NASIONALISME DI INDONESIA

 

Sebagai negara kebangsaan, Indonesia mempunyai berbagai konsep yang berasal dari Barat. Istilah nasionalisme sendiri menjadi menarik untuk dikaji lebih jauh karenamemiliki akar yang panjang dalam perkembangan sejarah bernegara dan berbangsabagi masyarakat Indonesia. Bagi bangsa Indonesia sendiri konsep nasionalisme barudipelajari sekitar awal abad ke-20 oleh para tokoh pergerakan nasional.

Konsep-konsep Barat banyak digunakan di Indonesia, kemudiandiadaptasikan dengan dengan pemahaman lokal, di satu sisi ada konsep yang berhasil diadaptasikan dan diterima, di sisi lain ada konsep yang diadaptasikan tetapi tidakdapat diterima, bahkan ada juga konsep Barat yang pada akhirnya justru dianggapsebagai hal yang ditabukan untuk dibicarakan di ranah politik bahkan sosial. DennysLombard mengatakan bahwa istilah nasionalisme merupakan salah konsep Barat yang dapat diterima dalam arti yang tepat oleh masyarakat Indonesia.

Nasionalisme di Indonesia menarik untuk dikaji secara historis, karena dalamperjalanan waktu, istilah nasionalisme ini mengalami masa pasang surut dalampengertian politik maupun sosial. Pemetaan pemahaman nasionalisme di wilayahIndonesia memerlukan keinginan politik dan sosial, karena hal ini akanmenggambarkan seberapa besar hasrat bangsa Indonesia untuk beradaptasi dengankonsep nasionalisme ditengah gempuran ekonomi yang mengglobal.

Paham negara kebangsaan di Eropa melalui proses yang panjang, diawali dengan masa renaisan sampai dengan masa pencerahan. Dalam proses pencerahanterjadi perubahan pemikiran yang melahirkan berbagai revolusi sosial, seperti yangterjadi di Perancis, dan Italia. Revolusi Perancis dipelopori dan dipimpin oleh kaumnasionalis.3 Kaum nasionalis menggulingkan kekuasaan monarki denganmemobilisasi masa dan menggunakan prinsip egalite (persamaan derajat), liberte(kebebasan), dan fertinite (persaudaraan). Ketiga slogan ini menumbuhkan kesadaranmasyarakat bahwa mereka bersama-sama mempunyai hak yang sama atas negaraserta mempunyai tanggung jawab yang sama pula

Latar belakang pertumbuhan pemahaman nasionalisme di Indonesia berbedadengan negara-negara di Eropa, walaupun konsepnya sama akan tetapi nuansanasionalisme dibalut dengan anti kolonialisme. Hal ini berkaitan dengan perkenalankonsep nasionalisme dalam era penjajahan Hindia Belanda. Dewasa ini penjajahan asing tidaklah kentara secara nyata, akan tetapi merasuki seluruh kehidupan rakyat, baik dalam hal ideologi, sosial budaya, maupunekonomi. Retorika nasionalisme sudah diganti oleh para politisi, pembisnis, danbahkan cendekia dalam konteks yang berbeda dengan konsep nasionalisme awal kemerdekaan. Nasionalisme menjadi perbincangan hangat di antara mereka, bahkannasionalisme diperbincangan lebih kepada state oriented daripada nation oriented. Dalam situasi inilah nasionalisme Indonesia menjadi topik yang memikat untukdiperbincangkan.

  1. Nasionalisme Era Pergerakan Nasional

Masa pergerakan nasional merupakan masa yang sangat krusial bagi masyarakat bumiputera, karena pada masa inilah bibit pemahaman berbangsa dan bernegarabelum begitu banyak dipahami. Bumiputera sebagai warga yang terjajah hanyamempunyai prinsip bagaimana dapat bertahan hidup di negerinya sendiri. Kesenjangan budaya antara masyarakat yang menjajah dengan terjajahmengakibatkan perbedaan pandangan dalam memahami bernegara. Bernegara bagi bumiputera tidak terlepas dengan sistem kekuasaan feodalis yang memandangkekuasaan sebagai sesuatu yang abstrak dan sarat dengan mitos, sementarapemerintah Hindia Belanda yang menjadi kolonialis mengunakan sistembernegara

barat yang bersifat kongkrit. 7 Realitanya, sistem pemerintahan Hindia Belandadi wilayah jajahannya menerapkan sistem pemerintahan yang bersifat dualisme. Disatusisi menerapkan sistem birokrasi modern yang diterapkan dalamsistempolitikpemerintahan Hindia Belanda dan diterapkan bagi kepentingan orang-orangkulit putih yang berada di Hindia Belanda. Di sisi lain, pemerintah Hindia Belanda tetapmenerapkan sistem pemerintahan lokal yang dianggap tradisional untuk kekuasaandan kepentingan masyarakat bumiputera. Dalam perkembangannya pemerintahanHindia Belanda menerapkan sistem pemerintahan modern yang berbeda dengannegeri induknya. Politik pemerintahan Hindia Belanda berubah sekitar tahun 1870-an, karenaada desakan dari para wirausahawan negeri Belanda yang menginginkan pihakswasta ikut serta mengelola kekayaan Hindia Belanda. Baru pada awal abad ke-20, sebagian politikus Belanda yang beraliran humanis memperhatikan kesejahteraanrakyat bumiputera yang dianggap jauh dari sejahtera kehidupannya. Sejalan dengandesakan yang kuat dari golongan ini, maka pemerintahan Hindia Belandamenerapkan kebijakan politik Etik atau politik Balas Budi .

