Konsep hidup, bagaimana konsep hidup yang kamu jalani sekarang? jika kamu masih sulit untuk menjawab atau masih ragu dengan pilihan hidupmu yuk. baca artikel ini.
kamu percaya gak sih bahwa di dunia ini tidak semua orang menginginkan memiliki kehidupan yang mewah, populer bahkan glamor? jawabannya Ada. karena faktanya banyak orang yang menginginkan hidup yang biasa-biasa saja atau sederhana yang penting tentram dan damai hidupnya. karena sejatinya beberapa orang punya pemikiran bahwasannya harta, kekayaan bukanlah satu-satu nya hal yang dapat membuat mereka bahagia. Ya,,, walaupun dijaman sekarang ini apapun itu semuanya juga perlu uang. hehehe
kembali ketopik, makin dewasa gaya hidup minimalis ternyata banyak digemari sebagai bentuk responsif dan solusi terhadap gaya hidup yang konsumtif.dan berlebihan. Fumio sasaki merupakan seorang penulis buku dan salah satu karyanya adalah Goodbye Things: Hidup Minimalis Ala Orang Jepang. dalam bukunya Fumio Sasaki bukanlah seorang ahli dalam hal minimalisme, ia hanya seorang pria biasa yang mudah tertekan di tempat kerja, tidak percaya diri, dan terus-menerus membandingkan diri dengan orang lain, sampai suatu hari, ia memutuskan untuk mengubah hidupnya dengan mengurangi barang yang dimiliki. Manfaat yang luar biasa langsung dirasakan ketika ia mulai mengurangi barang-barang di kamarnya. Sasaki akhirnya merasakan kebebasan sejati, kedamaian pikiran dan penghargaan terhadap setiap momen hidupnya.
dikutip dalam Journal Unisba, terdapat Gagasan menarik dari buku Goodbye Things ini adalah soal bagaimana memiliki banyak barang ternyata menyita waktu, pikiran, dan energi untuk mengelola sehingga pada akhirnya barang-barang yang awalnya diniatkan untuk membantu malah jadi mengendalikan kita. Hal ini akhirnya berefek pada rasa tidak bahagia yang dibawa oleh barang-barang yang dikumpulkan, membawa rasa jenuh, mudah bosan, kesal menumpuk, dan tidak bersyukur. Hari-hari ini kita diisi oleh perasaan maklum mengoleksi sepatu satu lemari, make up berjejer puluhan jenis, koleksi outfit yang cuma dipakai sekali, dan budaya flexing (pamer) yang didewakan. Barang akhirnya menjadi indikator kesuksesan di tengah-tengah masyarakat, sehingga hal ini menjadikan dunia menjadi peradaban barangdan bukan peradaban gagasan.
Gaya hidup minimalis telah mulai dilirik oleh masyarakat dunia. Tidak hanya berkembang di Eropa, Amerika dan Australia, di Negara Jepang pun demikian. Memiliki sedikit barang merupakan sesuatu yang praktis di Jepang. Konsep seorang minimalis adalah mereka yang mampu membedakan kebutuhan dan keinginan-keinginan karena ingin menampilkan citra tertentu serta tidak takut mengurangi benda-benda yang termasuk keinginan bukan kebutuhan. Memiliki banyak barang dalam jumlah sedikit mengandung sukacita tersendiri. Kita mengira semakin banyak barang menjadikan mereka semakin bahagia. Kita tidak mengetahui apa yang mungkin akan terjadi di masa depan sehingga kita mengumpulkan dan menyimpan barang sebanyak mungkin.
Salah satu yang menjadi alasan mengapa kita mempunyai begitu banyak barang yang bukan merupakan kebutuhan? Alasannya sederhana, karena kita ingin memperlihatkan seberapa berharga diri kita kepada orang lain. Lewat benda, kita menyampaikan kepada masyarakat bahwa kita mempunyai ‘nilai’. Dan yang perlu orang-orang ketahui bahwa rasa kebahagiaan timbul dari waktu yang berkualitas, bukan dari barang yang berkualitas. Dan ketika semua orang memahami konsep ini, mereka akan menemukan ketenangan dan kebahagiaan dalam hidupnya