah pria yang senang aku sentuh, dan merasa nyaman ketika aku ingin bermanja bersamamu. Tetapi, aku tahu kamu adalah imam yang baik bagiku. Aku menerima tanggung jawabmu, dalam bentuk kenyamanan dan kepastian akan masa depan yang kamu yakini dan kamu usahakan. Tak ada hentinya untuk kami. Bahkan, disaat tersulit seperti sekarang ini pun kamu tak lelah berdoa dan berusaha untuk memenuhi kebahagiaan kami. Hei hubby! Dalam diam, aku menemukan cara untuk menghadapimu. Dalam diam, Alloh berikan petunjuk-petunjuk-Nya. Bagaimana Aku harus mentaatimu, memperlakukanmu, sebagaimana aturan agama kita dan sunnah Rasul kita. Tak akan lelah, aku mendoakanmu. Tak akan lelah, Aku meminta kepada Tuhan agar kamu diberikan semua kebaikan di dunia dan di akhirat. Agar kita dipertemukan kembali di kehidupan yang kekal nanti. Hei hubby! Aku bersyukur, seiring berjalannya waktu, kamu lebih memahami takdir Illahi. Tak ada yang kebetulan didunia ini. Semua sudah suratan takdir dan Allah tak akan memberikan cobaan berat, diluar kemampuan umat-Nya. Aku bersyukur, Allah telah mempertemukan kita saat itu. Aku bersyukur, dengan semua peristiwa yang telah kita lalui dimasa lalu. Karena aku pahami sekarang, semua peristiwa yang kita lalui dimasa lalu adalah sebuah perjalanan Indah untuk kita. Love you more hubby. . . Semoga, kamu lebih memahami diamku saat ini. Semoga, kamu lebih memahami diamku saat ini adalah semata-mata untuk mengharapkan Ridha Illahi untuk dunia dan akhirat nanti. Barakallah on our 6th Wedding Anniversary,   Your lovely wife. Selly Suparman    

Obat Terbaik Sedunia

oleh Mima Cihuy 

  Bersama senyum tulusku untuk anda semua para pecinta keajaiban. Diselimuti rasa bahagia pula nih, perkenalkan namaku Ema Rosmiati alias mima_CIHUY. Sekarang akan mempersembahkan cerita terindah. Kisah paling dahsyat diantara seluruh perjalan hidupku. Kejadian ini, sekitar tahun 2003. Kala itu, aku kelas dua SMA. Saat sedang belajar didalam kelas, tiba – tiba saja aku pusing, mual dan muntah – muntah secara berlebihan. Tiga orang temanku membantu membawaku keluar kelas, agar melanjutkan muntahnya ke dalam tong sampah didekat pintu kelas. Mereka bilang, wajahku pucat sekali, dan kemudian membiru. Satu diantara mereka memintakan izin pulang kepada guru, dua teman lainnya mengantarku pulang. Sesampainya dirumah, dua temanku bercerita kepada ibu dan kakakku tentang apa yang aku alami di sekolah tadi. Akunya sih ke toilet karena masih muntah. Terus-terusan muntah. Akhirnya, ibuku memutuskan untuk membawaku ke Rumah Sakit, dan dua temanku kembali kesekolah. Singkat cerita, aku harus dirawat, karena sakit jantung. Masya Allah. . Ada-ada aja nih, “denyut jantung ada kelainan” kata dokter. Dirawat-lahaku di R. S. Dustira, selama kurang lebih 10 hari. Setelah itu, aku harus rutin pengobatan selama minimal 1 tahun kedepan, dengan periode check-up (berobat) 2x dalam sebulan. Aku ini orangnya penurut, selain optimis. Jadi, benar-benar rutin menjalani pengobatan jantung di Rumah Sakit tersebut, sembari yakin pasti sembuh setelah 1 tahun ikhtiar ini. Nah, para pembaca sekalian…. Perhatikan, dengarkan, pikirkan, rasakan dan bayangkan, gaesss,,,,Dalam setahun, aku mungkin sudah minum obat sebanyak sekarung!!. Lalu, apakah kesehatanku membaik??, Mima jadi sembuh-kah?? Faktanya: TIDAK, gaess… T. I. D. A. K. Malahan, kondisi kesehatanku semakin memburuk dan jadi sedikit stresslah diri ini. Ku kira, jika aku nurut terus apa kata dokter, selain rutin minum obat dan menghindari apa – apa yang dilarangnya, kuyakin pasti sembuh dalam setahun pengobatan ini. Sedih pasti, harapanku sehat sempurna, belum tercapai. General check-up tahunan hasilnya sangat mengecewakan. Kupikir hasilnya akan lebih baik dibandng setahun lalu, saat awal sakit jantung. Malah bertambah 1 penyakit baru, yaitu BRONCHO PNEUMONIA BASAL; terdapat penimbunan CO2 di paru – paru, terlihat dari hasil rontgen. Pantas sering sesak nafas-ku. Durasi check-up (berobat) ku menjadi semakin sering. Tadinya hanya sebulan dua kali saja kan. Berlanjut pada tahun kedua malah harus 3x dalam sebulan. Jadi, setiap selang 10 hari sekali aku berobat ke dokter. Semua itu berlangsung selama satu tahun pula. Maka total pengobatan jantung dan paru-paruku adalah dua tahun. Kebayang dong seberapa jumlah obat dalam tubuhku. Makin hari semakin buruk kondisi fisik ini bukannya membaik. Aku sampai – sampai minta dengan sangat khusyuk agar Allah menyembuhkan aku dari segala macam penyakit. Aku berjanji pada-NYA jika sembuh nanti dan sehat terus, maka aku akan menebar manfaat diri sebanyak – banyaknya. Lamanya pengobatan rutinku itu, dua tahun. Setelah dua tahun itu, juga tidak ada perubahan. Tetap saja aku sakit jantung dan paru – paru. Minum obat sangat disiplin pun, hasil mengecewakan. Kesal, stress, dan menjadi pesimis, iya wajarlah. . Aku hanya manusia biasa. Akhirnya hanya bias pasrah dan menerima semua penyakit ini, dan pada bulan Mei 2002 bilang ke ibuku, “Mamah, ini berobat teakhirku ya. Sehabisnya obat yang ini, sudah, aku gak mau berobat lagi. Kalau harus mati, ya mati saja. Toh gak enak hidup kayak gini juga. Banyak sekali makanan yang dipantang. Nafas juga sesak terus, mah. . ” Benar – benar pasrah 100% aku tidak ingin berobat lagi. Mamah sih inginnya aku mau untuk terus saja pengobatan. Tapi tekadku sudah bulat, tidak akan lanjut pengobatan medis. Apapun yang akan terjadi, aku sudah siap terima. Mau tidak mau, mamah setuju saja dengan keputusanku. Terakhir berobat-ku, sekitar bulan Mei 2002. Babak baru dalam hidupku setelah mengubah mindset dan sugesti. Kini lebih banyak ibadah saja. Termotivasi dari bacaan disebuah buku bermutu pada masa itu, aku mencoba cara cepat sehat tanpa obat dan sembuh dari berbagai penyakit. Tantangan yang harus dilakukan ialah: rutin “minum obat terbaik sedunia” berupa Tahajjud, Tadarrus yang setiap kali membuka Al-Quran dimulai dengan kumandang Asmaul Husna, Duha (sholat Duha), Sedekah dan Shaum daud. Yuhhuuu,,,!! Memang tidak mudah, gaes,,,tapi perlahan aku mulai melakukan semuanya. Lama – lama terbiasa, dan benar – benar telah menjadi pembiasaan yang ringan loh. Alhamdulillah, Allah ingin aku sembuh, Alloh ingin aku sehat. Dituntun-Nya aku menemukan formula terbaik ini. Di ridhoi pula menikmati indahnya hidup kalau focus mengingat mati / kematian. Waouw!! It’s so amazing!! Pikiran mulai dikosongkan dari goal apapun. Yups!! -NGOPI- alias ngosongin pikiran, namun hanya focus saja dengan 5 kegiatan utama itu tadi. Tujuannya sama sekali tidak meminta kesembuhan, Sueeeer,,,,!! Aku hanya berniat menyiapkan bekal mati. Fokus mengingat kematian, untuk berOleh: surge-Nya kelak. Benar – benar 100% tidak ingin lagi begini – begitu atau berencana apapun. Sudah sangat pasrah dan meyakini bahwa, yang terbaik ialah mengumpulkan bekal mati. Menyiapkan kematian yang indah. Pada bulan Mei 2002 – Mei 2003 itu aku tepat setahun sudah “berobat hanya kepada Alloh” dan menikmati enaknya OBAT TERBAIK SEDUNIA berupa 5 hal diatas. Tahajjud + Tadarrus (plus AsmaulHusna) + Duha + Shaumdaud + Sedekah = TTDS2. Sama sekali sebutir pun tak pernah lagi ku makan. Alhamdulillah, ternyata pas check-up menyeluruh di bulan Mei 2003, AKU DINYATAKAN SEMBUH, SEHAT SEMPURNA. Allahu Akbar!! Sungguh tak terkira bahagia saat itu. Dalam kurun waktu setahun “makan-minum OBAT TERBAIK-ku itu” ,meski tanpa obat kimia lagi, tubuhku tidak kepayahan dan kondisinya malah membaik rasanya. Tanpa disadari, ini adalah proses menuju sembuh. Aku gak tau loh kalau 5 hal “TTDS2” itu sangat dahsyat sebagai penyembuh penyakit apapun. Sumpah, kala itu aku melakukannya hanya karena menyiapkan kematian yang indah; husnul khotimah. Sudah gak mau sembuh loh gaess,,,udah bodo amat, kagak sembuh pun EGP!! Pokonya gak mau ke dokter lagi. Gak mau berobat – berobat apapun lagi. Entah medis, ataupun pengobatan alternatif. MaasyaaAllooh… Tabaarokallooh. . takjub aku kepada Tuhanku Maha Dahsyat; Alloh SWT. Luar biasa mudah menyembuhkan penyakit seberat apapun. Aku sangat bersyukur dan bahagia atas hidayah, petunjuk dan cinta-Nya padaku. Atas izin dan ridho-Nya lah aku mau dan mampu menjalani 1 tahun pengobatan ala Tuhan itu tadi. Nah, gaess… Sejak Mei 2003 aku sehat, dan diamana mengelola sanggar kursus Sempoa Mental Aritmatika yang bernama KACA (Klab Anak Ceria Azka) milikku sendiri. Senang donk, umurku menjelang 21 tahun, sudah punya sanggarbelajarsendiri dan menjadi guru Mental Aritmatika. Ada 7 level kursus ini, dan ke tujuh buku panduannya pun adalah hasil karyaku juga. Alhamdulillah, sehatku bermanfaat. Itulah, MIRACLE OF LIFE terdahsyat bagiku. Kemudian setelah itu, “believe system” dalam diri ini menguat. Aku menjadi semakin yakin kalau apapun penyakitnya, obat manjurnya ialah TTDS2. Jika dikemudian hari mengalami masalah atau tantangan hidup, kubisa tetap optimis, yakin selalu ada solusinya. Apalagi sekedar rasa sakit, sudah tau obat terbaiknya. Nah, pembaca yang sedang tersenyum bahagia sekarang, untuk Anda semua, semoga kisah ini menginspirasi, memotivasi dan bermanfaat untuk di-share / dibagikan kepada orang – orang terkasih Anda. Percayalah, apapun sakitmu, selain ikhtiar medis (jika merasa ingin), juga MINUMLAH “TTDS2”, sang OBAT TERBAIK SEDUNIA.   Ciiiiihhuuuuuyy!!    