Pemerintah Hindia Belanda melaksanakan program politik etik ataubalasbudi. Program yang berkaitan dengan irigasi, edukasi, dan imigrasi merupakanprogram untuk meningkatkan taraf hidup bumiputera. Dari ketiga programyangdijalankan oleh pemerintah Hindia Belanda, program pendidikan yang berjalandengan cepat dan dapat diterima oleh masyarakat bumiputera. Sentuh budaya caraberpikir orang Barat dengan pendidikan bumiputera, membuka cakrawala barutentang dunia yang mengglobal pada waktu itu. Banyak hal-hal baru yang dapat dipelajari melalui pendidikan, masyarakat yang sudah mengenyampendidikandapat mempelajari buku-buku yang sudah dicetak dalam huruf latin dan menggunakanbahasa yang sekarang dapat dipahami. Cakrawala baru inilah yang menentukanperubahan berpikir segelintir masyarakat bumiputera untuk memahami arti kemerdekaan sebagai suatu bangsa.

Pendidikan modern telah melahirkan homines novi (orang baru), kaumini berhasil menaikkan status sosial dan prestise sosialnya. Golongan inilah yangmemegang peralihan penting dalam masa pergerakan nasional di Indonesia8 . Bumiputera yang telah mengenyam pendidikan dan masuk ke dalamgolonganterpelajar secara perlahan mulai mengenal bahasa di luar bahasa daerahnya terutamabahasa asing Eropa (Belanda, Inggris, Spanyol, Portugis, dan sebagainya). Cukupmenarik untuk dikaji mengenai kosa kata dan konsep nation dan nationalism. Bahasan tentang bangsa (nation) inilah yang pada akhirnya dapat mengerahkanmasyarakat dan menghimpun legitimasi bagi sebuah perjuangan kemerdekaandengan mengatas namakan kepentingan rakyat bukan kepentingan pelajar yangterpelajar, tetapi bagi kepentingan seluruh bumiputera, baik yang terpelajar maupunyang belum terpelajar. Kosa kata seperti nasionalisme, Indonesia, merdeka, dan sebagainya padaawalnya lebih banyak diserap dan digunakan oleh bumiputera (berasal dari berbagai daerah Hindia Belanda) yang belajar di negeri Belanda. Para pelajar yang beradadi Belanda mendirikan perkumpulan pelajar dengan nama Indische Vereniging(Perhimpunan Hindia) pada tahun 1908.9 Sementara di Hindia Belanda sendiri, barusegelintir orang yang mengenyam pendidikan modern yang sadar akankedudukannya sebagai bangsa yang dijajah. Untuk itu sebagian orang inilahyangmulai memikirkan kosa kata yang mengenakan untuk perjuangannya dikelakkemudian hari, salah satunya adalah Soekarno. Bahasa daerah yang digunakan dalam pergaualan sehari-hari tidakmemungkinkan adanya satu pemikiran akan suatu konsep baru dari Barat, dan hal ini yang cukup menyulitkan bagi perkembangan pemahaman baru yang abstrak dalamperbedaan bahasa bumiputera. Momentum yang sangat berharga adalah pada saat para pemuda menyatakan kebersamaan dalam forum pertemuan organisasi pemuda yang mengeluarkan sumpah kebersamaan dalam perjuangan, yaitu Sumpah Pemuda. Momentum kebersamaan inilah yang pada dasarnya mempermudahkan membumikankosa kata Barat, salah satunya tentang kosa kata nasionalisme. Nasionalisme ini dipahami sebagai cinta tanah air dan terbebas dari kekusaan asing.10 Nasionalisme yang lahir masa pergerakkan nasional ini melahirkan arti untukberbangsa dan bernegara yang merdeka dari kekuasaan Hindia Belanda. Dengandemikian, lahir berbagai pergerakkan berdasarkan agama, ideologi, golongan, dansebagainya yang pada intinya ingin melepaskan diri dari belenggu penjajahan HindiaBelanda. Keberhasilan bangsa Indonesia membentuk negara kebangsaan melalui tokoh proklamator Soekarno-Hatta dengan cara menyatakan diri sebagai bangsa yangmerdeka tanggal 17 Agustus 1945. Nasionalisme kemerdekaan terbentuk seperti yang dipahami dalam konteks positivis, yaitu perasaan yang sangat mendalamdankesetiaan individu hanya untuk negara kebangsaan, nasionalisme ini merujuk kepadapengertian keyakinan sekelompok orang mengenai bangsa.

