Komik Digital: Yang Seperti Apa?

Perkembangan teknologi khususnya dalam dunia digital  juga berimbas ke dalam wilayah komik, dan muncul dalam wujud berbentuk komik digital.  Perkembangan digitalisasi komik ini bisa disikapi ke dalam tiga kondisi: master, potential master atau slave (McCloud, Reinventing Comics: 2005).  Mereka yang masuk dalam kategori master atau potential master dapat melihat beragam peluang positif yang dimungkinkan oleh perkembangan komik digital ini, misalnya kecepatan kerja.  Tetapi bagi yang masuk kategori slave, akan memandangnya secara negatif, menjadikan sebagai ancaman yang bisa membuat mereka punah.

Lalu yang dimaksud dengan komik digital itu yang seperti apa?   Secara sederhana, komik digital bisa dibagi menjadi empat kategori berdasarkan aplikasi digitalnya: digital production, digital form, digital delivery dan digital convergence.  Digital production mengacu pada proses berkarya dan produksi komik yang kini bisa dilakukan 100% on screen, dan tidak sekedar proses manipulasi dan olah digital semata.  Digital form mengacu pada bentuk komik yang berbentuk digital, sehingga kini memiliki kemampuan yang borderless (tidak seperti  kertas yang dibatasi ukuran dan format), sehingga komik bisa memiliki bentuk yang tidak terbatas, misalnya sangat memanjang ke samping atau ke bawah, hingga berbentuk spiral.  Kemampuan kedua dari bentuk komik secara digital adalah faktor waktu yang terhitung timeless.  Jika komik dalam bentuk cetak memiliki keterbatasan usia karena daya tahan kertas, maka komik digital yang berbentuk data elektronik bisa disimpan dalam bentuk digit atau byte, dan bisa ditransfer ke dalam berbagai macam media penyimpanan.     Sedang kemampuan ketiga adalah kemampuan multimedia, dimana tampilan komik kini bisa dikombinasikan dengan animasi terbatas (limited animation), interaktivitas, suara dan sebagainya.  Kemampuan multimedia bisa memberikan pengalaman membaca yang lebih lengkap bagi pembacanya.

Digital delivery mengacu pada metode distribusi dan penghantaran komik secara digital yang dalam bentuk paperless dan high mobility.  Format yang paperless memungkinkan distribusi komik digital memotong banyak sekali mata rantai proses distribusi jika dilakukan secara analog (misalnya dari percetakan, distributor, pengecer, pembeli).  Istilahnya only one clicks away.  Sedangkan fitur high mobility bisa terlaksana, karena komik dalam formar digital memungkinkan data-data yang telah berbentuk kode digital tadi dibawa ke dalam gadget yang kecil dan efisien.  Di lain pihak, hal-hal yang sebaiknya diperhatikan dalam digital delivery adalah distribusi data digital yang berbeda bentuk dan sistem dengan distribusi analog.  Misalnya distribusi komik digital secara online di Indonesia akan terkait dengan kecepatan akses dan bandwith, sehingga perlu mempertimbangkan ukuran dan format gambar dalam komik digital yang dibuat.  Lalu digital convergence adalah pengembangan komik dalam tautan media lainnya yang juga berbasis digital, misalnya sebagai game, animasi, film, mobile content, dan sebagainya.  Sebagai studi banding mengenai perkembangan komik-komik digital dunia, berikut ini akan disajikan sekelumit perkembangan dan kondisi komik digital di Korea.

Komik Digital di Korea

Sebagai salah satu negara maju di kawasan Asia, perkembangan yang paling terasa dari Korea adalah dalam bidang teknologi komunikasi dan informasi. Salah satu dari dampak perkembangan ini adalah dalam dunia hiburan berbasis digital, seperti game (khususnya game online), animasi dan komik.  Apalagi terdapat dukungan secara resmi dari pemerintah Korea yang sejak 1994 telah melihat komik dan animasi sebagai salah satu dari teknologi bermuatan budaya (culture contents technology) sebagai teknologi tinggi yang penting sebagai investasi masa depan.

Dalam perkembangan industri komiknya, kondisi di Korea bisa dibilang tidak jauh er eda de ga I do esia, khusus ya dala  persai ga  a tara ko ik lokal de ga invasi komik import terutama komik terjemahan dari Jepang.  Pada ajang tahunan Seoul International Cartoon and Animation Festival (SICAF) yang biasanya juga diisi penerbit-penerbit komik dan animasi Korea, terlihat bahwa yang mayoritas ditawarkan oleh mereka adalah komik-komik dari Jepang (manga).   Komik-komik karya komikus lokal Korea sendiri bisa dibilang tidak terlalu banyak dijumpai.  Uniknya, kondisi penerbitan yang didominasi oleh komik-komik import ini justru melahirkan usaha-usaha survival to the fittest, khususnya melalui pergerakan komik digital. Salah satu fenomena yang mengemuka dari dunia komik digital Korea adalah fenomena Kang Ful.  Kang Ful adalah sosok komikus pelopor komik online/internet comic strip yang menjadi sangat terkenal setelah karyanya, Sunjeong Manhwa (Love Story) dirilis melalui portal Daum.net pada 24 Oktober 2003.  Kepopuleran ini ditunjukkan dengan hit/angka kunjungan pada situs komik online-nya tersebut yang telah mencapai 36 juta kali pada Mei 2006.