Sakit Hati yang Terbalas

oleh Arif Suyono

  Satu hal yang selalu teringat dalam otak ini adalah keberuntungan pada akhirnya, saya punya cerita yang lika liku Cuma kalo sekarang saya perhatikan selelu beruntung pada akhirnya. Terimaksih saya ucapkan pada kedua orang tua yang sudah membesarkan saya, baik orang tua bathin atau pun dzohir (orang tua yang melahirkan atau pun orang tua yang membesarkan saya). Saya adalah anak desa yang gaptek tapi punya mimpi setinggi bintang dilngit tinggi, bagi saya kesuksesan itu adalah hak setiap anak, tidak peduli dia anak desa, tidak peduli ia anak kota, tidak peduli dia anak orang kaya, tidak peduli dia anak orang miskin, semua punya hak untuk mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan yang sama. Saya dari kecil dibesarkan di sebuah desa di sebuah kabupaten di propinsi jawa tengah, yang bOleh: dibilang jauh dari keramaian kota, bahkan dari kecil saya rindu suasana kota terlihat setiap saya menggambar di sekolah, inspirasi gambarku adalah mobil dan Gedung tinggi, menujukan perkotaan yang saya rindukan. Waktu itu saya bener. bener belum terpikirkan jikalo dari desa saya ini akan lahir calon sarjana muda terbaik dari anak seorang petani, yang lulus SD juga tidak Saya terdidik mandiri dari kecil, sudah dari umur kelas 4 SD tempatku sekolah kala itu yaitu SD N 2 Pesangkalan saya sudah mulai di ajari jualan dimulai dari jualan cemilan terbuat dari tela pohon (ceriping), bubur kacang hujau, dan kolak pisang dan lainya, setiap hari bergantian. Dahulu aku sangat malu melakukan semua itu, berjalanya waktu aku mulai terus bertumbuh dan kebiasaan itu menjadi karakter yang terbentuk dalam jiwa ini, semangatnya aku sekolah dan semangatnya aku jualan di sekolah benar benar saya nikmati,. . Kala itu tiap hari aku selalu bawa pulang 8. 000 sampai maksimal 12. 000 rupiah dan sepenuhnya saya kasihkan ke ibu saya, buat modal besoknya lagi dan beberapa dikasihkan ke ayam tabunganku, saya menikmati ini sampai tak terasa wali kelas saya di kelas 6 melarang sementara jualanku dikarenakan dia meminta saya focus belajar mempersiapkan ujian nasional kala itu. Luluslah aku dari sekolahku ini, tempat aku bermain lepas, berdagang bebas dan belajar tanpa batas, membuat aku sedih Ketika harus pindah sekolah dan serasa kurag nyaman dengan semua teman yang baru dan lingkungan yang baru dan kala itu pula pertama kalinya aku dititipkan di tempat orang lain Oleh: orangtuaku, karena akses yang sulit dan mengharuskan aku tidak pulang selama sekolah,. . SMP N 1 Pagedongan di sinilah lajutan sekolahku sekarang, teman baru, lingkungan baru membuat aku kehilangan jati diri, kala itu aku minder dan banyak nurut sama teman lain, demi dapat teman dan menyesuikan diri kala itu, yang akhirnya menjerumuskan aku ikut ikutan pingsan karena keracunan minuman, aku adalah salah satu dari 11 anak di sekolah yang dibwa dan dirawat di RSU kala itu Sungguh pengalaman pertama di sekolahku yang baru yang tak terlupakan sampai saat ini, berlajut masih di sekolah ini, aku mulai bisa menyesuiakan dan tambah semakin percaya diri setelah menerima raport di semester pertama, ternyata banyak sekali anak yang rangkingnya dibawahku…disinilah aku mulai punya rasa percaya diri. Tahun pertama aku berhasil melewati masa masa disekolah dan di tempat aku tinggal,. . waktu berlalu setelah semesteran libur lama membuat aku, mulai bisa membedakan antara di rumah sendiri dan tinggal ikut orang lain, sungguh berbanding terbalik,. . Ketika di rumah aku bisa meminta dengan bebas dan main dengan bebas sesukaku sedang di tempat orang aku dipaksa harus nurut apapun yang dikatakan orang tua angkatku, dan setahun meledak aku tidak kuat menahan lagi,. . yang ahirnya membuat aku harus pulang. Di kala pulang inilah benar benar membuatku jadi tau keadaan orang tua dirumah yang sesunguhnya, terutama soal keuangan mereka, aku menangis,. . aku sedih tiap kali mereka bertengkar gara gara belum ada saku tiap kali aku mau berangkat ke sekolah,. . Aku baru tau, hal ini membuat kepalaku sering sakit dan kepercayaan diriku disekolah turun, ternyata hal sepert ini sangat mengganggu otaku kala itu, orang tua tak mengetahui kalo aku mendengar perkataan mereka, aku diam saja dan nangis. . Kalo di Tarik ke belakang memang sebenarnya aku dilahirkan dalam keluarga yang biasa saja, miskin sekali ya tidak,. . apalagi kaya ya tidak, jadi ada Cuma biasa, ada uang kalo bapak panen dari hasil kebunya. Dan aku terdidik hemat, bahkan jarang sekali meminta sesuatu pada orang tua karena malu, dan karena trauma waktu kecil, tiap meminta aku akan diomelin balik “ko lah bocah ra teyeng ndeleng gitoke dewek” kamu itu anak yang tidak bisa melihat keadaan sendiri ya, selalu dibilang seperti itu, menyebabkan saya trauma meminta bahkan malu kalo punya keinginan tak mintanya bagaimana sama orang tua. Kehidupanku yang seperti itu membuatku melakukan banyak cara agar dapat dan bisa seperti anak anak lainya, apa saja aku lakukan hingga aku disibukan dengan aktifitas sendiri dan menikmati itu, sampai membuat aku gagal di SMP ku kala itu, yang ahirnya harus mengiklaskan sekolahku, say good by aku gagal dan terhenti dikelas 3 sedangkan yang lainya sudah lulus, . . aku malu akhirnya akupun keluar dan melajutkan lagi meneruskan di paket B Jadi walo pernah sekolah SMP aku tak punya ijazah SMP justru ijazah paket B yang aku dapatkan, memang dulu bagiku ini aib sehingga aku harus menutupnya serapat mungkin, dari paket B inilah aku mulai mengerti tentang hidup dan mulai bisa memaknai, meniti hidup. Apa yang aku lakukan di SD yaitu julan sambil sekolah mulai aku praktekan lagi, hingga aku selesai paket B dan aku lulus di tahun itu juga,. . Setiap perbuatanku seolah kaya langsung dibalas Oleh: sang pencipta, Cuma pada akhirnya aku selalu jadi yang terbaik dan aku merasa itu keberuntungan yang tidak setiap orang miliki, akhirnya itulah yang memaksa aku bersyukur lagi dan lagi,. . Kegagalan yang bisa membuatmu dekat adalah kesuksesan yang sesungguhnya, disinilah banyak orang tak mengerti dan kebanyakan menganggap kegagalan usaha nya adalah kegagalan hidupnya sampai menyalahkan dirinya sendiri. Tak ada cita cita yang lebih baik kala itu selain melajutkan ke sekolah lajutan atas kala itu aku menginginkan di MAN 2 Banjarnegara, yang akhirnya membuat aku memberanikan diri mendaftar dan hanya satu satunya sekolah yang saya masukan berkas persyaratan, tibalah kala itu waktu pengumuman penerimaan siswa baru. Kepasrahanku benar benar tinggi disini, aku urutkan di papan pengumuman itu dari nama paling bawah sendiri yaitu nomor 287 kala itu aku ingat sekali, selembar belum ada nama saya juga,. . benar benar aku sudah berprasangka aku pasti tak diterima di sekolah ini karena ijazahku yang berbeda (paket B) saya lajutkan pencarina nama. Lemas dan pasrah terus ada di dadaku, sampai pada ahirnya dilembar ke 4 dari bawah disitulah aku melihat namaku terpasang, aku lihat ke judulnya, “DAFTAR SISWA DITERIMA” iya aku tidak salah, namaku tak salah,. . aku diterima sekolah di MAN 2 Banjarnegara, syukur dan senangnya bukan main, dari papan nama inilah aku berjanji akan menjadi orang terbaik dan tak akan menyia nyiakan moment lagi. Semangat itu membawaku ke orang tua angkat lagi, Cuma itu tidak menjadi masalah bahkan kali ini aku sangat senang menerimanya, walo baru disampaikan Oleh: orang tua asli, dia menyampaikan padauk sore itu dipinggir pedangan(dapur) sambal ngopi pagi itu, kalo aku harus di ikutkan orang lagi, disni orang tua angkatku bener bener beda, yang aku liat mereka sosialnya bagus di tengah kemampuan ekonomi dan kemapanan, Cuma perasaan memang tidak bisa di bohongi, selalu berpura pura Bahagia ditengah kebahagiaan keluarga ini, mengingat jauh dari orang tua asli, bahkan aku sering menangis sendiri dikamar dan keluar dengan mengatur muka Bahagia lagi dsb sering kali seperti itu keadaanku kala itu, demi cita citaku semua aku lalui dengan terus memaksakan diri ini tetap betah dan bertahan. Hal hal ini lah yang membuatku sedih dan sulit hati lagi tapi justru itu membuat aku tumbuh mandiri bahkan semakin bisa berfikir kreatif , mulai dari rumah ini aku mulai belajar jualan some setiap ahad berganti jualan mainan jepet anak anak kala itu, berjalan waktu tak terasa sekolahku ternyata sudah kelas XI, matangnya kemandirianku membuatku memberanikan diri untuk berjualan di kelas,. . Yang akhirnya berjalanya waktu aku menjadi penjual jajan sekaligus pulsa anak anak se kelasku, yang ahirnya tak disadari sudah berjalan satahun setengah aktifitas ini saya lakukan, dan dimasa SMA ini aku sudah menabung lebih dari 3juta rupiah, kala itu Jiwaku tumbuh dan kemadirianku membuatku bercita cita jadi orang terkenal atau orang kaya, ahirnya masuklah aku ke MLM, uang senilai 2500. 000 aku gunakan untuk mendaftar dan langsung bintang 3 kala itu, semangat dan keinginan yang menggebu membuatku susah di setir dan kasih masukan Oleh: siapapun,. . Dan MLM ini masih aku lakukan sampai saya lulus MAN 2 Banjarnegara kala itu, . . disekolahku tetap berjalan sekarang aku selain jualan juga sebagai pengusaha yang mempromosikan perusahaan besar, dengan lantang dan PD yang ahirnya membuatku mencapai bintang 5 diperusahaan itu. Aku menikmati sekolahku, orang tua angatku juga membiarkan apa saja yang dilakukan, selama baik mungkin pandanganya,. . sekali 3 minggu atau sebulan sekali aku datang ke desa tempat orang tua asliku, keadaan orang tuaku masih seperti biasa belum ada yang berubah dan tetap masih jadi bahan pembicaraan orang dikampungnya apalagi selama aku sekolah, dia sering jual jual asset atau sesekali sampai hutang sana sini demi melunasi biaya sekolahku, tetangga kebanyakan sering dibandingkan sama teman temanku yang kerja itu kan lebih baik sudah menghasilkan kok aku malah menghabiskan uang Cuma buat sekolah…. aku menangis dan terlalu sering sakit hati, kalo bicara soal ekonomi, bicara soal uang,. . Sampai aku teringat sampai sekarang aku dipanggil pakhe dia berkata “yon lambe be ora klimis ka njaluke sekolah bae” yang artinya “yon orang tuamu makan buat beli lauk saja tidak bisa, kok kamu mintanya sekolah terus” inilah dasar triger atau semangat aku harus sukses kala itu, dimataku sukses itu Ketika aku bisa apa saja dengan uang. . . sehingga semua orang yang sekarang membicarakan keluargaku, diam. Apapun yang saya lakukan, orang tua tau dan mendukung, keluargaku terlatih terdidik untuk apapun terbuka bahkan antara aku dan adik adiku kalo ada apa apa missal bab makanan saja itu menanyakan yang lain dulu sebelum makan, dia udah belum seperti itu, jdi disinilah yang membuatku nyaman dan terus tumbuh mandiri. Dan setiap kali sakit hati, saya gunakan untuk berdoa meminta pada sang rabb agar aku dibuat jadi orang sukses, orang kaya atau orang yang terkenal dan berpengaruh kaya gus dur atau yusril ihya mahendra itu. Sungguh sedih rasanya di omong