PENGERTIAN HUKUM, RUKUN DAN SYARAT NIKAH

Bulan  Muharam  adalah  termasuk  dari  empat  bulan  yang  dimulyakan  oleh  orang  Arab  danIslam(ashur  al-hurum). Pada bulan-bulan  tersebut  peperangan  yang menjadi sesuatu  yang lumrahdilakukan  oleh  orangArab  harus  dihentikan  untuk  sementara.  Kejadian-kejadian  penting  banyakterjadi   di   bulanSurodan   orang-orangIslampada   bulan   tersebut   dianjurkan   untuk   lebihmeningkatkan  ritual-ritual  ibadah  kebaikan.  Tidak  hanya  orang  Arab  yang  memandang  mulia  atausacral  bulan  Muharrom,  orangJawapun  demikian,  bahkan  bisa  dibilang  mereka  mempunyaipandangan  yang  lebih  dibanding  dengan  orang  Arab.  Saking  pentingnya  bulan Suro bagi  orang Jawa,  sampai  ketika  datang  bulan  tersebut  pada  umumnya  masyarakatJawadan  juga  warga desa Ngampelrejo  Bancar  Tuban  secara  khusus,  tidak  ada  yang  berani  melakukan  hajatan  khususnyapernikahan.  Mereka  berangapan  bahwa  barang  siapa  yang  melakukan  hajatan  atau  pernikahan  dibulan  Muharam  maka  akan  mendapatkan  musibah,  pernikahannya  tidak  akanlanggeng  sampaiberujung pada kematian pengantin

Hukum  Islam,  adalah  sebuah  istilah  yang  terdiri  dari  dua  kata,  hukum,  dan  Islam.Istilah  hukumIslamsebenarnyatidak  ada  ditemukan  sama  sekali  di  dalam  al-Quran  danSunnah dan literature hukum Islam. Yang ada hanyalah syari’ah, fikih, hukum Allah dan yangseakar dengannya

Dilihat dari segi ilmu hukum, syariat merupakan norma hukum dasar yang ditetapkan Allah,yang wajib diikuti oleh orangIslamberdasarkan iman yang berkaitan dengan akhlak, baik dalamhubungannya  dengan  Allah  maupun  dengan  sesama  manusia  dan  benda  dalam  masyarakat.Norma hukum dasar ini dijelaskan dan atau dirinci lebih lanjut oleh Nabi Muhammad sebagaiRasul-Nya.Karena  norma-norma  hukum  dasar  yang  terdapat  di  dalam  al-quran  itu  masih  bersifatumum, demikian juga halnya dengan  aturan yang ditentukan oleh Nabi Muhammad terutamamengenai muamalah, maka setelah Nabi Muhammad wafat, norma-norma hukum dasar  yangbersifat  umum  itu  kedalam  kaidah-kaidah  yang  lebih  konkret  agar  dapat  dilaksanakan  dalampraktik,  memerlukan  disiplin  ilmu  dan  cara-cara  tertentu.  Muncullah  ilmu  pengetahuan  baruyang  khusus  menguraikan  syariat  dimaksud,  yang  untuk  selanjutnya  disiplin  ilmu  tersebutdinamakandengan  “ilmu  fikih”  yang  dalam  bahasa  Indonesia  diterjemahkan  dengan  ilmu Hukum Islam

Hukum  asal dalam  nikah  adalah  mustahab  (disunahkan).  Dalil-dalil  yang  menunjukanperintah  baik  dalam  ayat  al-Qur’an  atau  Hadis  diarahkan  untuk  kesunahan.12Dan  meskipunhukum asal dari pernikahan itu sunnah, namundalam pandangan para ahli mazhad fikih, semisalmazhabsyafi’i, hukum nikah diperinci sebagai berikut:

  1. Sunnah: bagi  yang  inggin  menikah  danmemilikibiaya.Dan  jika  tidakmemilikibiaya,disunahkan puasa untuk meminimalisir gejolak syahwatnya.
  1. Makruh: bagi  yang  tidak  inggin  menikah  dan  tidak memiliki biaya,atau memilik biaya tapi mempunyai penyakit yang berkepanjangan.
  1. Mubah: bagi  yang  tidak  inggin  menikah  dan memiliki  Tetapi  yang  lebih  baikmengunakan  waktunya  untuk  beribadah  atau  belajar,  jika  tidak,  maka  menikah  lebihutama menurut pendapat yang lebih ashah.