Dari sebuah wawancara media Korea dengan Kang Ful terungkap bahwa ide dasar e er itka  ko ik rekaa ya seara o li e se e ar ya dipi u keputusasaa dari sang komikus yang selalu mendapat penolakan dari penerbit-penerbit saat menawarkan komiknya tersebut.  Pilihan untuk self published (menerbitkan sendiri) dalam bentuk buku juga menjadi opsi yang nyaris mustahil mengingat tingginya biaya produksi dan distribusi, ditambah dengan resiko keberhasilan yang juga tinggi.  Gaya ilustrasi Kang Ful sendiri tergolong dalam gaya yang naïf dengan kisahkisah yang diambil dari kehidupan sehari-hari masyarakat Korea yang tinggal di lingkungan apartemen, yang mungkin dirasakan sulit untuk dijual dan menarik perhatian pembaca.  Opsi yang paling memungkinkan adalah dengan go online, da  e er itka  ko ik ya i i dala e tuk ko ik strip dalam sebuah portal yang terkenal, Daum.net.

Kisah selanjutnya adalah suatu catatan sejarah dan menjadikan Kang Ful sebagai salah satu contoh nyata keberhasilan media komik digital.  Yang menarik adalah setelah keberhasilannya di dunia virtual ini, kini posisi Kang Ful pun menjadi terbalik karena kemudian para penerbitlah yang berbondong-bondong mengejarnya untuk dapat menerbitkan komik-komik digital tadi dalam bentuk buku/printed matter.  Lebih jauh lagi, komik digital Sunjeong Manhwa juga mengalami konvergensi media dengan diadaptasi menjadi sebuah pertunjukan theater (2005) dan film layar lebar (2009).   Sosok Kang Ful sendiri telah diabadikan secara khusus melalui pameran tribute untuk dirinya pada ajang Bucheon International Comic Festival (BICOF 2006) di Korea.

Prestasi yang diukir Kang Ful pun mendorong perkembangan komik digital online di Korea.  Saat ini, paling tidak terdapat dua portal besar Korea yang mengakomodir komikus-komikus local untuk memajang karya mereka secara online, yaitu Daum (http://comic.daum.net/home ) dan Naver (http://comic.naver.com/index.nhn ).   Kedua portal ini juga e a gu siste khusus dala  e is iska  ko ikkomik digitalnya.  Komik-komik yang memiliki angka kunjungan yang tinggi kemudian naik derajat dan pembaca harus berlangganan untuk bisa membacanya.  Sedangkan komik-komik karya komikus-komikus baru biasanya bisa diakses secara gratis sebagai upaya introduksi.   Dan karena Korea memiliki akses internet yang begitu cepat dan tak terbatas, membuat eksplorasi komik digital mereka pun makin menjadi-jadi, misalnya dengan menggabungkan komik dengan musik latar dan unsur interaktivitas. Kondisi teknologi yang canggih ini juga menjadikan komik online Korea memiliki format yang khas.  Meski masuk kategori komik strip, bentuk komik strip online Korea berbeda dengan format komik strip yang biasa kita kenal.  Jika komik strip biasanya terdiri sekitar tiga hingga enam panel dan tersusun ke samping, maka komik strip Korea memiliki format memanjang ke bawah dan pembaca akan menggulung layar (scrolling) ke bawah untuk membaca satu bagian.  Setelah itu baru pembaca berpindah ke halaman berikutnya (yang biasanya diupload secara rutin, jadi satu halaman scrolling adalah satu halaman komik strip).  Dan biasanya satu halaman komik yang memanjang ini tidak dipotong-potong sesuai panel-nya tetapi penuh memanjang ke bawah yang mungkin di Indonesia akan menjadi masalah karena membutuhkan waktu loading yang lama untuk bisa menampilkan seluruh halaman komik tersebut.

Selain muncul dalam bentuk komik strip online, komik digital di Korea juga telah merambah gadget-gadget mobile, seperti PMP (portable multimedia player, semacam PDA tetapi khusus untuk media hiburan), ponsel, PSP hingga I-pod dalam bentuk mobile cartoon.  Hal ini membuat komik digital makin mudah diakses dimanapun dan bisa dibaca kalangan yang lebih luas selama mereka adalah kalangan yang mania dengan gadget portable berteknologi. Lalu bagaimana dengan perkembangan komik digital, khususnya komik internet di Indonesia?  Sejauh ini, komikkomik internet yang mulai marak umumnya berbentuk halaman-halaman komik yang ditampilkan dalam situssitus blog pribadi seperti situs Multiply (http://multiply.com), misalnya Curhat Tita dari Tita Larasati.  Munculnya situs social network seperti Facebook bisa jadi akan membuat orang-orang makin mudah membagi komik-komik pribadinya.   Dari segi format, kebanyakan bentuk komik digital di Indonesia masih berupa memindahkan format halaman buku komik ke dalam halaman situs.  Sehingga bisa dibilang penggunaan multimedia dan kekhasan media-media berbasis digital belum dimanfaatkan secara optimal.  Belakangan ini kondisi komik digital online mulai positif dengan munculnya beberapa situs khusus untuk membaca komik-komik lokal, seperti Virtual X Book.

 

sumber:

Hafiz Ahmad