orang sakit hati, Cuma tidak mungkin membela diri atau melawan dengan omongan, yang bisa saya lakukan adalah aku harus menjadi sukses, menjadi orang kaya yang dermawan, itu dia semanagtku, . . Cita citaku dulu lulus MAN sudah punya mobil dan rumah, dengan plenbook yang saya tulis, dan sampai caranya saya tulis saya tempelkan, . . mulai banyak yang tak sesuai mungkin karena banyaknya keinginan yang saya tulis dan focus saya harus bercabang. cabang, aku belum menyadari semua itu dan masih berisi keras apapun yang saya tulis harus saya dapatkan, dulu perinspiku “apapun yang msih bisa saya piker pasti bisa saya dapatkan”, membuatku kurang control dalam banyak hal. Tak terasa, tiba tiba da guru yang menegurku “kamu mau sekolah apa jualan” membuatku kesentak, jadi walo beberapa guru suka dengan gaya kehidupaku kala itu tapia da aja guru yang kurang suka, . . Cuma omongan itu ternyata pengingat kalo, kala itu itu sudah mau ujian nasional sebentar lagi, yang ahirnya membuat guru itu mengingatkan dengan car aitu, maksdnya saya disuruh focus belajar dulu dan berhenti sementara jualanya. Berjalanlah ujian kala itu, aku benar benar sudah siap, aku sudah belajar lebih awal dari yang lain, dan aku menunggu masa ujian itu,. . sampai ahirnya tibalah kelulusan itu,. . pertama aku nangis Bahagia, ternyata aku masuk dalam 9 besar disekolah peringkatnya, satu satunya laki laki yang orang tuanya maju dan dapat ucapan selamat, bu. de angkatku yang berangkat kala itu sangat bangga aku melihat dari mukanya dan Ketika dia cerita sama keluarga dirumah, . . aku senang, serasa puncak kesuksesan yang aku dapatkan kala itu. Aku tak berfikir disisi lain ternyata aku sudah tak punya penghasilan, dan sekolahku selesai aku mau kemana selajutnya, aku terlalu menikmati masa masa jeda liburan kala itu, sampai akhirnya aku pulang ke desaku, dan orang tuaku mengharapkan sudah cukup sekolahnya, mau kemana terserah aku, membuat aku bingung apalagi mau orang tua aku jadi PNS. MLM bintang 5 ku sudah berantakan kala lulusnya aku, penghasilan dari jualan dikelas sudah tak mungkin dan macet nya uang penjualan pulsa kala itu karena teman temanku yang jauh dan lambat bayar dan tak mungkin aku menjemputnya satu per satu, meminta saku harian ke orang tua tak enak diri ahirnya aku didesa, Kembali seperti dulu lagi. Kebiasaan menulis dan membaca mulai aku biasakan kala itu, disela pengangguranku, apapun yang aku bisa aku tulis, apapun itu semua aku tulis kala itu dan kebiasaan itu ternyta tak disadari menjadi sebuah kebiasaan yang saya rindukan, aku menulis ulang cita cita ku dan mulai melihat seberapa kemampuan diriku dan mau jadi apa aku ini, srettt berjalanya waktu datanglah kakak kelasku di MAN 2 datang kerumahku. Sempat aku terkejut dan dengan sangat menyakinkan dia menawarkan kursus kepadaku,. . bilangnya kursus dulu saja menunggu jeda kuliah kalo mau kuliah nanti, dan tidak lama saya sampaikan ke orang tuaku, dia sudah angkat tangan biaya,. . aku bingung yang ahirnya aku ambil saja kursus ini kala itu “aku mengambil jurusan keahlian setara D1 pendidikan guru TK dan computer kala itu”. 2 bulan berjalan aku kursus ketemu dengan beberapa alumni MAN dan kakak kelas yang ternyata nama nama itu sudah dilirik dari semenjak di MAN karena yang punya kursus ini adalah honorer di MAN itu, aku termotivasi banyak, dan mulai bisa berbuat banyak lagi,. Aku memutuskan untuk ngekos saja didekat kursusku itu, yang ahirnya berjalanya waktu membuatku ketemu dengan tetangga kos dan menawarkan kepadaku agar jualin barang barangnya, ahirnya aku muter muter lagi jualan semua pernak Pernik lampu, pendapatakanku kala itu 40. 000 s. d 70. 000 sehari, dan aku mulai merubah pola pikirku, tergugah untuk kuliah. Uang hasil itu ahirnya mengantarku pada korsi kampus pertama, walo di UT tapi aku sangat bangga, aku mulai terbuka pola pikirnya dan bertemu kawan baru, dari berbagai kota. Berjalan sampai 4 semester saya bertahan di kampus ini, sampai pada ahirnya Kembali ke banjarnegara kebali, disebabkan ketidak setabilan keuangan dan sekolah, terlalu banyak pengeluaran hingga, aku kehabisan bekal, Mulai belajar mengabdikan diri dan serius belajar agama, walo terlahir dari orang tua islam taapi seolah baru kenal agam sendiri ya disini, dipesantren ini,. . . Aku ikut seorang kyai kala itu, sebenarnya bukan kali pertama menginap dan ikut semua program kyai,. . kecil masa kanak kanan ya pernah, masa usia smp ya pernah Cuma tidak pernah lama, kali ini keseriusan dan jenuh rasanya dengan dunia membuat aku nyaman dilingkungan baru ini, sampai aku semangat mengulang belajarku lagi,. . Aku belajar huruf hijaiah lagi, doa2 lagi semua aku mulai dari awal dan semangatku membuat rasa malu aku hilang,. . . Dari pesantren inilah kematanganku mulai benar benar kelihatan, setenagh tahun pertama aku disuruh yai untuk cari kegiatan/sambal kerja. . kemampuanku bisa membuat program computer jaringan kala itu membuat aku disuruh memegang menejement disebuah toko baju kala itu, . . Sifatku yang tak mau ada dizona nyaman membuatku bertahan Cuma 2 bulan disitu, pulangku tetan ke pesantren, aku hari harinya ngaji seperti biasanya,. . tak terasa hampir setaun ikut yai, ditawarilah aku “yon kamu apa tidak ingin sekolah lagi” beliau melihat saya potensiku. Disarankanlah aku supaya mencari tempat sekolah, kuliah yang ahirnya singkat cerita aku diterima tanpa tes di universitas sains al qur’an jawa tengah diwonosobo, aku ambil kuliah tiap sabtu sore jadi benar benar tidak mengganggu pesantrenku, . . Persaanku yang lama tak duduk disekolah, dan duduk dibangku kuliah lagi, membuat aku benar benar senang, dengan dosen yang mumpuni teman baru yang keliatan dibawah aku semua, perasaanku kala itu,. . aku tumbuh dibanku ini dengan sangat percaya diri. . Sampai pada semester pertama, Angkatan berikutnya aku lulus dengan nilai sangat bagus, rata rata 3. 8 di dua semester awal, disinilah aku dilirik pengurus bukan karena nilainya tapi karena aktifnya, aku selalu bisa membawa teman baru Ketika ada pendaftaran baru,. . . Ternyata ini membawaku pada biasiswa kampus, aku ahirnya dapat biaya kuliah dari kampus 30% dan kala itu kan dari yai udah yang biayayai jadi bener bener kulaihku kali ini aku aman biaya Sampai di semester 7 kala itu habis PPL (praktek lapangan) aku menemukan jodohku, dan aku menikah sama dia,. . dia adik kelas dikampusku, masih semester 2 kala itu,. . Sreet sebenarnya sudah sering ketemu dipesantren karena setauku dia anak pengurus di pesantren tempatku tinggal,… . Menjadi kado yang indah karena tak terasa ternyata sudah hampir 4 tahun kala itu aku dipesntren, sore itu yai menitipkanku pada temanya, yang membawa aku di sunda, dan berjalan Bersama mereka dalam masa yang lama,. . Aku sebagai orang pesantren sudah tak kaget, aku belajar benar dibimbing sama mereka, walo ditinggal yai tapi kala itu aku berfikir pasti yai punya tujuan baik untuku, aku mengikuti dan menikmati,. . Tiap waktu berpindah, layaknya musafir tak punya rumah . . dan yang aku suka kita satu fikir, tujuanya pesantren atau masjid, kita akan menginap disitu,. . betul pasrah dan meminta hanya pada rabb, disinilah benar benar tertanam bahwa rizki benar benar sudah ditulis, takdir sudah digaris, dan umur sudah di tentukan. . Terbukti di jahilin orang sampai dikirm paku, terlihat pagi itu di letaran mushola yang kata orang itu kiriman santet, nyatanya gusti menlidungi aku, berjalan dengan bekal asedanya tak membuaku kelaparan, disinilah aku terus diyakinkan dengan keadaan. Setiap moment aku tulis tanpa terlewati, sampai pada suatu tempat hampir 2 minggu berjalan aku ditawarin Oleh: ahli masjid dikarangjati agar disana saja mau dinikahkan sama anaknya, jawabku “akum au pulang bilang guruku dulu” membuat orang ini tak memaksaku,. Pertama aku ga menyadari, mungkin kebetulan saja, eee di perjalanan kok ada lagi sampai dimajenang itu aku ingat banget udah ke 4 kalinya ini, aku ingat batul,. . kok bisa, . . kok bisa ini apaa sebenarnya, . . Dimajenang special banget dia bidan, pondokan, dan bapaknya bilang kamu sama anak saya saja, aku sampai diajak makan dirumahnya, suruh disana mau dinikahkan sama anaknya, jawawabnku sama “aku bilang dulu sama guruku” ahirnya membuat orang ini terdiam saja, . . 41 hari berlalu sampailah aku dibanjarnegara lagi, dipesantren tempat yaiku lagi, aku disodoro al qur’an disuruh membuka dan menujuk ayat sesukaku dengan pasrah dan doa. Ketemulah ayat, aku sodorkan ini yai “beliau bilang iya sudah” aku belum mengerti, ternyata 2 minggu kemudia aku udah nikah sama anak pengurus pesantren ini, itu dia anak dikampus yang semester 2 yang aku bilang tadi anak pengurus pesantren ini. Betul kado terindah dalam hidupku, sampai saat ini dia masih sama aku, sudah lulus kuliah dan aku dikasih anak 2 darinya sekarang, dia masih menjadi yang terindah,. . sperti kado, kita sering berhadapan masa si kamu istriku, seringnya istri masa si ini suamiku, benar benar keindahan yang tak terduga. Aku menyadari ternyata perjalanku dari suda ditawari banyak istri adalah ujian sebelum dapat istri, inilah perjalanan pernikahanku yang seolah kaya mimpi, membuatku berterimaksih sama rabb taka da henti. Dia hari ini bisa jadi patnerku, bisa jadi bendahara keuanganku bahkan dia bisa jadi konsultan dalam usahaku, sampai membawaku pada 32 kabupaten dalam profesiku di 9 propinsi aku sudah dipanggil dan mengisi dari sekolah ke sekolah, dari pesantren ke pesantren dan menghasilkan banyak karya seperti 8 karya digital berupa DVD cara mendidik untuk pendidik dan orang tua, tehnik pengobatan untuk tabib, cara mencari kawan untuk milenial, sampai aku bisa meracik sebuah Gerakan cara aktifkan otak kanan. Sampai terbetuk lah lebaga independent yang aku pegang sendiri, berbasis Pendidikan kanan, sebagai satu satunya layanan jasa dipendidikan yang menawarkan jasa terobosan Pendidikan versi kanan, . . Menghasilkan modul, Pendidikan kanan yang sampai hari ini masih dipake si SKO Nasional, meghasilkan modul storytelling yang hari ini juga banyak dipake di TK PAUD di seluruh Indonesia, menghasilkan buku karya mandiriku judulnya the understand “yang mengerti” untuk semua profesi dan ini semua aku tuangkan dalam diary ini diangkat dalam sebuah judul buku “miracle of live” keajaiban kehidupan Inspirasi tidak mungkin jadi mungkin, inspirasi anak desa lulusan paket B menjadi Magister Pendidikan BISA, inspirasi anak pesantren ndak harus jadi kyai atau dai saja, inspirasi anak orang miskin tak terhalang kemiskinanya. Ajib memang sekolah paket B ijazah Magister, Ajib memang anak petani jadi keluarga kyai, Ajib memang keluarga miskin jadi Kaya, semua itu perlu terus menerus (istiqomah) dalam doa, terus menerus (istiqomah) dalam usaha dan Buat TRIGER dalam jiwa, “miracle of live” I love you, your are welcome in 2020. Salam sukses,. . salam semangat, . . salam manfaat. Terimakasih for all.    