 

  1. Era Orde Lama

Bangsa Indonesia memasuki babakan baru dalam kehidupan bernegara danberbangsa pada masa revolusi pisik. Pada masa ini, berbagai rintangan datang, baikdari pihak bangsa asing maupun bangsa Indonesia sendiri. Indonesia yangbarumerdeka berusaha untuk berdiri dan mempertahankan keinginan untuk tidak dikuasai oleh bangsa asing. Jargon-jargon politik mulai tumbuh untuk mengubah mentalitasbangsa Indonesia agar bertahan dalam berbagai kesulitan. Revolusi mulai didengungkan, dan dipahami rakyat sebagai perlawanan terhadap penjajahan asing. Revolusi dan nasionalisme saling bergema untuk mengobarkan semangat mempertahankan dan meraih kembali kebebasan bernegara oleh bangsa sendiri. Padaakhirnya tahun 1950-an, Indonesia berhasil keluar dari kemelut perjuangan bangsadengan bangsa asing, dan berhasil menyatakan bangsa dalam pilar besar denganjargon revolusi Dalam perjalanan waktu, terjadi perpecahan politik antara Soekarno-Hatta, karena adanya perbedaan pandangan dalam membangun bangsa. Hatta yanglebihtenang menginginkan pendidikan politik bagi masyarakat secara bertahap, danmembangun ekonomi rakyat melalui pinjaman yang terbatas. Di Sisi Lain, Soekarnomenggunakan slogan revolusi belum selesai, jadi pada intinya nasionalisme tetapmemerangi kolonialisme, liberalisme, dan dan imperialisme. Tanggal 1 Desember 1956 Hatta mengundurkan diri sebagai wakil presiden, karena pandanganmembangun bangsa di antara keduanya semakin berbeda, bahkan Hatta merasabahwa Seokarno sudah menjurus ke arah penguasa tunggal.12 Bangsa Indonesia yang masih terbuai dengan pemerintahan sendiri, padaawal Orde Lama lebih memahami revolusi belum selesai, sehingga yang adadi dalam benaknya adalah melenyapkan kolonialisme dan imperialisme asing dalamhal ini Amerika dan Eropa. Kebijakan pemerintah lebih kepada kebijakan politikmemusuhi dua kekuatan asing ini. Pada masa pemerintahan Orde Lama lahir apayang dinamakan NASAKOM (Nasional, Agama, dan Komunis), tiga pilar kekuatanyang dapat menyatukan bangsa dan menanggkal pengaruh impreialisme Barat. Bahkan, pendapat Seokarno tentang revolusi belum selesai menyeret Indonesiakedalam kancah peperangan dengan Malaysia yang dianggap sebagai bagiandari imperialisme Inggris. Slogan evolusi belum selesai yang dibangun adalah politik idologi, yangmengarah kepada demokrasi terpimpin. Demokrasi Barat yang dipadukan denganfeodalisme timur. Beragam pendapat tentang konsep demokrasi terpimpintidakmenyelesaikan permasalahan mendasar lainnya, yaitu kehidupan ekonomi bangsa. Aspek ekonomi terpinggirkan dalam perjalanan amanah Undang-Undang Dasar 1945. Aspek ekonomi melalui revolusi Banteng, berdiri di atas kaki sendiri, danmengurangi peran orang China yang terkenal dengan Ali-Baba tidak terleasisasi. Bahkan, bangsa Indonesia terjerat dalam inflasi yang sangat tinggi. Pasangsurut kekuasaan Orde Lama membawa bangsa Indonesia kepada kemiskinan, karenakondisi ekonomi dan politik yang tidak kondusif, mengakibatkan demonstrasi besar besaran dari anak bangsa, terutama dari golongan mahasiswa. Demontrasi yangmenuntut perbaikan ekonomi, sosial, dan politik. Konsep nasonalisme yang dikaitkan dengan revolusi belumselesai mengalami pergeseran makna. Hal ini dikarena kondisi ekonomi dan politik dalamnegeri tidak terkontrol secara seimbang. Tantangan semakin besar, karena bukanmasalah imperialisme dan kolonialisme semata, tetapi juga masalah ideologi lainyaitu komunisme yang dianggap juga merongrong kewibawaan pemerintah. Kondisi ekonomi yang semakin buruk dan pertentangan ideologi yang semakin komplek, menyeret bangsa Indonesia dalam tragedi yang dikenal sebagai tragedi gerakan30September tahun 1965. Tragedi inilah yang mengakhiri kekuasaan dan kekuatanOrde Lama, dan melahirkan pemerintah yang baru yang di kemudian