Amir  Syarifudin  dalam  bukunya  menyebutkan,  ulama  hanafiyah  menyebutkan  hukumsecara khusus bagi keadaan dan orang tertentu sebagai berikut:

  1. Wajib bagi orang-orang yang telah pantas untuk kawin, berkeinginan untuk kawin danmemiliki perlengkapan  untuk  kawin;  ia  takut  terjerumus  berbuat  zina  kalau  ia  tidak
  1. Makruh: bagi orang yang pada dasarnya mampu melakukan perkawinan naun ia merasaakan berbuat curang dalam perkawinannya itu.

Rukun  dan  syarat  menentukan  suatu  perbuatan  hukum,  terutama  yang  menyangkutdengan sah atau tidaknya perbuatan tersebut dari segi hukum. Kedua kata tersebut mengandungarti yang sama dalam hal bahwa keduanya merupakan sesuatu yang harus diadakan. Dalam suatuacara perkawinan umpamanya rukun dan syaratnya tidakboleh tertinggal, dalam arti perkawinantidak sah bila keduanya tidak lengkap. Keduanya mengandung arti yang berbeda dari segi bahwarukun  itu  adalah  sesuatuyang  berada  di  dalam  hakikat  dan  merupakan  bagian  atau  unsur  yangmewujudkannya,  sedangkan  syarat  adalah  sesuatu  yang  berada  luarnya  dan  tidak  merupakanunsurnya.  Syarat  itu  ada  yang  berkaitan  dengan  rukun  dalam  arti  syarat  yang  berlaku  untuksetiap unsuryang menjadi rukun. Ada pula syarat itu berdiri sendiri dalam arti tidak merupakankriteria dari unsur-unsur rukun.Dalam  hal  hukum  perkawinan,  dalam  menempatkan  mana  yang  rukun  dan  mana  yangsyarat  terdapat  perbedaan  di  kalangan  ulama  yang  perbedaan  initidak  bersifat  subtansial.perbedaan  di  antara  pendapat  tersebut  disebabkan  oleh  karena  berbeda  dalam  melihat  fokusperkawinan  itu.  Semua  ulama  sependapat  dalam  hal-hal  yang  terlibat  dan  yang  harus  adadalamsuatu  perkawinan  adalah:  akad  perkawinan,  laki-laki  yang  akan  kawin,  perempuan  yangakan  kawin,  wali  dari  mempelai  perempuan,  saksi  yang  menyaksikan  akad  perkawinan  danmahar atau mas kawin.

Unsur  pokok  suatu  perkawinan  adalah  laki-laki  dan  perempuan  yang  akan  kawin,  akadperkawinan  itu  sendiri,  wali  yang  melangsunkan  akad  dengan  si  suami,  dua  orang  saksi  yangmenyaksikan  telah  berlangsungnya  akad  perkawinan  itu.  Berdasarkan  pendapat  ini  rukunperkawinan itu secara lengkap adalah sebagai berikut:

  1. Calon mempelai laki-laki
  1. Calon mempelai perempuan
  1. Wali dari mempelai perempuan yang akan mengakadkan perkawinan
  1. Dua orang saksi
  1. Ijab yang dilakukan oleh wali dan qabul yang dilakukan oleh suami.

Mahar  yang harus ada dalam setiap perkawinan  tidak termasuk ke dalam rukun, karena mahar  tersebut  tidak  mesti  disebut  dalam  akad  perkawinan  dan  tidak  mesti  desertahkan  apdawaktu akad itu berlangsung. Dnegan demikian, mahar itu trmasuk ke dalam syarat perkawinan

 

Sumber :

Josh jurnal of sharts

ejournal.unsuda.ac.id