Hidup Itu Mudah, Penuh Keberuntungan dan Keajaiban

oleh Umu Alfiyah

  Tentang sebuah kisah perjalanan yang hanya diniatkan dengan kemauan besar tekad yang kuat menjadikan aku berani keluar dari zona nyaman. Alloh maha besar, dimanapun kita pertemukan dengan seseorang pasti akan membawa arti tersendiri, baik untuk belajar maupun diajar hehehehe. . . Tentunya dalam kebermanfaatan yang menjadikan kita lebih baik. Tugas kita adalah ikhtiar usaha bergerak melakukan apa yang harus dilakukan. Di tahun 2015 aku melanjutkan pergerakan dituntun sampai ke djogja ditemukanlah sebuah perusahaan dimana aku bertemu negosiasi dengan seseorang yang sekarang adalah penjembatan rejeki keluargaku, dulu niatnya silaturahmi menjemput rejeki jika berjodoh jalin kerjasama. Selang beberapa tahun tidak ada kabar, Alloh selalu mendatangkan dengan cara-Nya yang ajaib, datanglah seseorang yang ditemui waktu itu setelah beberapa tahun berlalu, saling sapa dan alhamdulilah jalin silaturahmi sampai sat ini masih jalin kerjasama. Bisnis yang aku jalankan telah membawaku sebuah pelajaran terbesar dalam hidupku, hingga aku memilih. Bisnis mengajariku banyak hal dalam kehidupan ku, pekerjaan mendatangkan kebahagiaan dlaam setiap perjalanan hidupku, dimana aku dikenalan seorang pebisnis muda yang ingin mengajak ku agar terus bertumbuh dan mengajakku mengikuti sebuah seminar yang berjudul move on rezeki, aku iyakan saja padahal waktu itu sepeserpun uang belum pegang. Begitulah kuasa Alloh jika Alloh Sudah Ridho in shaa Alloh akan datangkan satu paket persiapan modal uang serta isinya hehehe Tepatnya tgl 14 Desember 2019 aku berangkat menuju ke kota Jakarta naik kereta Samapi pagi di kota metropolitan dengan pakaian kucel the kumel mandi di kamar WC disebuah hotel dimaana aku mengikuti seminar move on rezeki hahhaa datang paling awal, sarapanlah lontong sayur di pagi hari itu di traktir sama teman yang mengajakku, sesampai tiba acara kelas seminar rasaya pengalaman dan pengetahuan baru buatku, tambah saudara dari berbagai daerah akulah paling tidak tau apa apa, disuruh presentasi saja minder, beda dengan teman teman yang sudah jago dan sering ikut seminar memang terbiasa. Selesai lah acaranya langsung pulang naik gojek diantar sampai ke stasiun Senen, saking capek nya ketiduran di kereta tiba tiba sudah sampai di kebumen, yang rencana turun di Purwokerto , berjuang bersabar melwati menunggu kereta balik dari kebumen Purwokerto sampai dirumah jam 1siang Alhamdulillah. Setelah perdana mengikuti seminar jadi makin semangat mengikuti acara seminar berikutnya, seminar ke 2 di Banjarnegara tepatnya tanggal 08 Januari 2020 dengan tema pendidikan berbasis fitrah, dimaana segala sesuatu itu berjodoh ilmu pun berjodoh, aku berangkat dari Purwokerto tgl 07januari2020 dianatar suami menginap di sebuah hotel Banjar, nambah saudara namabah ilmu Alhamdulillahirobbil’alaamiin. Semakin hari makin bertambah seminar seminar berdatangan baik jauh dekat ingin rasanya aku ikuti, tgl 18 Januari2020 tepatnya di hotel Java heritage dengan teman meraih 100jt pertama, dilanjutkan ke UNS seminar terdahsyat di tahun 2020, perjalanan panjang telah kulalui dengan penuh keyakinan dan belum tentu arah akan dibawa kemana kehidupanku ini. Yang ada di benakku waktu itu belajar dan terus belajar pengalaman pengetahuan wawasan kudapatkan. Tanggal 07-09febuari2020 masih lanjut dengan seminar Financial Revolution hari hariku jadi penuh arti makin berarti belajar tidak langsung sukses tapi ada keajaiban. Nambah relasi keberuntungan kemudahan ku rasakan,Berlomba lomba beramal baik , berlomba lomba ber prestasi baik. Sukses adalah prestasi. Alat untuk meraih prestasi adalah profesi. Profesi hanya bungkus, isinya adalah prestasi. Bungkus menentukan penampilan, isi menentukan penilaian. Variasinya hidup butuh kemenangan Alhamdulillah ya Alloh atas segala bentuk limpahan berkah rahmat karunia dan kejaaibanMu yang telah aku terima hari ini kemarin dan nanti, aku bersyukur aku bahagia, semangat pagi dunia, markipan Mari kita sarapan, karena hidup penuh harapan kita harus mewujudkan atas ijin Alloh bil wujud dg caraNya yang menyennagkan menyelamatkan, thanks to Alloh barrokalloh. Bismillah Upgrade diri untuk pengembangan diri dan kebermanfaatan dirihanya akhlak dan perilaku yang tidak akan bisa tergantikan Oleh: teknologi. Niat adalah bentuk kontrak kita dengan Alloh, luruskan niat , kita mendapatkan apa yang kita niatkan, segala sesuatu tergantung niatnya dan Alloh s3euai prasangka hambanya. Alloh wujud disetiap detik kita, disetiap langkah kita. . Bismillah Niat ibadah lillahitaala Allohumasollialaa Sayyidinaa Muhammad Wa’ala Alli Sayyidinaa Muhammad. Terimalah semua tantangan yang datang, dengan begitu kamu bisa merasakan bahagianya sebuah kemenangan. Jadikan kehidupanmu arena pertandingan. Meskipun kita tidak tahu siapa lawan yang akan datang. hadapi dengan senyuman, dan hadapi dengan tenang. dan jadilah pemenang. WFH Work From Hotel. mulai besok agenda kamis jumat, minggu depan rabu kamis, minggu depanya lagi kamis masya Alloh tabbarokalloh, polanya sedang rabu kamis jumat. Dari kemarin minggu. Begitulah kehidupan, kita bisa tentukan sendiri ingin dibawa kemana dan arahnya kemana tentukan tujuan hidupmu sekarang semesta membntu thanks to Alloh Allohuakbar. Dan lagi lagi tentang sebuah keajaiban, do’amu adalah rasamu, syukurku adalah kebahagiaan mu, stokmu adalah rezekimu, do’aku menyertai mu mudah berkah barokah melimpah menyehatkan membahagiakan menenangkan menyelamatkan dunia akhirat aamiin amiin amiin ya Alloh ya Robbal’alaamiin Keberanian adalah awal dari segala perjuangan, dengan niat tekad yang kuat karena Alloh SWT menjemput kesuksesan mewujudkan impian dengan tangguh berani melawan kemustahilan disitu ada perubahan, diamana ada ketidak mudahan disitu kita tumbuh dan belajar. Keajaiban itu nyata bagi mereka yang percaya, dan aku mengalami keajaiban keajaiban keberuntungan kemudahan dalam hidupku keluargaku dan juga teman temanku, aku do’akan keajaiban juga menyertai jejak langkah teman teman yang membaca tulisanku ini makin sehat makin kuat makin dahsyat makin bahagia makin kaya raya makin bahagia makin harmonis keluarganya makin romantis umur berkah barokah berlimpah Allohumasoliala Sayyidina Muhammad Ya Robbi Solli’alaih    

Doa Mampu Membawa Keajaiban

oleh Ani Lestari

 Dan Allahmu berfirman, “Berdoalah kepadaku maka aku akan perkenankan (kabulkan doa) bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak menyembah-ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina” (Q. S. Ghafir:60) Doa masyarakat Pekanbaru saat itu mungkin sama “Ya Allah, hilangkan lah bencana asap di kotaku”. Namun Alam pun seakan berbisik “Aah bukannya asap ini ulah kalian sendiri, kami (alam) telah memberi apa yang manusia butuhkan, tapi kalian malah merusak kami”, sautan alam jika mendengar doa manusia serakah tersebut. Kota Bertuah telah menjadi negeri diatas awan efek dari kabut asap yang menutupi keindahan kota Pekanbaru. Kebakaran hutan di Riau sudah sangat sering terjadi, namun tepatnya bukan kebakaran tetapi sengaja dibakar Oleh: manusia tak bertanggungjawab. Manusia dan tumbuhan seakan berebut oksigen untuk bernafas, udara menipis terselimuti Oleh: asap tebal, hawa panas menemani hari-hari kami. Namun udara panas dan sesaknya nafas tidak berarti bagi Asih bukan karena terbiasa tapi konflik dalam rumahnya lebih membuat sesak membuat suasana rumah kian panas setiap hari. “Prannnng” terdengar suara piring pecah terlempar. “Aku lagi sakit, kenapa kamu masak seperti ini??” teriak seorang laki-laki dengan penuh emosi Sementara di sudut ruangan terlihat seorang ibu menunduk sambil menangis membersihkan pecahan piring dan makanan yang berserakan di lantai. Asih yang di dalam kamar seolah tidak peduli dan sibuk memainkan ponselnya. Kejadian seperti itu bukan hal pertama terjadi di rumahnya. Ayah dan Ibunya seringkali bertengkar namun kali ini ibunya sedikit mengalah dan tidak melawan. Asih merupakan anak bungsu dari enam bersaudara. Ketiga kakak perempuannya sudah menikah, sedangkan kedua kakak laki-lakinya merantau ke Jawa dan ke Jepang. Hanya Asih lah yang masih sekolah dan tinggal bersama kedua orangtuanya. Asih memiliki kepribadian introvert, dingin, pendiam, kurang percaya diri dan rasa empatinya sangat rendah. Karakter tersebut terbentuk salah satunya dari lingkungan keluarganya yang kurang harmonis. Karakter Asih yang tertutup membuatnya tidak banyak bicara. Sehingga Asih seringkali menulis semua keinginannya dalam sebuah buku. Asih ingin pergi dari rumah setelah lulus SMA seperti kakak laki-laki nya yang pergi merantau. Asih juga memiliki impian untuk bisa melanjutkan study sampai ke perguruan tinggi. Maklum, faktor ekonomi dan kondisi keluarga yang kacau menyebabkan kelima saudara Asih tidak mampu melanjutkan study sampai ke perguruan tinggi, mereka hanya bisa mengenyam pendidikan sampai jenjang SMA. Asih sebagai anak bungsu tidak mau menjalani nasib yang sama seperti kakak perempuannya yang setelah lulus SMA bekerja beberapa tahun kemudian menikah. Asih memiliki impian besar ingin melanjutkan study sampai perguruan tinggi dan mencari pengalaman di luar daerahnya. Asih merasa tidak berkembang jika terus-terusan terkungkung di daerahnya. Tambah lagi rumah yang seperti penjara membuatnya tidak nyaman. Walaupun Asih tau keterbatasan ekonomi dalam keluarganya tidak mendukung impiannya. Namun Asih memiliki tekad dan keyakinan yang kuat. Asih percaya jika ada kemauan pasti ada jalan. Asih selalu berdoa dan menggantungkan impiannya kepada yang maha kuasa. Asih merupakan anak biasa-biasa saja dan tidak famous di sekolah, lingkaran pertemanan nya juga terbatas. Bisa dikatakan kuper (kurang pergaulan). Namun Asih anak yang rajin sehingga beberapa kali pernah mendapat juara kelas ketika SMA. Setelah kelas tiga Asih mulai berfikir dan bertanya dalam hati “Setelah lulus SMA aku kemana?” “Bagaimana caranya supaya aku bisa kuliah?” “Apa aku kerja dulu ya?”. Asih termenung dan tenggelam dalam lamunan memikirkan nasib masa depannya. Tiba-tiba Ana mengagetkan dengan memukul meja Asih, “Hey ngelamun aja lu, kesambet ntar loh” seru Ana sambil duduk disamping Asih Asih hanya terdiam tanpa respon dengan muka flat yang menjadi ciri khasnya. Ana yang menjadi teman dekat Asih mulai menggodanya lagi. “Lu kenapa sih galau aja, lagi mikirin cowok ya,. . . ” seru Ana sambil tertawa. Akhirnya Ana pun berhasil membuat Asih tersenyum geli “Apaan sih lu An,, mana ada sejarahnya gue galau karena cowok” seru Asih dengan sedikit senyum. “Terus kenapa? Ceritalah sama gue” kata Asih dengan suara lirih “Apa rencana lu setelah lulus SMA?” seru Asih tiba-tiba bertanya dengan nada serius “Kalau gue mah Nikah” kata Ana sambil tertawa terbahak-bahak, Asih pun menatap Ana dengan serius seolah berkata bukan waktunya becanda, Ana pun peka kemudian melanjutkan pembicarannya, “Hehe becanda kok, gue rencana bakal lanjut kuliah di Universitas S” kalau lu gimana? “ tanya Ana balik “Gak tau gue masih bingung” kata Ana sambil menatap ke arah jendela “Udah gak usah bingung lu ikut daftar PBUD dan SNMPTN aja bareng gue kemarin bu Mus (Guru BK) nyuruh gue ikutan itu. Mungkin besok bu Mus bakal kasih info ke kelas, nanti sebelum daftar lu bisa diskusikan dulu sama bu Mus” “Tapi An. . . . ” kata Asih dengan ragu “Udah gak usah pake tapi-tapi ikut aja dulu mana tau lulus kan” kata Ana mencoba meyakinkan Asih Asih sampai rumah masih memikirkan percakapan bersama Ana saat di sekolah. Akhirnya Asih memutuskan untuk ikut daftar tanpa mendiskusikan atau memberitahu kepada orangtuanya. Karena Asih menganggap itu sekedar mencoba sehingga tidak perlu dikatakan ke orangtuanya terlebih dahulu. Jika nanti lulus Asih akan mengatakannya pada orangtuanya. Saat di sekolah Asih bersama Ana ke ruang bu Mus. Mereka berencana mendaftar masuk perguruan tinggi melalui jalur PBUD dan SNMPTN. Bu Mus pun menjelaskan bahwa untuk jalur PBUD hanya bisa mendaftar untuk Universitas Negeri di Riau, sedangkan SNMPTN bisa ke Universitas seluruh Indonesia namun kompetisinya cukup ketat. Setelah beberapa jam di ruang BK, akhirnya mereka selesai mendaftar dan tinggal menunggu pengumuman. Jalur PBUD dan SNMPTN merupakan jalur undangan masuk perguruan tinggi yang menggunakan nilai sekolah sebagai tolak ukur penilainnya. Biasanya sekolah yang ada di Riau menyarankan siswanya yang ingin melanjutkan kuliah untuk mengikuti dua jalur tes tersebut termasuk di sekolah Asih. Sementara itu, kondisi di rumah Asih belum berubah. Ayah Asih masih sering marah-marah tidak jelas dan membanting barang-barang di rumah. Pasca operasi setiap kali makanan tidak cocok dengannya, ia langsung marah kemudian melempar piringnya hingga berantakan di lantai beserta makanannya. Ketika Asih masih sekolah SD ayahnya pernah sakit usus buntu (Appendix Vermiformis)yang cukup parah sehingga harus dioperasi. Saat itu, kemungkinan hidupnya sangat kecil. Tapi karena kuasa Allah yang Maha Rahman, Ayah Asih masih diberi kesempatan untuk hidup. Sedangkan Ibu Asih harus menjadi tulang punggung keluarga selama ayahnya sakit dan belum kuat untuk bekerja. Asih pun membantu mengurus rumah saat pulang sekolah. Sebulan kemudian pengumuman SNMPTN dan PBUD diumumkan. Namun hasilnya Asih belum beruntung, dua jalur masuk perguruan tinggi yang ia ikuti tidak ada yang lolos. Asih tidak terlalu merasa sedih karena memang ia tidak terlalu berharap. Sebab, jika lulus pun ia tidak punya dana untuk biaya kuliah. Asih mencoba berfikir positif dan percaya akan ada rencana Allah yang lebih baik nantinya. Setiap sholat Asih selalu berdoa dan memohon jalan terbaik dalam hidupnya. Asih selalu menggantungkan diri kepada Allah. Asih memiliki kebiasaan meminta keinginaan apapun kepada Allah dalam setiap doanya termasuk keinginannya melanjutkan kuliah. Namun keinginannya untuk kuliah tidak ia sampaikan pada orang tuanya karena Asih sadar kondisi keluarganya tidak memungkinkan untuk membiayai kuliah. Terlebih memang Asih tidak mau menambah beban pikiran orangtuanya. Beberapa bulan kemudian setelah pengumuman kelulusan. Tiba-tiba Asih ditelpon Oleh: Qais. Qais merupakan kakak laki-laki Asih yang sudah bekerja di Jepang selama dua tahun. Inti dari pembicaraan via telpon tesebut Qais bersedia membiayai Asih jika mau melanjutkan kuliah. Padahal sebelumnya Asih tidak pernah membicarakan keinginanya untuk kuliah pada keluarga termasuk kakaknya. Mungkin ini salah satu jawaban dari doa Asih di setiap sholat malam. Tidak hanya itu banyak keajaiban lainnya yang memberkahi jalan Asih. Ketika banyak orang mikir bahwa biaya/spp kuliah itu besar. Asih mendapatkan SPP/UKT (uang kuliah tunggal) yang paling rendah yaitu 400 ribu. Biaya hidup selama kuliah juga selalu ada saja rezeki. Walaupun Asih sudah tidak mendapatkan biaya dari lagi Qais. Setelah Qais pulang dari Jepang dan menikah. Orangtuanya lah yang melanjutkan membiayai Asih hingga lulus. Asih juga berusaha mencari tambahan dengan jualan online. Asih sadar Qais sudah memiliki keluarga yang memilki tanggung jawab istri dan anaknya. Sehingga Asih tidak mau lagi membebani Qais dengan membiayainya kuliah. Setelah melewati segala drama dalam kuliah dan juga di keluarga. Akhirnya Asih selesai kuliah tepat waktu empat tahun tepatnya pada Agustus 2019. Namun wisuda nya menunggu lama karena impact dari penumpukan mahasiswa hingga Asih menjadi wisuda pada februari 2020. Drama setelah Asih lulus pun dimulai, banyak impiannya yang tertulis dalam buku belum tercapai. Asih memiliki keinginan pergi merantau ke Jawa untuk bekerja. Kenapa harus pergi jauh ke Jawa?? Sebenarnya bukan karena ingin mencari kerja di tempat bagus atau gaji besar. Alasan Asih simple saja, ia hanya ingin mengeksplore dan mencari pengalaman di tempat baru. Sejak lulus SMA sebenarnya keinginan pergi ke Jawa sudah ada. Namun orangtua Asih tidak mengizinkannya. Begitu pula setelah lulus kuliah Asih tidak langsung mendapatkan izin dari orangtuanya untuk pergi merantau apalagi hanya untuk alasan bekerja. Orang tua Asih mengatakan pekerjaan dekat daerah sini saja banyak kenapa harus pergi jauh-jauh untuk mencari kerja. Namun Asih masih bertekad bulat dan mencoba memberi pengertian kepada orangtuanya. Asih mengatakan ingin pergi ke Jawa untuk bekerja sekaligus ingin melanjutkan study S2. Orangtua Asih pun kaget sambil menatap Asih seolah ingin mendengar penjelasan lagi maksud dari perkataan Asih. Akhirnya orangtua Asih memberikan izin setelah mendengarkan penjelasan dari Asih yang juga dibantu kakak-kakaknya untuk meyakinkan orangtuanya. Asih memang ada niat untuk melanjutkan study tapi setelah ia bekerja mengumpulkan uang. Asih tidak mau menyusahkan orangtua dan keluarganya. Singkat cerita akhirnya Asih pergi ke Jawa tepatnya di kota Yogyakarta. Pergi ke Yogyakarta merupakan salah satu impian Asih, apalagi bisa sampai tinggal di kota pelajar rasanya sangat bersyukur dan senang sekali. Alhamdulillah atas izin Allah, Asih juga bisa langsung melanjutkan study pascasarjana di salah satu Universitas Negeri di Yogyakarta. Sampai saat ini Asih masih tidak menyangka bisa menyelesaikan kuliah S1 dan sekarang sedang melanjutkan kuliah S2. Jika dipikir secara logika seperti tidak mungkin Asih yang terlahir dari keluarga sederhana. Orang tuanya bekerja sebagai buruh serabutan dengan hidup pas-pasan. Namun bisa menempuh study hingga S2 dengan biaya sendiri tanpa ada beasiswa. Dari keluarga besar hanya Asih lah yang dapat melanjutkan kuliah bahkan sampai pascasarjana. Sedangkan saudara Asih lainnya hanya bisa menempuh pendidikan sampai jenjang SMA. Begitulah kuasa Allah jika sudah berkehendak tidak ada yang tidak mungkin. Untuk itu sebagai manusia jangan pernah meragukan kuasanya. Jika manusia menginginkan sesuatu baik sekecil atau sebesar apapun mintalah kepada Allah. Setelah itu lanjutkan dengan berikhtiar untuk mendapatkannya. Allah tidak akan menolak doa hambanya. Allah selalu menjawab doa hambanya melalui tiga cara yaitu pertama, Allah akan memberikan apa yang diminta hambanya, kedua menunda memberi apa yang kita minta sampai kita siap dan tepat untuk mendapatkannya, ketiga tidak memberikan tetapi menggantinya dengan hal yang lebih baik untuk kita. Asih menerapkan hukum alam LOA (Law of Atrraction). Ketika Asih memiliki impian ia fokus untuk mendapatkannya. Asih selalu berfikir selalu ada kemungkinan di setiap harapan. Asih juga yakin jika ada kemauan pasti ada jalan. Saat hati, pikiran, perkataan Asih dipenuhi dengan keyakinan untuk mencapai impiannya. Alam semesta pun mendukung sehingga menarik sesuatu yang mendekatkan diri Asih mencapai impiannya. Walaupun lingkungan Asih banyak yang toxic tetapi Asih dapat meresponnya dengan baik. Setiap orang memiliki drama hidupnya masing-masing baik dalam kehidupan keluarga, study, kerjaaan/karir, dan lainnya. Perbedannya hanya pada bagaimana mereka meresponnya. Ketika terlahir berada di keluarga yang broken home jangan jadikan hal tersebut sebagai alasan untuk berbuat buruk atau menjadi tidak maju dan terpuruk dalam keadaan. Walaupun tidak dapat dipungkiri secara psikologis mental anak broken home akan terkena impactnya. Namun, manusia tidak dapat merubah keadaan diluar kendali, yang bisa dirubah bagaimana meresponnya menjadi hal baik atau tidak itu tergantung pada diri masing-masing. Karena kita tidak bisa mengendalikan situasi tapi kita bisa mengendalikan reaksi. Jadikanlah drama atau problematika dalam hidup sebagai pelajaran dan acuan untuk bertumbuh menjadi orang yang lebih baik kedepannya. Karena hidup itu pilihan. Seseorang berhak memilih ingin seperti apa hidupnya. Tidak ada yang salah dengan jalan hidup yang dipilih seseorang selama itu tidak merugikan orang lain. Tapi harus diingat setiap pilihan memiliki konsekuensi dan tanggung jawab masing-masing. Jadi jangan sampai menyesal dengan keputusan yang telah dipilih. Hidup adalah misteri tidak ada yang tahu takdir hidup seseorang. Jika kita memiliki keinginan atau suatu impian. Teruslah berusaha dan berjuang untuk mencapainya. Percayalah akan adanya keajaiban dalam hidup. Apapun bisa kita lakukan, jika ada kemauan dan usaha. Yang penting Yakin adanya Keajaiban dari Tuhan. (Ani Lestari)    

Dari Kernet Bangunan menjadi Magister Manajemen

oleh Darussalam

  Terlahir dari orang tua yang berprofesi sebagai tukang bangunan, tidak menyurutkan semangat untuk terus tumbuh. Lelaki hebat yang menjadi orang tuaku adalah seorang tukang bangunan, beliau begitu sayang kepada anak-anaknya. Saya memanggilnya dengan sebutan Abah. Semangat Abah yang berusaha memberikan pendidikan yang lebih baik kepada anak-anaknya, sangat membekas hingga saat ini. Siang dan malam Abah bekerja tak kenal lelah, hampir tak pernah kulihat sedikit pun keluhan di raut wajah Abah. Meskipun pendidikan Abah hanya sampai kelas 6 SD. Beliau tidak ingin anak-anaknya mengalami hal yang sama seperti Beliau. Di belakang laki-laki hebat, pasti ada perempuan hebat yang mendorongnya. Ya, ibuku selalu mensupport Abah dari sisi usaha dan doa. Setiap pagi, saya mendengar ibu membacakan doa-doa, beliau selalu melakukan sholat duha tidak pernah terlewatkan sekalipun. Selain memberikan doa, ibu membantu Abah berjualan Jagung bakar dan pot bunga. Tanpa lelah, kedua orang tuaku mengumpulkan pundi-pundi rupiah demi memberikan masa depan yang baik kepada anak-anaknya. Abah mengawali karir sebagai tukang bangunan mulai dari menjadi kernet bangunan. Beliau ikut dengan tukang yang satu dan tukang yang lain. Semangat meng-upgrade diri sangat kuat, beliau terus balajar hingga bisa menjadi seorang tukang bangunan. Tak hanya sampai menjadi tukang bangunan, beliau terus meng-upgrade keahliannya, mulai dari cara menghitung material sampai menghitung biaya upah per meternya. Keahlian itu beliau pupuk hingga beliau menjadi seorang pemborong. Ketika kita niatkan sesuatu untuk hal-hal baik, insya Allah akan diberi jalan Oleh: Allah SWT. Begitulah prinsip beliau. Pada fase ini, beliau berhasil membuka lapangan kerja untuk saudara dan kerabat. Memori ini yang sangat membekas dalam pikiran saya, bahwa jangan pernah menyerah dengan keadaan. Sesulit apapun kondisi kita, kita harus terus bertumbuh demi memberikan masa depan yang baik untuk anak-anak. Seorang yang hanya lulusan SD mampu memberikan pendidikan kepada kelima anaknya hingga tingkat SMK. Itu bukan hal yang mudah, tapi beliau percaya bahwa ketikan kita melibatkan Allah dalam segala aktifitas kita, sesuatu yang impossible akan manjadi possible. Sejak kelas 2 SMK, saya memutuskan untuk ikut bekerja dengan Abah sebagai kernet bangunan. Tujuannya adalah untuk meringankan beban orang tua, saat itu saya masih ikut kerja paruh waktu, karena harus membagi waktu dengan sekolah. Jika jadwal sekolah siang, pagi hari saya ikut kerja jadi kernet bangunan. Dan jika jadwal sekolah saya pagi, pulang sekolah langsung ikut jadi kernet bangunan. Kondisi seperti ini terus berjalan hingga saya lulus SMK. Setelah lulus SMK, saya mulai ikut kerja full time sebagai kernet bangunan. Sambil mulai mengirimkan surat lamaran pekerjaan ke beberapa perusahaan. Tak terasa 3 bulan saya ikut full time sebagai kernet bangunan, dan 15 surat lamaran pekerjaan sudah dikirim via post dan didatangi perusahaannya. Jiwa pantang menyerah orang tuaku mengalir dalam tubuhku. Tanpa sedikit pun putus asa dalam mencari pekerjaan, meskipun 15 surat lamaran yang dikirim tidak ada satu pun yang mendapatkan respon Oleh: perusahaan. Percayalah bahwa kebaikan yang pernah kita lakukan akan kembali kepada kita, begitupun sebaliknya. Entah kebaikan apa yang pernah keluarga saya lakukan kepada saudara saya. Bibi saya meminta surat lamaran untuk dititipkan kepada tetangganya yang bekerja di perusahaan otomotif di daerah Balaraja – Tangerang. Tak lama berselang, saya mendapatkan balasan dari surat lamaran yang dititipkan ke tetangga saudara saya. Tes demi tes dilalui, dari 50 peserta tes, yang diterima hanya 5 orang dan saya masuk kedalam 5 orang tersebut. Lalu, profesi kernet bangunan pun saya tinggalkan dan memulai karir baru sebagai karyawan. Awal bekerja sebagai karyawan kontrak. Setiap tahun selalu melakukan upgrade skill demi menjadi karyawan tetap, hingga suatu waktu saya memutuskan melanjutkan kuliah. Dengan modal nekat, saya memilih kulaih di Jurusan Teknik Informatika di Universitas Serang Raya. Allah maha baik. Siapa yang mau berusaha, Allah akan berikan jalan. Alhamdulillah tanpa ada kendala apapun, saya berhasil menyelesaikan sarjana dengan baik di Universitas Serang Raya dengan nilai IPK 3,5. Silaturahmi itu pembuka pintu rezeki, jaga hubungan baik dengan siapa pun. Setelah beberapa bulan lulus S1, saya mendapat telepon dari salah satu teman yang pernah bekerja bersama, ia mengajak saya bergabung di perusahaan Korea. Setelah 3 tahun bekerja di Perusahaan Korea, saya pindah bekerja ke salah satu perusahaan Jepang yang bergerak di bidang otomotif. Lagi-lagi keinginan kuat untuk meng-upgrade diri ini mempengaruhi saya untuk melanjutkan kuliah pascasarjana. Akhirnya dengan persiapan seadanya, saya melanjutkan program pascasarjana saya di Universitas Muhammadiyah Tangerang. Jangan pernah pasrah dengan keterbatasan, Allah akan mamberikan jalan kepada siapapun yang ingin mengubah dirinya menjadi lebih baik lagi.    

Sandarkan Dirimu Hanya Kepada-Nya

oleh Fifi Rohiyq

  Hidayah tidak ada keingkaran adanya Ketika keluarga kami pindah rumah dari Jakarta Utara ke Jakarta Selatan. Finari baru lahir di tahun 60-an, awal nama itu sesuai dengan urutan anak yang ke 6. Saudara Finari kakaknya sudah lima, 3 laki laki (A,B,E) dan 2 perempuan (C dan D) jadi keluarga besar. Anak perempuan bungsu dikeluarga, ketika lahir bapak Finari sedang pendidikan di luar negeri,tepatnya diJepang tentang permesinan Kapal. Beliau seorang Pegawai Pemerintah, sedangkan ibu seorang wiraswasta tangguh, seperti menjual perhiasan emas, membuka kedai khas Madiun yaitu pecel. Membantu bapak yang sebagai pegawai dengan gaji yang pas-pasan, menanggung kurang lebih 8 jiwa. Kadang ada saudara kami dari sebuah desa di Jawa Timur ikut di rumah untuk mencari keberuntungan di Ibu Kota Jakarta. Istilahnya tempat transit. Alhamdulillah itu menjadi amal orang tua untuk keberhasilan jalan lurus anak anaknya. Kakak kakak Finari dan Finari sendiri sedikit sekali berkomunikasi dengan orang tua dan antar saudara, tidak ada bimbingan untuk belajar pendalaman agama, ikut bimbingan belajar yang memadai, semuanya dipercayakan pada pribadi anaknya masing masing mau mengerjakan apa saja, jadi sibuk dengan urusan masing-masing. Tapi doa dari orang tua tetap mengiringi kami melangkah, setiap langkah kecil kami menuju ke dewasa dan menikah. Tak lama tinggal di rumah baru sekitar 6 tahun, ibu Finari meninggal dunia saat usia menginjak 7 tahun yang sebentar lagi masuk Taman Kanak-kanak. Semua menangisi kepergian ibunda, tapi Finari tidak larut dalam tangisan, mungkin karena belum mengerti benar keadaan yang terjadi saat itu atau memang sudah merelakan ibunya pergi. Kemandirian perlu dilakukan Finari seorang yang pendiam, persis seperti bapaknya. Ketika itu masuk pertama kali ke sekolah diantar Oleh: kakak sepupu yang ikut di rumah sebagai pengganti ibu Finari. Memang ada rasa yang kurang tapi Finari kecil memahami dan menerima keadaan yang tidak dapat dihindari dalam hidupnya, Allah punya rencana yang lebih baik. Suatu ketika dia bermain ke rumah teman Sekolah Dasarnya sekitar kelas 1, ada sebuah benda yang menarik perhatiannya. Sebuah alat musik yang besar yang bila diketuk mengeluarkan rasa keindahan sepertinya Finari terobsesi dengan sebuah piano dan berkhayal untuk memilikinya, Finari meminta bapaknya untuk membelinya, ketika jalan-jalan ke pertokoan yang dulu belum ada mall, tapi tidak dibelikan karena harganya yang memang mahal, Finari menangis sampai tertidur di mobil hingga sampai di rumah. Ketika terbangun masih di mobil, ada mainan piano kecil, walapun masih belum menyukainya tapi menerima apa adanya, tenyata Allah sayang kepada Finari untuk tidak bermain musik yang memang tidak bOleh: dimainkan didalam agamanya. Alhamdulillah Allah memberikan hidayah pada Finari kecil. Karena pembimbingan kurang saat di Sekolah Dasar dan tidak ada yang menyemangati dikehidupan Finari, nilai kelulusan sangat pas-pasan. Jadi sekolah yang didapat sekolah swasta, hancur hati Finari, ingin masuk SMP Negeri tidak kesampaian, akhirnya di dalam hatinya bertekad “aku harus berprestasi dan mendapat nilai terbaik di tingkat berikutnya untuk masuk sekolah menengah atas negeri”. Ternyata itu adalah proses seperti motto: hari ini lebih baik dari kemarin dan esok lebih baik dari hari ini. Prestasi demi prestasi didapatkan karena kerja keras dan dukungan doa diwujudkan Oleh: Allah. Oh ya, kira kira 1000 hari meninggal ibunya, Bapak menikah lagi dan punya 2 orang putra dan meneruskan nama awal abjad G dan H ketika Fianri naik ke kelas 4. Ketika usia semakin bertambah ada perasaan untuk tertarik pada lawan jenis dan berdoa yang pada saatnya nanti akan mempengaruhi dalam kehidupan berkeluarganya di masa depan. Doa Finari remaja adalah “ Semoga aku mendapatkan suami yang tinggi, putih atau hitam, jelek tapi lumayan finansialnya atau ganteng tapi finansialnya pas pasan, kalau dapat yang jelek awalnya yang berikutnya ganteng (wah bisa dua kali nikah nie mintanya), pengertian keadaanku, sayang sama aku, dan orang dari desa, tidak seperti aku yang anak kota, agar dapat bimbingan yang baik tulus ikhlas mencintai aku” (begitu manisnya), tapi harus berhati hati dengan doa, doa itu ada yang tidak baik, sepertinya doa itu coba baca berulang kali ya, jangan ditiru doa yang sepertinya dibeberapa bagian (sepertinya yang bergaris miring). Bersyukur ketika lulus SMP, terwujud masuk Sekolah Menengah Atas negeri lumayan favorit sampai sekarang, di wilayah selatan Jakarta tidak banyak cerita di saat itu, yang ada belajar dan belajar. Saat kuliah bapak mencarikan Finari sekolah yang setengah gratis tapi semi militer, “gak apa aku suka laut mungkin itu jadi menjembatani “ Finari menurut apa yang diinginkan bapaknya agar ringan beban kuliah, di asrama, ketika itu saya bertemu dengan taruna ganteng, “apa itu calonku? (ah lupakan) ” pikir Finari yang penting kuliah (ingat garis miring doa yang diatas), lulus dengan baik, melanjutkan cari pekerjaan. Pegawai pemerintah yang dipilih Finari, karena perempuan perlu juga untuk meneruskan cita-cita berikutnya tapi penempatan di Surabaya, ada dua pilihan saat itu Palembang dan Surabaya. Tak apa pikir Finari sudah menjadi takdir daripada ke Palembang penempatan dari tempat kuliah dulu, bersyukur saja itu sudah cukup, disinilah Finari menemukan jodohnya, awalnya di kejar-kejar seseorang yang aneh sampai diikuti ke warnet, dalam ketakutan nya Finari berdoa “ Ya Tuhanku selamatkan aku dari orang ini, dapatkan jodohku pegawai warnet atau kantor yang besar dibelakang warnet ini, sehingga dapat menjagaku darinya (orang yang mengejar Finari)” Ternyata doa orang yang teraniaya itu ampuh, ketemu di angkutan umum luar kota sama- sama dari nyekar (kunjungan ke makam orang tua, ibu Finari di Madiun dan dia dari Jogjakarta untuk ke dua orang tuanya) seperti pernah ketemu disuatu tempat di waktu lalu tepatnya pernah kenal dengan orang ini. Akhirnya berkenalan karena berdampingan duduknya, tapi sepanjang jalan di kendaraan umum itu tidur sampai ketujuan Surabaya dari terminal di Madiun. Sekarang sudah punya cucu, dengan seperti yang di harapkan dalam doa, suami yang tinggi, kurang ganteng tapi lama-lama dilihat semakin baik dan sterrusnya di dalam doa Finari terwujud, kemudian punya anak yang penurut, baik yang laki-laki dan perempuan, yang laki sudah menikah dikaruniai putra yang ganteng, dan yang perempuan mencari pekerjaan seperti ibunya (Finari) menjadi pegawai pemerintahan. Tiga puluh tahun setelah kematian ibu Finari, bapak Finari meninggal. Bersyukurlah sekarang banyak waktu untuk kami mendalami agama kami sehingga dapat mengetahui yang baik dan buruk. Lebih banyak pengetahuannya dengan mengikuti kajian-kajian yang berpengetahuan dengan mengikuti apa yang diajarkan Rasul dan taat kepada Tuhan kami seperti dalam surah Q 4:69. Doa yang baik untuk diri sendiri dan orang lain seperti anak kita, mungkin ada orang yang iri dengki kepada kita, dan lain sebagainya, sangatlah mempengaruhi perjalanan hidup seseorang, kita hanya milik Tuhan kita, semuanya dapat memilih dan berrencana, hanya Tuhan kita yang memutuskan dan tidak memutuskan atas Tuhan kita.    

Keajaiban Hidup dengan Keikhlasan Do’a

oleh Fita Ratu Prillia

  Setiap orang memiliki jalan kehidupan yang berbeda-beda, namun memiliki tujuan hidup yang sama yaitu untuk memperOleh: kebahagiaan, karena tidak ada satu orangpun di dunia ini yang tidak ingin hidup dilingkupi kebahagiaan, Oleh: karena itu berbagai cara akan dilakukan untuk mencapai kebahagiaan baik kebahagiaan dunia maupun akhirat. Aku anak pertama dari tiga bersaudara dan satu-satunya perempuan, sebagai anak pertama aku selalu menjadi orang pertama yang mengetahui berbagai permasalahan yang terjadi dalam keluarga ku baik masalah besar maupun kecil. Seiring berjalannya waktu, ketika aku menginjak umur 8 tahun aku dan keluarga ku dihadapkan dengan masalah yang lumayan besar, rumahku dirampok Oleh: beberapa orang bertopeng yang menggunakan senjata api dan dikepung, sehingga orang disekitar rumahku tidak bisa memberikan pertolongan, ditengah kejadian tersebut aku dan keluarga ku merasa sangat takut, sebelumya aku merasa bingung dan heran dengan kejadian tersebut melihat orang asing mengenakan topeng tepat dihadapanku, seketika ibu menarik dan memeluk aku dan adikku diiringi suara lembut dibarengi rasa takut berbicara dengan orang-orang tersebut agar tidak mengganggu kami, diwaktu yang bersamaan ayah berusaha untuk melawana namun ibuku tetap menahan untuk tidak bertindak mengundang rasa marah orang-orang tersebut. Pada waktu yang bersamaan sebagian dari orang-orang tersebut menggeledah semua isi kamar, dan diluar rumah pun terdengar suara tembakkan, rasa takut kami semakin kuat dan merasa khawatir karena orang-orang tersebut tidak mendapatkan benda berharga, mereka hanya membawa uang yang tidak seberapa jumlahhnya, ibuku berusaha meyakinkan orang-orang tersebut bahwa kami tidak memiliki benda berharga, setelah berjam-jam lamanya mereka pergi dengan membawa uang tersebut tanpa menyakiti keluargaku. Aku percaya semua ini terjadi atas izin dan kuasa dari sang pencipta dengan pertolongan yang sangat indah menyelamatkan aku dan keluarga ku dari orang dzalim. Kejadian tersebut menunjukkan begitu besar pertolongan yang Allah SWT berikan untuk aku dan keluarga ku, seiring berjalannya waktu orang tua ku memutuskan untuk menjual rumah bertujuan menghilangkan kenangan buruk yang telah terjadi, namun disisi lain rumah tersebut memiliki sejuta kenangan sewaktu aku kecil, dengan berat hati ibu ku menyetujui keputusan ayah ku untuk menjual rumah kami. Terhitung sejak dijualnya rumah tersebut kehidupan aku dan keluargaku mengalami perubahan ibarat roda yang berputar, rumahku terjual dengan harga yang tidak begitu tinggi, sehingga tidak cukup untuk membangun satu rumah secara utuh, ayah ku memutuskan untuk membangun sebagian sesuai dengan jumlah uang ada. Terhitung cukup lama aku dan keluarga ku tinggal dirumah sempit berlantai kasar, tetapi kami merasa bersyukur mempunyai tempat untuk berteduh, sembari ayah mengumpulkan uang untuk membangun rumah yang lebih besar, namun uang yang dikumpulkan belum bisa digunakan sepenuhnya untuk membangun rumah karena untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Posisi ku sebagai anak pertama tentu saja ikut merasakan bagaimana pahitnya kehidupan yang kami jalani, makan dengan lauk seadanya nasi dengan kecap bahkan dengan air putih, aku sudah bisa memahami keadaan yang terjadi berbeda dengan kedua adikku yang terkadang menangis apabila keinginan mereka tidak terpenuhi. Terkadang dengan kondisi tersebut membuat aku bertanya mengapa hal ini terjadi pada keluarga ku. Namun Allah SWT mempunyai rencana yang begitu indah dilindunginya aku dan keluarga ku dari orang dzalim dan di berikannya hati yang selalu bersyukur. Waktu terus berjalan setiap proses kehidupan yang dijalani memang tidak lepas dari persoalan hidup, dalam kondisi yang sama ibu ku difitnah Oleh: seseorang yang kami kenal, bahkan sering meminta pertolongan pada keluarga ku, aku selalu menjadi orang pertama yang mengetahui persoalan yang terjadi dalam keluarga ku, saat itu ibu ku merasa bingung di tuduh mengatakan hal yang sama sekali tidak dia katakan, sebagai seorang anak aku merasa gelisah dengan kejadian tersebut, tidak ada yang bisa aku lakukan selain hanya berdoa kepada Allah SWT berkeluh kesah menceritakan apa yang sedang aku rasakan. Setiap hari aku diselimuti rasa gelisah dengan pikiran yang tidak tenang, hanya bisa berdoa rasa ini hilang dengan kekuasaan Allah SWT, janji Allah SWT bagi orang yang meminta dengan bersungguh-sungguh terjadi pada ku, tidak lama kemudiaan masalah itu hilang bagai ditelan bumi aku sedikit merasa tenang walaupun masih ada rasa gelisah akibat dari persoalan tersebut, dan aku merasa bahwa semua ini terjadi atas izin Allah SWT. Disisi lain kejadian tersebut menjadikan aku untuk selalu menjaga tingkah laku dan tutur kata dimanapun aku berada dan menjadi bagian dari doa yang selalu aku panjatkan kepada Allah SWT. Kehidupan yang dijalani Oleh: setiap orang berbeda-beda dengan persoalan yang berbeda-beda pula. Fase kehidupan yang berubah memunculkan pula persolana baru dalam kehidupan ku. Pada fase ini aku dan keluarga ku dihadapkan dengan persoalan yang berhubungan dengan orang yang sangat dekat dengan aku dan keluarga ku walaupun kami tidak memiliki hubungan keluarga tetapi kami hidup bertetangga, masa kecilku banyak kuhabiskan bermain dengan mereka. Terhitung sejak kami hidup bertetangga aku dan keluarga ku menjalin hubungan yang baik dengan mereka, anggota keluarganya sudah aku anggap seperti saudara. Ketika aku duduk dibangku SMA hubungan baik yang selama ini terjalin seketika hilang, saat itu ayah ku ingin membangun sebuah ruko memanfaatkan lahan depan rumah, namun proses pembuatannya menimbulkan persoalan, karena menganggap kami telah menggunakan sebagian dari lahan yang mereka miliki, berawal dari situ ibu ku merasa amat kecewa kebaikan yang selama ini terjalin rusak hanya karena hal tersebut. Hari demi hari yang aku lalui setelah kejadian tersebut menjadi berbeda, bagaimana bisa aku merasa nyaman keluar masuk rumah dengan keadaan seperti itu karena kami hidup berdampingan segala bentuk aktivitas yang kami lakukan selalu terlihat, suatu ketika ibu ku mengatakan Allah SWT yang akan mengetahui segala yang terjadi ketulusan dan keikhlasan yang akan mengubah semuanya. Seiring berjalannya waktu hubungan aku dengan mereka mulai terjalin dengan baik walaupun tidak seperti sebelumnya karena ada rasa canggung diantara kami, namun berbeda dengan ayah dan ibuku yang belum bisa menerima kejadian tersebut sepenuhnya, sehingga butuh waktu untuk memulihkan keadaan tersebut, waktu terus berputar atas izin Allah SWT yang telah meluluhkan hati yang tadinya keras dengan ketulusan dan keikhlasan yang memulihkan segalanya. Semua itu terjadi karena curahan hati yang selalu aku panjatkan kepada Allah SWT yang maha menghendaki semua yang terjadi, karena bertubi-tubi pertolongan yang Allah SWT berikan tanpa aku sadari karena kehidupan yang aku alami atas campur tangan Allah SWT. Disisi lain semakin bertambahnya umur ku kehidupan yang aku jalani semakin berubah, banyak hal membuat semakin merasa bahwa setiap keajaiban dalam hidup menjadi tanda bahwa Allah SWT sangat dekat dengan hamba-Nya. Terdapat banyak hal bahkan tidak terhitung banyakknya keajaiban selalu datang dalam hidupku baik yang kecil maupun besar untuk keluarga ku ataupun aku sendiri. Aku menjadi orang yang beruntung karena kehidupan yang aku jalani begitu sangat indah, Allah SWT memberi porsi yang sangat indah untuk ku, kehidupan yang serba sederhana yang membuat aku selalu merasa bersyukur. Ketika aku merasa gelisah ataupun takut dengan kehidupan ku Allah SWT selalu menjawab persaan ku dengan rencana yang begitu indah, dan selalu menjaga dengan cara yang begitu indah pula. Semenjak aku melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, aku merasa Allah SWT sangat dekat denganku, saat itu aku pertama kalinya merantau untuk menuntut ilmu atas restu ayah dan ibuku ridho mereka yang mengantarku bisa kuliah di kota yang aku inginkan, hidup jauh dari orang tua memang tidaklah mudah, segala sesuatu dilakukan sendiri. Waktu terus berlalu hari demi hari aku lewati demi cita-cita yang ingin aku capai, setiap malam sebelum tidur aku selalu bercerita kepada Allah SWT mencurahkan isi hati ku bahkan sampai menetaskan air mata sambil menatap langit-langit kamar kosan ku, aku curahkan segalanya baik kesedihan maupun kebahagiaan yang aku dapatkan karena semuanya berasal dari Allah SWT, kebiasaan itu merubah segalanya dalam kehidupan ku, membuat aku lebih dekat dengan Allah SWT. Dalam waktu yang bersamaan banyak keajaiban yang secara sadar bahkan tidak sadar yang aku alami, dalam segala urusan kehidupan aku ingin selalu melibatkan Allah SWT, sehingga aku merasa Allah SWT terlibat dalam kehidupannku. Aku merupakan orang apabila melakukan sesuatu dan mencapai sesuatu harus sesuai dengan apa yang diharapkan bahkan menginginkan lebih dari apa yang diharapkan sebagai sifat manusiawi dalam diri manusia, tetapi Allah SWT menjaga aku dari sifat itu dengan menempatkan posisi ku ditengah-tengah agar aku merasa tidak sombong dan selalu merasa bersyukur, begitu indah cara Allah SWT menjaga dan mengatur kehidupan ku, hal itu selalu terjadi dalam hidupku yang selalu aku sadari, selain itu Allah SWT selalu mendekatkan aku dengan lingkungan orang-orang yang taat kepada-Nya yang membawa aku lebih dekat kepada-Nya, sungguh ingkar jika aku tidak berfikir akan keajaiban yang Allah SWT berikan dalam hidupku. Disisi lain ada hal yang tidak banyak orang ketahui tentang kehidupanku, bahkan ketika aku bercerita kepada temen-temenku mereka tidak akan pernah percaya bagaimana Allah SWT menjaga diriku dengan kekuasaan-Nya, sampai saat ini aku belum pernah menjalin hubungan dengan laki-laki (pacaran) dan menjadi sebuah pilihan dalam hidupku, jika ada temenku yang percaya mereka selalu mengatakan bahwa aku hebat mampu menjaga diri sampai mendapatkan seseorang yang Allah SWT kehendaki dalam hidupku. Namun bagi ku, semua ini terjadi karena Allah SWT melindungi aku dari hal buruk yang akan terjadi, bagi ku hal ini merupakan sebuah keajaiban yang aku dapatkan. Setiap orang mempunyai kisah yang berbeda-beda dan cara yang berbeda pula dalam mendefinisikan setiap keajaiban yang terjadi dalam kehidupannya. Ketulusan hati ketika mencurahkan isi hati kepada Allah SWT akan mendatangkan keajaiban dalam kehidupan yang tidak pernah kita sadari, hanya dengan kebiasaan aku bercerita dan mencurahkan isi hati ku kepada Allah SWT sebelum tidur mendatangkan keajaiban yang mengubah kehidupan ku menjadi lebih dekat dengan Allah SWT. Terkadang kita selalu berpikir bahwa do’a yang kita panjatkan tidak pernah terkabul, padahal Allah SWT telah menjawabnya dengan cara lain, karena kita terlalu egois menginginkan jawaban sesuai harapan kita. Bahkan kita selalu melihat terlalu jauh arti kebahagiaan, pada apa yang di capai Oleh: orang lain bahwasannya kebahagiaan itu dekat dalam hati yang bersyukur. Begitu banyak keajaiban yang Allah SWT berikan dalam kehidupan kita bagi orang-orang yang mau berpikir.  

Ketika Hujan Memberikan Keberkahan

oleh Muhammad Syahidin

  Sore itu, Ahmad tampak bingung dan mondar-mandir di ruang tamu. Tampak wajahnya harap-harap cemas menanti sesuatu. Pikirannya terus melayang karena besok adalah hari dimana dia harus membayar cicilan motor. Sementara itu dia tidak memiliki cukup uang untuk membayar cicilan motor tersebut. Ahmad hanya berharap dari keajaiban sebuah doa. Setelah sholat Ashar, ahmad pun lebih lega. Dia berharap mendapatkan uang arisan yang sore itu memang hendak dilakukan pengocokan nama. Tidak lama kemudian, datanglah seorang tetangga yang memberikan kabar. “ Pak Ahmad, arisan bulan ini yang dapat Bu Ina, ya “ suara itu seolah memecah satu harapan Ahmad. Namun dia tersenyum dan berkata dalam hati, “ Ya Allah keputusan Engkau tentu yang terbaik. Saya yakin, Bu Ina memang lebih butuh daripada saya “. Hanphone Ahmad pun berdering. “ Halooo, Assalamualaikum” demikian ahmad membuka percakapan. Ahmad pun terlihat manggut-manggut ketika menerima telpon. Tampak raut wajahnya lebih bersinar dibandingkan saat menunggu kabar arisan. Setelah selesai, Ahmad mengatakan kepada istrinya, “ Bun, ayah dapat privat di Pondok Labu. Jadi, ayah mau siap-siap dan berangkat. Semoga ini cukup untuk bayar cicilan motor. Admad pun bergegas menghidupkan motornya. Selesai berpamitan dengan istrinya, Ahmad berangkat ke Pondok Labu. Dalam perjalanan, Ahmad pun masih berpikir. Dia tahu, tarif privat hanya bisa membayar sepertiga cicilan motor. Namun Ahmad tetap berprasangka baik kepada Allah. Dalam perjalanan, hujan pun turun. Ahmad menepi untuk memakai jas hujan. Sambil mengenakan jas hujan, Ahmad pun berdoa lagi agar dapat keajaiban membayar cicilan motor. Ahmad tidak menunggu hujan reda. Dia pun melanjutkan perjalanan hingga ke rumah orang yang minta privat. Ahmad memang seorang guru Bahasa Indonesia di sebuah sekolah dan bimbingan belajar. Dia kerap memberikan privat Bahasa Indonesia ke rumah siswa yang meminta jasanya. Namun, sore itu dia mendapatkan siswa baru yang ingin privat. Jadi, bagi Ahmad, ini adalah pengalaman pertama dengan siswa baru privatnya ini. Ahmad pun sampai di rumah siswa yang ingin privat. Dia disambut asisten rumah tangga dengan ramah. “ Mau minum panas atau dingin Pak?’ tanya asisten rumah tangga kepada Ahmad. Ahmad pun memilih teh hangat karena memang dia kedinginan setelah kehujanan di perjalanan. Beberapa saat kemudian, Asisten tadi datang membawa secangkir teh hangat dan nasi goreng. “ Silakan makan dulu Pak. Kalau sudah baru Ibu nanti datang menjelaskan “. Ahmad tampak bahagia. Selain teh hangat, sepertinya Allah mengerti kalau Ahmad ini memang lapar. Ahmad pun mengucap syukur dan memakan yang sudah disajikan. Setelah beres makan, nampak seorang wanita datang. Parasnya yang anggun, tinggi dan murah senyum mendekat dan berkata kepada Ahmad, “ Hai Kak, saya dapat nomer kak Ahmad dari teman kakak yang namanya Kak Lutfi. “ Ahmad pun hanya mengangguk dan mengiyakan memberi tanda bahwa Ia mengenal Kak Lutfi. “ Jadi begini. Ibu ini tidak minta Kak Ahmad mengajari anak saya. Ibu minta Kak Ahmad mengerjakan soal latihan ujian nasional ini. Kak Ahmad tolong kerjakan. Berikan alasan mengapa jawabannya A. Berikan alasan mengapa pilihan B,C, dan D salah. Ibu hanya ingin itu. Karena Ibu lah nanti yang akan mengajarkan ke anak ibu sendiri, jadi Ibu harus paham jawaban dan alasanya. ”Ahmad pun mengangguk. Dia tertegun karena ternyata dia hanya datang untuk mengerjakan soal. Di sisi lain, Ahmad salut kepada ibu itu karena dia yang nantinya akan mengajarkan kepada anaknya sendiri. Setelah memberi penjelasan, Ahmad dibiarkan sendiri di ruang kerja. Tampak di sisi kanan ada kolam renang yang indah. Ahmad juga diberikan makanan ringan sebagai cemilan. Sambil mengerjakan soal, perasaan Ahmad begitu tenang. Soal demi soal dia kerjakan dengan memberikan penjelasan tiap jawaban. Tidak terasa 90 menit berlalu dan soalpun selesai. Ahmad pun memanggil asisten rumah tangga agar memberi tahu kepada Ibu bahwa soal sudah selesai. Tak lama, Ibu pun kembali datang. “ Sudah selesai ya, Kak?“ Tanya Bu Novi sambil memeriksa. Setelah Bu novi memeriksa satu per satu lembar jawaban, Ia pun memberikan sebuah amplop. “ Makasih banyak ya, Kak Ahmad. Lain kali kalau saya butuh, saya panggil lagi ya “ Kata Bu Novi. Ahmad pun berpamitan dan pulang. Ahmad pun menghidupkan motornya. Masih terbesit dalam pikirannya, “ Bu Novi kok ga tanya tarif privatku ya”. Setelah meninggalkan rumah Bu Novi, di jalan Ahmad pun menepi. Dia penasaran berapa uang isi amplop tersebut. Setelah dibuka, Ahmad pun bergetar. Dia menghitung uang itu nilainya 4x lipat dibandingkan tarif privatnya. Bahkan nilainya, lebih besar dari cicilan motor. Tak terasa,air mata Ahmad menetes. Dia sangat bersyukur mendapat karunia rezeki yang tidak disangka. Ahmad pun sampai rumah. Dia memberikan uang kepada istrinya untuk cicilan motor dan membeli susu anaknya. “ Ini ya, Bun untuk cicilan motor. Ini buat beli susu dedek”. Istrinya pun kaget merespon, “ Ayah hutang? Uang privat kan ga sebanyak ini?”. Ahmad menjelaskan bahwa dia mendapatkan uang privat 4x lipat. Dia juga mengatakan bahwa di rumah Bu Novi hanya mengerjakan soal, bukan privat. Ahmad dan istripun berpelukan. Ahmad juga sempat bercerita bahwa tadi kehujanan dan berdoa. Istrinya tersenyum dan mengatakan “ Itulah hujan yang membawa keberkahan”.